3

318 47 7
                                    

Saat malam dingin menyapa, tak ada kehangatan yang di rasa. Masing-masing baik Donghae maupun Jiyong, tengah memberikan waktu untuk sang istri menenangkan diri. Ya benar, Yoona dan Taeyeon mempunyai alasan berbeda untuk merasa khawatir, namun tetap mempunyai satu inti sebab yang sama hingga menjadikan kekhawatiran itu semakin memuncak sampai tak terbendung.

Rasa cinta. Memunculkan ke-egoisan. Tapi rasa pri-kemanusiaan mereka jauh lebih besar hingga mampu mengurungkan niatan mencegah lebih dari sekedar memohon pada masing-masing suami untuk tidak membahayakan diri.

Baik Yoona dan Taeyeon mengalah, membiarkan nurani memenangkan keputusan akhir. Menekan kuat ke-egoisan dan kesedihan mendalam untuk menghantarkan orang tercinta pada medan peperangan yang bisa saja merenggut nyawa mereka.


  ****  


Taeyeon berbalik, memandang sendu pada punggung lebar Jiyong yang tengah berbaring memunggunginya. Tubuh mungil itu beringsut mendekat, merapat dengan kening yang bersender nyaman di belakang punggung Jiyong.

Jiyong tidak tidur, dia hanya berusaha untuk menenangkan diri dan menahan agar tidak kelepasan menarik Taeyeon dan menerkamnya, hingga membuat wanita mungil itu merasa tak nyaman.

Nafasnya tercekat ketika Jiyong merasakan punggunya berat dan seseorang menyender di belakang. Tak ada orang lain selain dirinya dan Taeyeon disini. Itu artinya seseorang di belakang Jiyong adalah Taeyeon.

"Maafkan aku Ji." Lirih Taeyeon berucap. Kelopak matanya terpejam, menahan gejolak aneh yang memacu liquid-liquid bening mengalir dari sepasang mutiara indah wanita mungil itu.

Sekali gerak Jiyong berhasil membalikan badan menghadap Taeyeon. Mareka berpandangan dengan jarak yang sangat dekat. Saling menatap sendu satu sama lain. Tangan Jiyong kembali terangkat mengelus lembut salah satu pipi pualam Taeyeon.

"Aku tahu ini berat, tapi ku mohon bertahanlah."

Seulas senyum sedih, di iringi aliran air mata menjadi gerakan pengantar anggukan kecil Taeyeon untuk respon atas perkataan Jiyong.

Jarak yang tak sampai satu jengkal membuat Jiyong dengan mudah mengecup sepasang bibir mungil Taeyeon. Awal hanya dua pasang bibir yang saling menempel satu sama lain, namun di detik waktu berjalan selanjutnya Jiyong mulai berinisiatif untuk mengecup dan melumat mesra bibir Taeyeon. Ah ini begitu manis, sangat memabukan. Membuat candu. Padahal baru beberapa jam dia tidak mencecap, namun rasanya sudah lebih dari bertahun-tahun.


  ****  


Pintu kamar terbuka. Yoona memandang Donghae dengan seulas senyuman manisnya. Dia menghampiri sang suami dan memeluk pria itu dengan erat.

"Maaf."

"Tidak, ini bukan salah mu, jadi tak perlu meminta maaf."

"Aku mencinta mu Oppa sungguh, jadi jangan gugur. Dan pulanglah dengan selamat."

Donghae tersenyum, dibarengi dengan sebuah gumaman untuk merespon perkataan Yoona. Dia balas memeluk, mendekap hangat tubuh Yoona, membawanya pada kenyamanan yang tak tergantikan dengan apapun.

Beberapa detik kemudian pelukan itu terurai. Donghae dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada wajah cantik Yoona. Menangkup kedua pipi wanita itu sampai kedua pasang bibir mereka saling bertumpuan. Mengecup dan mencecap manisnya rasa dari masing-masing.

Bunyi decakan menjadi iringan musik pengantar kehangatan yang perlahan menjalar di tubuh keduanya. Sampai ketika fakta yang mengatakan jika manusia membutuhkan pasokan oksigen, baik Donghae maupun Yoona saling melepaskan diri.

Mereka tersenyum satu sama lain. Tak ingin menjauh dengan jarak yang lebih dari 2 centi. Donghae menempelkan dengan erat kening mereka. Dengan suara serak khasnya, dia berkata "Apa kau keberatan jika kita melanjutkan ini di kamar?"

Terkekeh Yoona memandang penuh godaan pada sepasang mata teduh sang suami yang selalu mampu menghipnotisnya.

"Jika aku menolak, apa kau akan menuruti kemauan ku?"

Senyuman Donghae semakin dan semakin bertambah lebar. "Tentu saja tidak. Aku akan tetap membawa mu kekamar, dengan atau tanpa persetujuan mu."

"Aku sudah dapat menduga akan hal itu. Jadi tidak ada gunanya aku menolak. Ayo kita kekamar."


  ****  


Malam gelap, dengan langit hampa tak terjamak indahnya cahaya bintang, tak mengurungkan niat kedua pasang suami istri muda itu melakukan kegiatan malam mereka. Sejuta rasa yang kompleks bercampur dalam satu sanubari memberikan kenikmatakan luar biasa bagai mencecap indahnya sebuah surga.

Mereka tak banyak berbicara, hanya sentuhan dan lenguhan kecil yang mereka keluarkan untuk mengekspresikan perasaan bersama.

Ketika rindu itu berbicara maka dia akan mendekap erat sang pasangan. Ketika rasa kesal itu mengambil alih, maka dia akan menghentak kuat tubuh sang pasangan. Dan ketika rasa cinta itu melebur untuk mengalahkan segalanya, maka dia akan mencium mesra seluruh bagian tubuh sang pasangan tanpa ada yang terlewat. Menyentuhnya, mencecapnya tanpa ada arti kata selain cinta yang begitu di elukan.

Saat puncak datang membuncah, dunia seakan beralih. Semakin dan semakin membuat mereka terjatuh dalam angan, candu akan segala hal tentang pasangan masing-masing.


  ****  


.

.

.

DOR!? Update! Yeayy! But ini terlalu pendek? Yeah I know, aku memang sengaja membuatnya begitu, biar ada penghayatan pas bacanya (alesan aja) haha..  Oke deh aku benar-benar ingin menyampaikan sesuatu hal yang singkat disini. Selamat membaca. See Yu LUV.

AbandonedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang