December, 25th (2)

2.1K 179 90
                                    

Mencari seseorang yang sangat ia sayangi, namun tiap ia memanggil dengan panggilan yang selalu ia sebutkan, tak ada jawaban yang ia terima hingga ia memutuskan untuk men-dial nomor terpenting yang ia simpan pada nomor satu di papan panggilannya.

Selama panggilannya tersambung, kakinya tak pernah diam melangkah. Kesana kemari, begitu cemas. Hal ini ia rasakan karena sang ibu berpamitan hanya untuk memberikan bingkisan sekaligus menyapa tetangga mereka. Namun nyatanya itu sudah lebih dari 3 jam sang eomma pergi dari rumah.

Tut...tut...tut...

"Halo, Se-"

"Eomma di mana sekarang? Mengapa sangat lama? Apa ada hal buruk yang terjadi? Bagaimana keadaan eomma? Apa eomma bersama seseorang? Siapa, eomma? Eomma jawab! Eomma di mana?" Pertanyaan bertubi-tubi yang Sehun lontarkan. Namun semua kekhawatirannya hanya dibalas dengan kekehan oleh eomma-nya.

"Jawab aku eomma...jangan hanya tertawa! eomma ada di mana sekarang?" Ia sudah sangat khawatir tapi bagaimana bisa ibunya hanya menertawakan kekhawatirannya. Selain khawatir kini ia pun sedikit kesal dengan tingkah eomma-nya.

"Baiklah...baiklah...eomma sekarang sedang di rumah sakit, maka dari itu eomma lama pergi dari rumah dan-"

"Eomma di rumah sakit?! Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Eomma di rumah sakit mana?" Memutus perkataan ibu tercintanya dan kembali bertanya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Yang diseberang sana hanya bisa menghela napasnya. Lelah dengan kecemasan anaknya yang tak berujung.

"Tenanglah Sehun...aku-"

"Jawab aku eomma!" Wajahnya teramat khawatir. Hingga tak sadar jika kaki jenjangnya sudah melangkah menuju mobilnya.

"Astaga...baiklah anakku sayang...eomma ada di Rumah Sakit XX"

"Aku segera ke sana" setelah ibunya mengatakan nama rumah sakit tempat ibunya berada sekarang, ia pun langsung menutup sambungan teleponnya, langsung membuka pintu mobil dan langsung melaju menuju tempat tujuan dengan kecepatan di atas batas normal.

.

.

.

.

.

"Dasar anak itu. Andai dia mau mendengarkan semua perkataanku" sedikit menghela napas dan kembali duduk di tempat duduk yang telah tersedia di sana.

"Bagaimana ini, nak? Apa kau hidup sendirian?" Bergumam sendiri. Pertanyaan dalam benaknya pun muncul. Memang benar ia membawa anak itu ke rumah sakit, namun bukan berarti ia mengenalnya. Namun apa boleh buat, agar semua administrasi berjalan lancar, ia harus mengaku sebagai kerabat dekat. Ya anggap saja seorang tetangga merupakan kerabat dekatmu.

"M-mom...mommy..." dapat ia dengar suara pemuda yang telah ia selamatkan. Suara yang begitu pilu hingga ia pun sebagai seorang ibu merasakan bagaimana sakit dan sedihnya mimpi seorang anak yang mungkin merindukan ibunya itu.

"Jangan bersedih lagi hmm" mengelus rambut pemuda itu dengan lembut dan penuh kasih sayang hingga suara memilukan itu berangsur-angsur terdiam, pemuda itu sedikit demi sedikit menjadi tenang.

"Ma...eomma" tak menunggu lama, Sehun pun tiba di rumah sakit itu. Langsung memanggil eomma-nya yang langsung tersenyum menatapnya.

"Eomma...apa eomma baik-baik saja? Di mana yang terluka?" Langsung menanyakan semua hal itu dengan wajah khawatirnya. Menangkup pipi ibunya dan hanya dibalas dengan senyuman oleh sang ibu.

Punishment, Second Chance (HunHan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang