Part 9

56 0 0
                                    

Sejak kejadian malam itu, Nando tak lagi menghubungiku. Mungkin dia kecewa karena aku tak mengikuti permintaannya untuk menghadiri pesta ulangtahun Riani. Jujur saja, dalam hati aku ingin sekali menikmati pesta itu, jika Riani bukanlah masa lalu Nando. Tapi latar belakang Riani membuatku enggan untuk menghadiri pesta itu, selain aku ingin mengubur rasa sakit hatiku, aku juga tak ingin terlibat terlalu jauh dengan Riani meskipun hanya sekedar pesta ulangtahun.

Sekolah terasa sepi, disamping kelas tiga sudah tak lagi aktif sekolah, juga sepi karena keberadaan Nando yang tak kunjung kutemukan. Gengsi rasanya bila aku menanyakan kabarnya lebih dulu.

Belum lagi aku tiba di kelas, kudengar seniorku berbicara dalam kelasnya bahwa satu alumni sekolah kami diterima di instansi pemerintah. Dengan penarasannya, aku berjalan mendekat untuk mendengar lebih jelas. Dan aku tak salah mendengar, orang yang dimaksud adalah kekasihku, Nando.

Perasaanku campur aduk. Aku bahagia dia bisa menggapai keinginannya, namun aku juga sedih karena kami akan berpisah demi masa depannya.

Aku dengan sigap mengiriminya pesan.
"Selamat ya, kamu diterima di instansi pemerintah seperti apa yang kamu cita-citakan. Sukses selalu"

"Terimakasih sudah memberiku semangat, terimakasih sudah menemaniku dimasa-masa sulitku. Terimakasih"

Ternyata dia menganggapku sebagai orang yang selalu menemaninya di masa sulitnya. Padahal aku merasa bahwa keberadaanku belakangan ini sering membuat emosinya di level klimaks. Yah meskipun kesedihan yang sempat kufikirkan kemarin akan terjadi kini. Hubungan jarak jauh. Apa aku mampu?

"Aku akan menemuimu sore ini di sekolah," sambung Nando dalam pesannya.

Sekeluarnya dari kelas, aku melihat Nando di parkiran sekolah, dia melambaikan tangannya padaku, dia membawaku ke cafe tempat kami biasa bertemu.

"Aku bahagia hari ini. Aku bisa melangkah satu demi satu untuk cita-citaku. Bagaimana dengan perasaanmu hari ini? " kata Nando

"Ya, aku bahagia." kataku tanpa gairah

"Jangan khawatir, jarak takkan menghalangi rasa sayangku padamu. Aku harus melakukannya demi masa depanku, demi keluargaku, dan demimu."

"Apakah semuanya akan berakhir sedih?"

"Ini bukan serial drama, jika kita siap dan mampu semuanya takkan berakhir. Yakinlah"
Nando mengelus lembut pipiku. Meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Jangan takut, meskipun aku tak bisa langsung menjagaimu, aku masih punya Ferry untuk bisa menjagamu sebagai perpanjangan tanganku. "
Kami tertawa bercerita tentang kekonyolan Ferry yang sering diceritakan oleh Nando.

"Ingat jaga hatimu untukku. Jangan berbuat macam-macam jika aku jauh nanti. Dan percayalah aku disana dan kamu disini akan baik-baik saja. "

Sesungguhnya ucapan itu tidak semudah faktanya nanti. Aku hanya berharap cerita kami tidak berhenti karena jarak tapi biarlah jarak yang mempersatukan bahkan lengah karena cinta kami.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang