Dia Ingat Semuanya

195 23 0
                                    

BRAKKKKKKKK!!!!


Seperti ada benturan! Bersama dengan itu terdengar jeritan orang-orang beserta klakson mobil bersautan.

Aku yang baru sampai diruang tengah, cepat-cepat melangkahkan kakiku menuju halaman depan untuk memastikan suara apa itu.

Saat sampai dihalaman depan aku tidak mendapati Taeyong dan Jungwoo disitu.

Kemana mereka?. Namun jalanan didepan rumahku tampak kerumunan orang-orang. Apa terjadi kecelakaan? Kenapa perasaanku jadi tidak enak? Jangan-jangan...

PRANKK!!

Nampanku terjatuh ketika aku mendapati seseorang yang tengah dibopong oleh beberapa orang untuk ditepikan kepinggir jalan.

Mataku membulat sempurna. Aku mengenalinya walaupun wajahnya berlumuran darah. Dengan cepat aku berlari kearah orang-orang itu.

"TAEYONGGGG!!!".

Aku berteriak histeris saat melihatnya yang tergeletak disana dengan keadaan yang sudah bermandikan darah.

Wajah tampannya tertutup oleh darah segar yang terus mengalir dari pelipisnya. Aku menghambur kearahnya.

"TAEYONG  BANGUN!!".

Aku mengguncang paksa tubuhnya setelah sukses mengangkat kepalanya keatas pangkuanku. Darahnya terus mengalir dari pelipis tadi. Tak sadar air mataku pun mengalir.

"SIAPAPUN!!!! TOLONG PANGGILKAN AMBULAN !!! CEPAT!!".

Aku berteriak kalap saat melihat kerumunan orang yang hanya memandangi tubuh Taeyong  miris namun tak segera melakukan sesuatu. Mereka bodoh atau apa?.

"Noona...Hikz".

Ada tangan mungil mengusap punggungku yang bergetar karena menangis. Ku lihat Jungwoo memeluk Rubby berada disampingku. Namun aku tak menghiraukannya. Nyawa Taeyong  sangat penting.




*****Perahu Kertas****



Satu jam sudah aku menunggu didepan ruang ICU. Disana keluarga Lee juga sedang berkumpul.

Aku tak bisa tenang sekarang. Yang bisa ku lakukan adalah mondar mandir kesana kemari. Ketakutanku menyeruak dalam diriku.

Aku tidak ingin kehilangan orang yang sangat aku cintai. Kehilangan dia selama dua tahun sudah cukup membuatku menderita. Aku tak ingin lagi dia meninggalkanku.

"Jis. Duduklah. Taeyong  pasti baik-baik saja!". Irene Eonni bersuara.

Bagaimana bisa aku tenang? Bagaimana bisa dia bilang Taeyong  baik-baik saja? Sedangkan Taeyong  kini sedang berjuang melawan sakitnya didalam ruangan serba steril itu.

Aku tak menjawab pertanyaannya. Justru aku menatap tajam kearah Jungwoo  yang meringkuk dikursi tunggu masih menggendong Rubby sambil menangis.

"Kim Jungwoo apa yang terjadi pada Taeyong?". Tanyaku pelan namun tegas.

"Tadi.. Tadi dia tertabrak mobil karena berusaha menolongku dan juga Rubby. Aku yang salah. . . Hikz".

Aku menghela nafasku begitu berat. Tubuhku serasa layu mendengar penjelasan adik kecilku. Haruskah aku marah padanya? Haruskah aku menghukumnya?.

"Kenapa kau terlalu ceroboh Uwu?". Sahutku pelan.

Tubuhku terjatuh dikursi tepat disamping Jungwoo. Tangis Jungwoo semakin pecah. Aku terdiam mencoba meredam emosiku.

"Sudah jangan menangis ! Anak manis sepertimu tidak boleh menangis! Ini bukan salah Jungwoo". Aku melihat Irene Eonni memeluk Jungwoo penuh sayang.

"Kim Jisoo".

Aku segera bangkit saat Dokter Kang keluar dari ruang ICU.

"Bagaimana keadaannya dok? Taeyong baik-baik saja kan?". Tanyaku tak sabar.

"Dia sudah sadar. Dan dia ingin bertemu denganmu". Jawab Dokter Kang sambil tersenyum.

Aku bernafas lega. Tanpa menunggu lagi aku langsung masuk ke ruangan itu. Bau khas rumah sakit kini mulai tercium oleh indera penciumanku saat aku sudah berada didalam ruangan itu.

Langkahku terhenti saat melihat Taeyong  yang berbaring tak berdaya diatas ranjang kecil disana. Kepalanya dibalut perban, rongga hidungnya terdapat selang pernafasan,tangan kanannya tertancap jarum infus.

Miris sekali aku melihatnya. Suasana ruangan ini tampak hening. Hanya terdengar bunyi alat pendeteksi jantung milik Taeyong.

Sakit.

Begitu sakit melihat orang yang sangat ku cintai dengan keadaan seperti itu. Aku berjalan mendekat kearahnya yang masih memejamkan matanya. Aku meraih tangannya dengan lembut. Dia terbangun.

"Ji-ya". Sahutnya pelan. Sangat pelan.

"Aku merindukanmu".

Aku terdiam saat mendengar kalimat keduanya. Apa maksudnya? Apa ingatannya sudah kembali? Tunggu ! Dia memanggilku dengan panggilan sayangnya?. Aku seakan menahan nafasku. Rona kebahagiaan mulai terpancar diwajahku.

"Maafkan aku telah membuatmu menunggu. Harusnya aku kembali satu tahun yang lalu". Terangnya panjang lebar. Susah payah dia menggapai oksigen.

"Apa kau sudah mengingatku?". Tanyaku penuh harap.

Dia mengangguk lemah. Sesekali dia memejamkan matanya. Aku bisa menebak kalau dia tengah meredam rasa sakitnya.

Aku tersenyum. Air mataku jatuh tak tertahankan. Kali ini aku menangis bahagia karena Taeyong ku sudah kembali, menangis sedih karena kenapa harus seperti ini dulu baru dia mengingatku.

"Kau mau memaafkanku Ji-ya?". Tanyanya.

"Tentu saja. Ini bukanlah kesalahanmu Yong. Sekalinya kau tak datang. Aku akan tetap menunggumu".

"Jungwoo bilang, setiap malam kau selalu menangis, itu pasti karena aku kan?". Imbuhnya. Aku menggeleng cepat.

"Kau percaya saja dengan kata-kata anak itu". aku berkilah.

"Maaf". Sekali lagi dia berucap maaf. Aku tersenyum.

"Tidak apa-apa Yong". Aku mempererat genggaman tangannya. Bibir pucatnya terangkat. Dia tersenyum.

"Gomawo". Sahutnya.

Susah payah dia mengucapkan kata itu. Aku tersenyum tipis. Ku usap lembut wajahnya. Kali ini sedetikpun tak ingin aku meninggalkannya. Walau dia tak mau berbagi rasa sakitnya setidaknya aku bisa menjadi kekuatan dan semangat untuknya.

"Sekarang istirahatlah Yong, kau harus butuh istirahat".

"Tidak mau . Aku takut!".

"Kenapa?". Alisku berkerut.

"Aku takut jika aku meninggalkanmu lagi. Aku takut jika tak bisa bangun lagi".

"PABO!! Bicara apa kau ini ! Semuanya akan baik-baik saja Yong. Sekalinya kau meninggalkanku lagi. Aku akan tetap menunggumu. Tak peduli berapa lama aku harus menunggu! Kalau kau mati tentu saja aku juga akan mati". Ucapku panjang lebar.

Hatiku bergetar. Jantungku berdegup kencang. Aku takut sekarang. Takut kalau Taeyong benar-benar akan meninggalkanku. Mana bisa aku hidup tanpanya.

"ARGGH...!!!".


TBC

Perahu Kertas -ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang