4. "The little boy who was left behind"
•●•Setelah berhasil menang melawan panas demam selama seminggu Namjoon akhirnya bisa melakukan aktivitas dengan normal.
Semenjak kedatangan ibunya yang mendadak, Namjoon tidak mau meninggalkan rumahnya lagi. Seulgi sampai kewalahan karena anak itu bersikeras berada di rumahnya saat suhu tubuhnya mencapai 39°. Tidak ada pilihan, Seulgi akhirnya merawat Namjoon di rumah anak itu. Wanita itu bermalam selama seminggu terakhir atas persetujuan Jimin dan Hoseok. Seulgi bisa mengerti mengapa Namjoon bersikap demikian. Anak itu jelas tidak ingin kehilangan kesempatan jika ibunya kembali datang ke rumahnya. Tapi apakah wanita itu akan datang?
Sekarang pukul 8 pagi di hari minggu setelah hari minggu yang menyedihkan sebelumnya. Namjoon tengah berada di ruang keluarga rumahnya, berbaring di sofa sambil memeluk koya dengan erat, tak ketinggalan selimut hangat yang menutupi setengah tubuhnya. Namjoon berbaring telentang dengan memandang langit-langit ruang keluarga, melamun.
Saat bangun tidur, Namjoon tidak menemukan Seulgi di sebelahnya. Biasanya wanita itu akan berada di sampingnya saat ia terbangun atau sedang memasak di dapur. Tapi saat Namjoon menyusuri rumah, tidak ada siapapun selain dia di rumah itu. Namjoon tadi sempat mengintip rumah Hoseok dari jendela rumahnya tapi lampu rumah Hoseok belum menyala. Mungkin Seulgi pulang ke rumahnya karena ada hal yang harus diurus.
"Koya, apa menurutmu eomma akan datang lagi?" gumam Namjoon. Eomma yang Namjoon maksud adalah ibu kandungnya.
Tentu saja tidak ada jawaban. Namjoon menyembunyikan wajahnya ke boneka biru di pelukannya itu. Bohong jika Namjoon bilang ia tidak mengharapkan ibunya datang lagi. Ia ingin wanita itu pulang ke rumah dan menyapanya. Atau mungkin menampilkan senyum kepadanya bukan malah wajah terkejut seperti tempo hari. Namjoon juga sangat ingin mengucapkan "selamat pagi" ke ibunya dan menerima balasan atas sapaan itu. Bukannya rumah yang kosong begini. Ah,Namjoon kesepian.
Kesunyian yang terjadi membuat Namjoon hanyut dalam kantuk. Saat hampir tertidur, Namjoon dikagetkan dengan suara bel rumah yang nyaring. Bel itu hampir tidak pernah berbunyi sebelumnya sehingga Namjoon kurang merasa familiar. Anak kecil itu perlahan bangkit dari posisi berbaringnya saat suara bel tidak berhenti berbunyi. Seolah memaksa bahwa siapapun yang tengah berada di dalam rumah harus membuka pintu untuknya.
Siapa itu? Mungkinkah Seulgi? Tidak tidak. Wanita itu bisa masuk kapanpun tanpa harus repot-repot membunyikan bel rumah. Tunggu, apakah itu ibunya?
Namjoon segera menyingkap selimutnya begitu saja dan berlari untuk mencapai knop pintu. Ia membuka pintu dan segera merasa kecewa melihat siapa orang yang telah membunyikan belnya. Seseorang berpakaian warna biru seragam dengan celananya dan topi berwarna oranye berdiri di hadapan Namjoon sambil menenteng bungkusan plastik.
"Atas nama Kim Namjoon?" Tanya orang asing tersebut.
Namjoon menatap bingung orang di depannya. Tangan kecilnya meremat koya dengan gelisah. Seulgi pernah bilang jangan membukakan pintu untuk orang yang tidak dikenal. Namjoon seharusnya mengintip terlebih dahulu tadi. Sekarang Namjoon harus menjawab apa pada orang asing itu?
"Aku menakutimu? Ah maaf." Pria berpakaian biru tadi mengelus kepala Namjoon membuat Namjoon mundur selangkah.
"Ini paman membawa pesanan dari seseorang. Katanya Namjoon harus memakannya." Orang itu mengangkat bungkusan berlogo restoran itu.
"Paman letakkan di sini ya. Jangan lupa dimakan." Usai mengatakan itu ia berjalan menjauhi pekarangan rumah Namjoon, kemudian pergi dengan sepeda motornya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
FanfictionKim Namjoon tak yakin ia mengenal orangtuanya. Semuanya tampak tidak normal mengingat keluarga Hoseok sangat bisa membuat hati kecilnya berbisik iri. Dia ingin diperhatikan seperti Hoseok juga.