Jam kuliah usai. Aku langsung menuju parkiran untuk mengambil motorku, lalu pulang.
"Retaa!", panggil Eva sambil berlari kecil menghampiriku
Ku toleh dia dengan tetap duduk dimotor sambil memakai helm
"Belanja yuk", ajaknya ketika sudah sampai dihadapanku
"Tumben", responku, "Belanja apaan sok uye banget lo ah"
"Gue mau masakk",
"Hah?? Ga salah denger gue?",
"Iya, buat doi", Eva menunjukan ekspresi girangnya
"Ah doi yang mana. Doi lo mah banyak",
"Temenin aja ayoo nanti lo juga tau", bujuk Eva sambil memegangi tanganku
"Ga ah. Gue udah bilang iya ke Bang Andru, selese ngampus langsung pulang", ujarku sambil menyalakan motor, "byee", dan aku berlalu.
***
"Reta pulanggg!!", laporku sambil memasuki rumah. Ku dapati Bang Raka sedang membawa setumpuk pakaian dari kamar ke dapur
"Baju siapa bang?", tanyaku sambil mengekorinya, "Banyak amat"
"Baju kamu la. Baju abang mana mungkin sebanyak ini", jawab Bang Raka sambil memasukkan baju baju yang dibawa ke mesin cuci
"Lihh ko abang yang ngurusin",
"Lama kamu ah. Tambah banyak ntar",
"Aaakk makasihhh", ucapku sambil memeluk Bang Raka sekilas
"Eh itu tadi ada surat buat kamu dek, abang taruh di meja belajarmu", ujar Bang Raka sambil berlalu ke kamarnya
Aku diam. Berpikir kira kira siapa orang yang masih suka menggunakan surat, bukan pesan elektronik. Setahuku tak ada yang berlanjut sampai sekarang, semua sudah menggunakan ponsel. Aku langsung berlari ke kamar.
Untuk yang dikenang,
Albareta Zein"Dari Siapa?", gumamku,
Aku membuka sampulnya pelan pelan. Lalu kudapati lembar kertas jingga dan dua kertas lainnya disana, yang berbunyi
Aku tunggu dipesta coklat sabtu nanti ya Re. Kau tau? Aku percaya kamu pasti datang.
Ini, sudah kubelikan dua tiket masuk. Untuk berdua dengan kekasihmu.Tak ada nama pengirim disana ataupun inisial.
"Sabtu? Dua hari lagi", aku terus menggumam dan berpikir, "eh iya Valentine", "Pesta coklatt, jangan jangan dari Fahri",Tring!
Tring!
Tring!Beberapa pesan whatsapp masuk. Ternyata dari Bang Andru
Dimana?
Dah pulang belum
Atau pergi main?Udah dari tadi
Istirahat
Aku lanjut kerja lagiHanya ku baca, tak ku balas. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju kotak surat yang kusimpan dilaci lemari buku. Sambil menaruh dan membereskan surat surat didalamnya, aku mendapati bungkus kardus coklat dari Bang Andru dua tahun lalu, yang disertai ucapan manis dibelakangnya. Lalu aku tersenyum mengingatnya.
"Re?",
"Hah?", aku menoleh bengong ke sumber suara
"Ngapain senyum senyum sendiri gitu", kudapati Jake diambang pintu kamarku, lalu berjalan menduduki kasurku
"Ga boleh?", tanyaku balik, "Katanya mau basket Jake, kok disini?", setelah menyimpan kembali kotak suratnya, aku menghampiri Jake yang sedang rebahan menatap langit kamar
"Ga jadi latian, gue batalin",
"Dih, kapten kok gitu", aku mendudukan diriku bersila menghadap Jake, lalu memangkukan bantal dikakiku
"Gue keinget lo", ujar Jake singkat. Aku diam. Menunggu Jake melanjutkan ucapannya
"Kemaren gue ketemu Andru dibengkel. Dia lagi ngelas bangku kantor, gue nambal",
"Dih kok ga bilang", sela ku
"Karna sama sama nunggu, ya kita ngobrol lah", Jake terus melanjutkan ceritanya
Aku menidurkan tubuhku menyamping menghadap Jake, menyimak ceritanya
"Gue tau. Lo sebenernya ga sepenuhnya bodo amat kan ke si Andru?", Jake menolehkan wajahnya ke arahku
Aku diam, masih terus menatap Jake. Sambil mengangkat tangan kanannya untuk mengelus kepalaku, Jake melanjutkan ucapannya
"Ree, cepet la kasih dia kepastian. Lo jangan egois. Inget, semua orang punya titik jenuh. Mungkin iya satu kali dua kali mereka bisa lewatin masa masa itu, tapi ngga buat yang kesekian",
"Jake lo kan tau, gue cuma takutt",
Jake mengambil posisi duduk. "Hey, kalo lo ga coba selamanya juga ketakutan lo bakal tetep ada",
Aku bangun dan duduk berhadapan dengan Jake, "Gue mau nurut Ibu, ga pacaran ya ga pacaran"
"Sok ngelak lo. Ibu dah nyuruh lo jadian, ga inget apa pura pura ga inget lo?", sinis Jake
Aku diam. Datar.
"Harusnya lo juga ngira Re, Ibu aja udah berani nyuruh lo jadian sama Andru, karna apa? Karna lo udah keterlaluan sama dia Ree, kasian Andru",
"Jake, Ibu nyuruh jadian biar Bude Ani ga jodohin gue aja sama si siapa itu yang dia bawa kemaren, ga lebih",
"Tau apa si lo tentang maksud Ibu? Lo kalo disinggung sedikit sama Ibu soal Andru aja lo lebih milih diem", Jake menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya
"Gue takut kalo harus jatuh lagi Jake, cape", kataku melirih
"Re, kasih lah Andru kepercayaan. Sampe segini kurang membuktikan apa kalo dia bener serius sama lo?",
"Pokoknya ga percaya ya engga. Bang Andru sendiri yang bilang sanggup nunggu sampe gue lulus, dan gue ga akan percaya sampe wisuda itu terjadi",
"Lo enak ya ngomong seegois ini", Jake memalingkan wajahnya sinis
"Kenapa?", tantangku
Ia terkekeh kecil, "Gue ga nyangka aja, cuma gara gara kegagalan bersama seorang Azka trus lo jadi cemen banget buat ngenal kisah kasih lagi", Jake menatapku lagi yang tengah diam, "Ini Andru Re, bukan Azka. Dia udah nunjukin apapun yang ga ada pada Azka. Pasti lo akuin juga, kalo Andru itu lebih. Lagian Azka - ",
"Cukup ya Jake. Gue ga bawa bawa Azka buat kisah gue sama Bang Andru", ku potong ucapan Jake
"Trus? Maksud lo takut jatuh lagi apa?",
Aku diam menunduk. Menyembunyikan manik mataku dari tatapan Jake.
"Albareta adek pungut gue yang amitnya masyaallah yang kalo tidur kaki kanan pasti naik dinding, Tentang seorang pendamping, kamu harus mencarinya, atau kamu akan sendiri selamanya", ucap Jake melembut sambil memegangi bahuku, mengangkatnya untuk menghadap kearahnya kembali
"Tapi apa harus ada status ya?", tanyaku sinis
Jake menghela nafasnya panjang, "Liat kondisi la Re. Coba lo pikir lagi, lo reka ulang tentang lo sama Andru dari awal. Kalo pertanyaan lo ke gue kaya gitu, gue jawab, bahwa kalian harus ada status", Jake mulai gemas, aku tau itu dengan nada dan sikapnya. Biasanya Jake akan mulai membentak, tapi kali ini mungkin ia tahan, sebab demi membuatku mengerti.
"Tau ah", aku bangkit, mengambil ponselku dimeja dan kunci motor, lalu pergi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK of you
Teen FictionDatang, nyaman, lalu berpindah itu mudah. Yang sulit adalah apabila kau telah terjebak. Segala keinginan beranjak hanya akan mati oleh tatap ~