Kau kah itu?

226 33 0
                                    


Pagi ini aku kembali beraktifitas seperti biasanya. Mengantar Jungwoo ke sekolah sebelum pergi ketempat kerjaku.

Aku bekerja disebuah rumah makan milik paman Jungsoo. Ditempat itulah pertama kali aku bertemu Taeyong. Tempat yang penuh dengan kenangan.

Kami berdua memanglah sangat berbeda. Dia adalah putra dari seorang pengusaha kaya. Sedangkan aku hanyalah seorang pelayan biasa. Tapi Dia  tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

"Selamat pagi paman".

Aku membungkuk kearah paman Jungsoo yang tengah sibuk dengan buku keuangannya. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau paman Jungsoo adalah orang yang sangat pelit. Namun begitu, beliau adalah orang yang sangat baik dan bijaksana.

"Pagi Jisoo. Kau datang pagi-pagi sekali".

Aku tersenyum menanggapinya. Aku bersiap untuk beraktifitas di rumah makan itu.
.
.
.
.
.

Siang ini tidak terlalu panas. Kadang cerah kadang redup. Sepertinya akan turun hujan. Aku tak punya kesempatan untuk istirahat. Setidaknya untuk melemaskan persendianku sejenak.

Pengunjung yang datang hari ini lumayan banyak. Membuat aku dan rekan-rekan pelayan harus menguras tenaga melayani pengunjung dengan sebaik-baiknya.

Baru saja aku mengantar dua mangkuk ramyeon kesalah satu pelanggan rumah makan ini. Aku duduk sejenak didekat pintu dapur. Sekedar menyeka keringat didahiku.

"Nona. Bisakah aku meminta dua gelas coklat panas?".

Samar-samar aku mendengar seorang pengunjung memesan minuman. Yang pasti tidak memesan padaku.

Aneh sekali. Siang-siang begini kenapa memesan yang panas-panas. Aku menggeleng cepat. Aku teringat sesuatu. Dulu Taeyong sangat menyukai cokelat panas buatanku. Haaahh.. Aku teringat dia lagi.

"Jis...kau bisa antar cokelat panas ini ke meja nomor 07 tidak? Aku tidak tahan ingin ke toilet". Pinta salah satu teman seprofesiku sembari menyerahkan nampan berisi dua cokelat panas.

"Eoh. Baiklah. Dengan senang hati!".

Aku tersenyum padanya. Belum sempat mengucap terimakasih, dia sudah melesat menuju toilet. Aku terkekeh geli menatapnya.

Aku berjalan kearah meja yang dimaksud temanku tadi. Aku melihat dua orang berbeda gender duduk disana.

Seorang perempuan berpakaian serba putih. Mirip sekali dengan seorang dokter. Yang satunya lagi seorang laki-laki berkulit putih susu yang mengenakan kaca mata hitam ditambah dengan topi bergambar monster dikepalanya.

Aku tidak dapat melihat wajahnya. Lagipula itu tidak penting. Setampan apapun laki-laki yang aku lihat. Aku tetap menganggap Taeyong-ku lah yang tertampan.

"Anda memesan cokelat panas?". Tanyaku pada si perempuan dengan sangat sopan.

Bukannya menjawab. Perempuan itu justru menatapku intens dari ujung kepala sampai ujung kaki. Memangnya ada yang aneh denganku?.

"Benar. Kami yang memesannya. Terimakasih". Laki-laki itu yang menjawabnya.

Tapi

Tunggu dulu. Suaranya seperti tidak asing ditelingaku?. Aku mencoba menatap laki-laki itu dengan seksama. Dan sontak mataku membulat seakan bola mataku menggelinding keluar saat melihat laki-laki itu membuka kaca matanya.

"T...Tae...Taeyong!!".

Tanpa sadar mulutku menganga. Apa aku bermimpi? Dia benar Taeyong. Taeyong-ku yang selama ini aku nantikan. Dengan girang aku menghambur kearahnya. Memeluknya seakan tak ingin melepaskannya lagi.

Perahu Kertas -ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang