•●•
Pagi ini Seulgi harus mengelus dada melihat tingkah kedua putranya.
Wanita itu menatap tajam Jimin yang nampak sangat santai membaca koran di ruang tamu. Seolah apa yang terjadi di sekitarnya bukanlah hal yang besar."Hoseokie jangan membawa Namjoon sambil berlari! Kalian bisa jatuh."
Entah sudah berapa kali Seulgi menegur anaknya tapi perkataannya hanya dipatuhi selama lima menit, karena menit selanjutnya Hoseok kembali berlari.
Namjoon sendiri sedari tadi hanya tertawa karena merasa senang berada di punggung Hoseok. Karena kakinya masih sakit Jimin melarangnya banyak bergerak sehingga Hoseok mengusulkan untuk menggendong tubuh kecil Namjoon di punggungnya. Walaupun mereka seumuran, tapi tubuh Namjoon lebih kecil dari Hoseok. Hal itu memudahkan yang lebih tua beberapa bulan itu untuk mengangkatnya.
"Hyung ayo berhenti. Eomma sudah marah." Namjoon berbisik kepada Hoseok membuatnya menghentikan langkah dan menatap Seulgi. Dan benar saja wanita itu menatap mereka dengan wajah memerah. Hoseok menampilkan senyum lebarnya kemudian menurunkan Namjoon di sofa terdekat.
Tepat setelah didudukkan Namjoon turun dari sofa kemudian menuju ke arah Seulgi dengan langkah tertatih. Bocah kecil itu memeluk kaki Seulgi kemudian tersenyum manis sampai kedua matanya hilang. "sorry Eomma."
Demi Tuhan. Anak ini menggemaskan sekali!
Jika sudah seperti ini Seulgi benar-benar tidak bisa marah. Namjoon pintar sekali menggodanya. Wanita itu mengangkat tubuh Namjoon kemudian menyerangnya dengan kecupan bertubi-tubi.
"Ayo kita sarapan."
Setelah semua orang sudah duduk, Seulgi segera menyiapkan makanan mereka. Jimin menatap istrinya yang nampak sangat senang merawat dua anak sekaligus, itu membuat hatinya menghangat. Ah ia jadi ingin menambah adik untuk Hoseok. Pasti rumahnya akan semakin ramai.
"Eomma Joonie bisa makan sendiri."
Seulgi menggeleng tegas. " Joonie kan lagi sakit sayang. Biar Eomma suapi ya."
"Tapi kan yang sakit kaki Joonie Eomma bukan tangan." Namjoon mengangkat kedua tangannya menunjukkan pada Seulgi jika tangannya baik-baik saja.
"Eomma hanya ingin menyuapi kalian berdua saja. Tidak masalah bukan?"
Sembari memasang wajah pura-pura sedih Seulgi menatap Namjoon. Anak itu kemudian mengangguk pelan.
"Ote."
•●•
Seorang wanita menatap tajam seseorang dihadapannya "Apa lagi maumu?"
Lawan bicaranya menghela napas pelan. Menatap memelas wanita di depannya. "Noona bukankah kau sudah sangat keterlaluan?" Ia mencoba berjalan maju menuju wanita itu namun ia justru mundur sambil membuang pandangan. "Noona, mau sampai kapan begini terus?" Tanyanya dengan nada putus asa.
Wanita itu akhirnya menatap mata adiknya lagi. "Bisakah kau berhenti mengganguku?."
"Aku hanya mengingatkanmu. Ini sudah keterlaluan Noona. Seharusnya kau tau itu. Kau yang membuat semua ini terjadi seharusnya kau jugalah yang mempertanggung jawabkan perbuatanmu!"
"Berhenti menekanku!" Wanita itu tiba-tiba saja membentak. Orang dihadapannya mengepalkan tangan karena ikut tersulut emosi.
"Lupakan! Aku tidak akan menggangumu lagi! Kau memang sudah lama kehilangan hatimu!" Pemuda itu berjalan keluar kamar dan membanting pintu dengan keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
FanfictionKim Namjoon tak yakin ia mengenal orangtuanya. Semuanya tampak tidak normal mengingat keluarga Hoseok sangat bisa membuat hati kecilnya berbisik iri. Dia ingin diperhatikan seperti Hoseok juga.