Sebuah Harapan

180 30 0
                                    

Aku menghentikan aktifitasku membersihkan meja ditempat kerjaku. Sudah bisa ku tebak kalau yang mendehem itu adalah Taeyong. Aku tersenyum kemudian membalikkan badanku.

"Tadaaaa!!".

Dia melambai-lambaikan kedua tangannya tepat didepan wajahku. Persis seperti seseorang yang sedang menghibur seorang balita. Aku hanya terkekeh menanggapi sikap childishnya.

Ehmm..setahuku penderita amnesia sikapnya akan mengarah kesikap yang kekanak-kanakan.

"Kau sendirian Yong?". Tanyaku.

Dia mengangguk polos.

"Tumben tidak mengajak dokter Kang?". Tambahku seraya merapikan meja.

Iya biasanya Taeyong selalu bersama Dokter cantik itu kemanapun dia pergi. Sebenarnya aku sedikit cemburu, tapi mau bagaimana lagi? Itu juga demi kebaikan Taeyong.

"Tidak. Hari ini aku ingin berdua saja denganmu". Sahutnya sambil menggeret kursi disampingnya.

Kemudian dia duduk manis dikursi itu. Aku mengernyitkan keningku sambil menatapnya.

"Kalau kau kenapa-kenapa bagaimana?". Tanyaku panik.

"Tenang saja. Dia sudah membawakanku ini". Jawabnya sambil menunjukkan sekotak obat miliknya kepadaku.

Aku menghela nafas lega. Betapa mirisnya keadaan Taeyong  sekarang. Hidupnya bergantung dengan hal-hal seperti itu. Aku menatapnya sendu.

Dia pasti sangat tersiksa. Aku ingin dia berbagi rasa sakitnya padaku. Bagaimanapun dia tak pantas menanggungnya sendiri.

"CK..Jangan melihatku seperti itu! Aku tak selemah itu". Sentaknya sambil memanyunkan bibirnya. Aku hanya bisa tersenyum.

"Baiklah. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Kau mau?". Tawarku.

"Kemana?".

"Ke tempat favorit kita berdua".

"Tempat favorit?".

"He'emm.. Kau tidak ingat?". Tanyaku hanya mendapat gelengan dari Taeyong.

"Aku penasaran". Imbuhnya.

"Baiklah, tunggu sebentar! Aku ijin dulu pada paman Jungsoo". Sahutku dan langsung meninggalkannya.

Tak ingin lama-lama aku meninggalkannya. Setelah berganti pakaian dan meminta ijin pada paman Jungsoo aku langsung menyambar tasku dan kembali menghampiri Taeyong.

"Ayo kita pergi!". Ajakku padanya yang asyik dengan ponselnya. Tanpa banyak komentar dia menurutiku yang tengah berjalan lebih dulu.

"Kim Jisoo tunggu!".

"Iya?".

Aku menghentikan langkahku dan menoleh kearahnya.

"Begini !!".

Aku sedikit terkejut saat jemarinya menaut jemariku. Dia menggenggam tanganku.

"Bukankah kita sepasang kekasih? Ayo kita pergi".

Ajaknya langsung menarik tanganku. Diam tersenyum. Itu yang bisa aku lakukan.

Genggaman tangan hangatnya seakan menyalurkan kehangatan yang menyeruak keseluruh tubuhku. Nyaman sekali. Tak terkira betapa bahagianya diriku saat ini.

Tak butuh waktu lama Kami  sampai ditempat itu. Disebuah danau dipinggiran kota seoul. Itu adalah tempat favourit kami dulu.

Aku harap dengan mengajaknya kemari ingatannya akan kembali. Meski tidak semuanya.

Perahu Kertas -ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang