Kedua

14 0 0
                                    

Jumat ini, kuliahku kosong. Namun tugas menumpuk. Berhasil hidup di Fakultas Sastra bagiku adalah ibarat keberhasilan naik bintang sungguhan, that's impossible. Kalo udah gini, yakali mau aku sia siain hanya karna takut bersaing dan otak bakal jeblok gegara apalin kosa kata kamus per kamus. Sampai sekarang, ya Bang Andru itu yang ciptain semangatku, yang bikin aku berani terus maju sampai disini, dan dia yang aku jadikan tujuan dan bikin mimpi mimpiku jadi lebih mudah tercapai.

Treng!

Notifikasi pesan masuk Bang Andru membuyarkan lamunanku dan membuatku langsung mencari benda yang barusan bersuara itu.

'Selamat pagi ketek 🐒', begitu pesan masuknya.

Aku tersenyum dan langsung duduk dari posisi tidurku. Jemariku langsung menari diatas keyboard untuk membalas pesannya

'🐽🐽', balasku

'apaan tuh artinya'

'selamat makan juga'

'Bokong bayi'

'Artinya??"

'Sama sama'

'apaan ih 😒'

'😙😙'

'Perlu apa ente?',

'Nanthi soreh maen aer yuch"

"timana?"

"Purbasari", jawab Bang Andru nyleneh

"Purbayasa oncom"

"iya icu. Mau ga"

"tek temenin aja deh kek biasa. Mau ga?"

"😑 yaudah deh mau. Jam 3 gw jmput"

"ye. Sana kerja"

"siap 💋"

Aku selalu berpikir. Hendak sampai kapan Bang Andru kubuat begini. Setiap ku suruh dia cari pacar, dia bilang aku pacarnya. Setiap ku suruh dia cari yang lebih pasti, aku sudah cukup katanya. Namun disamping semua itu, ga cuma satu cewe didekatinya, hanya pelampiasan katanya. Entahlah, aku hanya merasa masih nyaman dengan kesendirian. Tanpa keterikatan dengan siapapun, dan hidup dibawah kekangan manapun.

"Re?", Ibu memanggil diiringi ketukan dipintu kamarku, "Bangun nak, dah siang", lanjutnya

"Iya bu, sudah bangun", jawabku sambil beranjak dari kasur dan berjalan membuka pintu kamar. Kudapati sosok Ibu dibaliknya.
"Sarapan yuk bareng bareng", ajak Ibu

"Iya"

***

Jam menunjukan pukul 14.20 ketika aku selesai mengerjakan tugas kuliahku.

"Mandi, siap siap, out deh", kataku berbicara sendiri sambil menutup laptop dan beranjak ke kamar mandi.

Tiga puluh menit kemudian Ibu memanggilku
"Ree, ada Andru nii", seru Ibu
"Iya bu sebentar"

Celana, kaos polos dan jilbab bermotif seperti sudah menjadi identitas seorang aku. Aku mengambil sepatu sandal berwarna putih di rak lalu langsung menghampiri Bang Andru dibawah. Kudapati dia sedang mengobrol dengan Jake.

"Lu disini Jek?", tanyaku nada mengejek

"Hak gue", Balasnya blagu

"Maaf ya, jam segini belum nerima tukang bersih bersih", Kataku sambil duduk disamping Bang Andru yang mulai tertawa melihat tingkah kami.

STUCK of you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang