Part 10

33 0 0
                                    

Belum saja aku dan dia sempat menghabiskan banyak waktu berdua, layaknya orang berpacaran biasanya, namun kami menerima fakta bahwa kami harus berpisah, bukan berpisah yang sesungguhnya namun oleh jarak dan waktu. Sebagian kisah tidak sedikit yang menjelaskan rumitnya hubungan jarak jauh, namun lagi-lagi aku harus siap dengan kondisiku sekarang, karena jika bukan dengan begitu, aku takkan bisa bertahan seperti harapannya padaku. Aku harus menjaga hati untuknya. Dia harus menjaga hati untukku.

Yang harus kusadari bahwa untuk membangun hubungan yang baik, meskipun terpisah ruang dan waktu, adalah rasa percaya, sama seperti Sang Kuasa yang percayakan manusia untuk memelihara bumi ciptaanNya. Tapi apa mungkin aku bisa sepercaya itu padanya sama seperti Tuhan yang percayakan semuanya pada manusia?

"Kamu kenapa diam aja sih Rin? " aku berhenti dari lamunanku karena kudengar Renata memanggiliku.

"Maaf, Re. Aku gak habis pikir aja, gimana jadinya aku sama Nando kalo jarak jauh? "

"Tenang aja Rin. Kalo emang Tuhan pengen kalian bareng terus, pasti deh ada aja jalan. Jangan langkahin kehendak Tuhan, inget! "

"Tapi aku takut Re. Lo tau gak sih hubungan jarak jauh gak semudah cerita-cerita di novel atau jenis roman apalah itu. Ini bicara jarak. Oke kalo kita selalu bisa komunikasian, nah kalo kita susah komunikasian, kan beda kalo deketan, bisa tinggal jumpain aja. Kalo jauh? "

"Tinggal percaya aja. Kalo saling percaya, semuanya pasti baik. Jangan terlalu khawatir. "

Lagi-lagi aku harus berpikiran positif agar aku tak terbawa terkaan-terkaanku yang belum tentu benar.

Hari ini diadakan pemilihan ketua Osis dan perangkat-perangkatnya. Putra berhasil terpilih lewat pemilihan demokrasi di sekolah, sedangkan perangkat-perangkatnya bukan dipilih secara demokrasi satu sekolahan, tetapi seluruh pendaftar, guru pendamping dan anggota Osis yang akan digantikan akan berdiskusi bersama.

Aku mencari sosok Nando dikerumunan orang-orang karen memang harusnya dia ada disana. Aku hadir untuk mendampingi Renata sebagai calon anggota Osis. Tapi aku begitu kesulitan menemukannya karena banyaknya orang dalam aula ini.

"Sebelumnya kami akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, agar kita saling mengenal sebelum jabatan kami terhenti sampai disini. " kata Fahmi, ketua Osis.

Satu per satu kuperhatikan senior-seniorku memperkenalkan diri serta memberikan pesan-pesan baik untuk calon pengurus baru. Dan akhirnya aku melihat Nando. Dia ikut memperkenalkan diri diantara anggota Osis lainnya.

"Perkenalkan nama saya Fernando Adijaya, biasa dipanggil Nando. Saya cuma mau pesan, bagi siapapun yang kelak akan jadi pengurus di Osis sekolah kita yang tercinta ini, jangan pernah malas, jangan pernah berhenti belajar untuk menjadikan sekolah kita ini menjadi lebih bangga lagi akan prestasi-prestasi kita. Dan bagi siapapun yang akan menjabat, jangan lupakan belajar, karena belajar yang paling terpenting daripada apapun, karena kita kelak harus bisa mencapai cita-cita. Terimakasih. "

Tak salah kalau aku mengidolakannya, karena kebijaksanaannya dalam berkata-kata sungguh layak diacungi jempol. Bukan hanya aku, tetapi banyak orang yang menepukinya dan memujinya.

Sungguh bersyukurnya aku, kalau memang Tuhan mempersatukan aku dengannya sekarang, bahkan untuk selama-lamanya. Ada rasa rindu yang menyelip di hatiku. Sungguh sudah banyak waktu yang kukorbankan untuk tak mengganggunya fokus pada cita-citanya. Melihatnya menatapkun tulus, meskipun aku terhimpit diantara orang banyak, aku membalasnya dengan senyum tulusku yang menandakan bahwa aku bangga padanya.

Diskusi pemilihan perangkat Osis pun berjalan hikmat. Riani berhasil mendapatkan kedudukan sebagai Sekretaris umum, sedangkan Renata sebagai sekretasi 1. Aku sungguh berharap Riani dan Renata bisa saling bekerjasama untuk meningkatkan program kerja Osis tahun ini, berhubung aku tau mereka sering saling adu argumen demi Renata yabg membelaku.

"Aku mau ngobrol sama kamu. Boleh? " Nando menghampiriku saat baru saja selesai acara pemilihan perangkat Osis.

"Boleh, tapi tidak sekarang. Aku mau menemui Renata dan Widi di kelas, ada yang harus kuselesaikan. "

"Baiklah. " kata Nando sedikit kecewa.

Sebenarnya bukan urusan yang terlalu penting dengan Widi dan Renata, tapi aku mencoba membiasakan diri untuk tak selalu bertemu dengannya, mengingat keberangkatannya yang sudah tak lama lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang