Aku berdiri di beranda rumahku, mengintip ke jalan masuk tiap lima detik sekali. Bagaimana kalau aku mengacaukannya lagi? Dia mungkin tidak menyukaiku, atau gaunku, atau caraku bicara. Dia mungkin tidak menyukai seratus hal tentangku. Aku meraih ponselku dari tas tangan kecilku, mengetik kalau aku tidak bisa datang malam ini karena tiba-tiba pusing tapi tepat sebelum aku menekan tombol kirim, sebuah BMW 4 Series Convertible berhenti tepat di depan rumahku. Sialan!
Nail tentu saja ada di sana, dia terlihat bagus sama seperti terakhir kali aku melihatnya. Dia keluar dan menaiki tangga ke berandaku, kaus berkerah warna biru malam dan celana khaki yang santai. Aku tidak yakin aku telah memilih gaun yang tepat.
"Kau siap?" ucapnya saat dia mencapaiku, meraih lenganku untuk menarikku mengikutinya tapi aku menyentaknya dan mundur.
"Aku pikir tidak," jawabku. Dia melihat dengan bingung, sedikit keraguan di wajahnya. Bahkan mungkin ... takut?
"Ada yang salah?" Dia menyelipkan tangannya ke dalam saku dan seperti aku, dia mundur.
Holy hell! Aku sudah mengacaukan ini, bahkan ini belum lima menit.
"Tidak. Tentu saja tidak," jawabku gugup dan aku mulai tertawa. "Sial! Maafkan aku Neil. Aku hanya tidak terbiasa dengan kencan." Aku membungkam mulutku. "Maksudku ... makan malam."
Bodoh Sadie! Kau seorang idiot mutlak!
Dia tertawa dengan geli, dan akhirnya kembali berani mengambil lenganku. Dia dingin, kenapa dia selalu dingin?
Dia membungkuk hingga mulutnya tepat berada di telingaku. "Tidak apa-apa Sadie, aku juga berpikir ini kencan," bisiknya. Aku kehilangan napasku dan otakku mencair menjadi genangan tak berbentuk di bawah kakiku.
"Yah, senang tahu kalau bukan hanya aku yang berpikir ini kencan." Aku mengambil jarak darinya lagi. Dia dingin tapi berada terlalu dekat dengannya membuatku panas. "Jadi, kemana kita? Restoran?"
Dia menyeringai, menampilkan giginya yang cantik tapi kali ini aku melihat gigi taring yang lebih tajam. Tapi itu hanya sekejap karena dia kembali bicara dan aku mengalihkan tatapanku ke matanya. "Aku tidak suka makan di tempat umum. Jadi aku menyiapkan makan malam di apartemen-ku."
"Apartemen-mu? Seperti tempat di mana kamu tinggal? Tempat di mana kamu tidur?" ucapku skeptis. "Aku tidak tidur di kecan pertama." Aku membungkam mulutku lagi. Mulut sialan! Kapan aku belajar untuk bisa menjaga kata-kataku?
Dia tertawa dan aku menghela napas bersyukur karena dia tidak tersinggung. "Tenang. Kita tidak akan tidur." Dia menggelengkan kepalanya dengan geli. Tangannya beralih ke punggung kecilku, membuat lingkaran dengan jempolnya. "Kecuali tentu sanja ... jika kau berubah pikiran?"
"Aku tidak mudah dibujuk," balasku.
Dia menatapku dan menaikkan alisnya dalam tantangan. "Kau akan terkejut betapa persuasifnya aku, untuk mendapatkan apa yang aku inginkan."
Aku menjilat bibirku, membiarkan lidahku sedetik lebih lama di bibir bawahku untuk membalas tantangannya. "Dan apa itu yang kamu inginkan Neil?"
Dia berkedip, kemudian terpaku ke bibirku. Aku membiarkan mereka sedikit terbuka, undangan yang jelas. Cium aku Neil! Kamu tidak tahu bagaimana aku menginginkan bibirmu untuk melakukan hal-hal yang jahat padaku.
"Aku hanya ingin menggigitmu," ucapnya. Tapi kemudian dia memutus tatapannya, menghancurkan ketegangan yang sudah terbangun selama satu menit terakhir. "Ayo Sadie, aku yakin kamu lapar."
Seperti itu, aku tidak mendapatkan ciuman yang aku inginkan. Tapi tentu saja aku belum menyerah. Aku masih berharap dapat merasakan bibirnya menekan bibirku, lidahnya di mulutku, dan tangannya di kulitku.
"Iya, aku sangat lapar." Aku mengedipkan sebelah mataku dan dia hanya tersenyum menuntunku ke mobilnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Stumble [TELAH TERBIT]
Vampire[21+] STUMBLE #1 [END] Sadie Morgan telah menjalani hidup paling membosankan di dunia. Bekerja sebagai Fashion Asistent dan tinggal di rumah kecil yang dulu adalah milik ibunya. Semua waktu yang dia habiskan untuk pekerjaannya membuatnya tidak punya...