5. Pilihan Bapak

36 5 0
                                    

Ketika kau mengikhlaskan sesuatu karna Allah maka akan diganti oleh-Nya lebih baik.

Saat Risma menceritakan menceritakan masa kecilnya bersama Amar. Yang kurasa adalah. Aku semakin ingin mengenal lelaki itu.

Amar adalah sepupu Risma. Mereka sangat dekat hingga banyak yang menduga mereka kembar. Padahal usia mereka berbeda 4tahun. Karna Risma anak pertama dan Amar tak punya saudara perempuan jadilah mereka dekat.

Suami Risma tidak lain adalah sahabat Amar.

Begitu banyak cerita tentang Amar yang dewasa, ngemong, perhatian, dan begitu mengistimewakan bundanya.
Semakin membuatku ingin bertemu. Dan entah sejak kapan namanya masuk dalam doaku.

Tapi ini sudah satu minggu semenjak aku menyetujui perjodohan ini. Dan langkah besar yang Risma bilang tak juga kulihat.

Perlahan aku mulai ragu. Sungguhkah dia ingin mengenalku? Atau mengincarku sejak lama hanya karangan Risma?agar aku mau menerima tawarannya.

Tak pernah bertemu tapi mengapa aku begitu merindukan Amar?
Dan sekali lagi. Aku tak akan berharap. Aku tak akan menggunakan perasaan berlebih jika dia belum halal untuk kucintai.

Aku semakin ragu saat Risma tak lagi membahas Amar. Ingin aku bertanya tapi ada keyakinan bahwa Amar tak lagi berminat mengenalku.

Dan kini aku ingin belajar mengikhlaskan Amar. Mengurangi segala harap yang entah seberapa besar kini.
Semua ini kulakukan setelah kemarin malam bapak ingin menjodohkanku dengan anak kawan lamanya.

Jauh dilubuk hatiku, aku ingin menunggu Amar. Setidaknya beri satu kepastian. Namun ucapan Bayu menyentuh hatiku.

"Segala keputusan harus dipertibangkan. Aku tidak berniat memprovokasi. Ini hanya opini. Mbak tau bapak seperti apa. Pilihan bapak insyaAllah baik. Dan Mbak Rani harus ingat umur bapak. Mbak satu-satunya perempuan. Mbak butuh Bapak buat nikahin mbak nanti."

Disinilah aku sekarang. Berhadapan dengan bapak, ibu juga paman dan ibu laki-laki pilihan bapak itu. Karna ayahnya sudah tiada. Calon suamiku? Dia tidak ikut karna ada kerjaan dan beberapa urusan.

Menurut cerita ibuku. Orangtua lelaki itu teman dekat orangtuaku. Mereka juga yang mencomblangkan bapak dan ibu.

Setelah 3 hari berpikir akhirnya aku membulatkan pilihanku.

"Bismilla hirrokhma nirrokhim. Saya menerima pinangan ini."
Kataku masih menunduk.

Alhamdulillah

Mereka serempak mengucap hamdallah. Termasuk dua bocah yang menguping dikamarku.

Ada getaran aneh dalam diriku. Lega dan... Ragu. Aku takut menyesal.

Harusnya aku ceritakan tentang Amar pada bapak. Tapi kalaupun aku cerita apa perjodohan ini tidak akan terjadi. Apalagi sudah satu minggu lebih Amar tak jua menampakkan langkah besarnya itu.

"Pernikahan akan diselenggarakan bulan depan. Tidak ada pertunangan apa kamu keberatan nak?"
Tanya Bu Nadin lembut padaku.
Aku duduk disamping kanannya. Berhadapan dengan orangtuaku.
Sedangkan Paman Jodi disamping kiri Bu Nadin.

"Tidak masalah bu. Apaa.. Bulan depan tidak terlalu buru-buru?"
Ucapku. Bertanya hati-hati.

"Tidak sayang. Kamu tidak perlu khawatir. Semua persiapan sudah selesai. Calon suamimu sudah mengurus semua. Setelah menikah. Maukah kamu tinggal bersamanya di jogja? Karna dia ada pekerjaan selama 1tahun disana."

"1 tahun? Di jogja? Artinya saya berhenti berkerja?"

Sudah siap semua?? Apa ini maksudnya urusan yang membuatnya tak bisa datang?? Aku bicara pada diriku sendiri.

"Iya sayang, mau ya??"

Sudah kuterima pinangannya masa iya aku menolak tinggal bersama. Meninggalkan pekerjaanku? Lalu bagaimana sekolah Zaki? Bapak akan pensiun. Bayu bekerja tapi untuk keperluan kuliah yang tidak ditanggung bea siswa.

"Kalau kamu mempermasalahkan sekolah Zaki. Bapak masih ada tanah Ran. Bapak bisa menjualnya. Bayu juga bersedia membantu."
Kali ini bapak bersuara. Seperti memahami kebimbanganku.

"Calon suamimu juga tidak keberatan untuk ikut membiayai Zaki jika dia ingin kuliah."
Paman Jodi bersuara.

"Baiklah. Lagipula memang seharusnya istri dirumah. Saya tidak keberatan pindah kejogja."
Jawabku mantab.

Aku buang jauh keraguanku. Seperti apapun rupa calon suamiku. Aku harus mencintainya sepenuh hati. Mencintainya karna Allah.

………………

"Rani!!" teriak seseorang yang sangat kuhapal suaranya. Ya, itu Risma.

"Kamu bener mau berhenti?"
Tanyanya saat berada disampingku.

Kami sedang berjalan menuju gerbang sekolah karna sudah jam pulang anak-anak juga sudah pulang semuanya.

"Aku mau married. Trus diboyong kejogja."

"Married?"
Tanyanya senang

Aku mengangguk.
"Pilihannya bapak. Anak sahabatnya. Dulu mereka yang bantu bapak sama ibu sampai mereka menikah."

"Loh.. Bu-bukan Amar?"
Aku menggeleng. Duduk kursi tunggu tak jauh dari parkir motorku. Masih dilingkup sekolah.

"Lalu bagaimana menurut kamu? Tampangnya? Pekerjaannya?"

"Aku tidak tau. Dia datang saat aku tidak dirumah. Dan kemarin yang melamarkan pamannya datang dengan ibunya. Ayahnya sudah meninggal. Anak kedua dari tiga bersaudara. Pekerjaannya fotografer. Dia juga punya WO. Jadi semua urusan sudah selesai."

"Kapan??"

"Bulan depan. Tepatnya 2 minggu lagi. Dan besok hari terakhirku mengajar."

"Secepat itu?"
Aku mengangguk.
"Tapiii... Kenapa kelihatannya kamu kurang happy?"

Aku menghela napas berat.
"Entak sejak kapan. Tapi aku mulai jatuh cinta pada Amar. Padahal belum bertemu."

"Yakinlah. Pilihan bapak pasti sudah dipertimbangkan beliau. Ikhlaskan. Mantapkan hatimu. Menikah untuk ibadah."
Aku mengangguk sambil senyum seadanya. Meski terlihat terpaksa.

Ikhlaskan segalanya. Ridho orangtua insyaAllah ridho Allah juga.

Kalau aku terus menunggu Amar. Aku takut menyesal.

Lagipula Zaki dan Bayu bilang calon kakak ipar mereka sangat tampan. Lebih tampan dari masa muda bapak.

Tidak. Tidak. Aku tidak boleh menilai dari fisik.

Dua bocah itu terus membanggakan calon kakak iparnya. Tanpa sadar kedekatan mereka dengan calonku menambah keyakinanku bahwa dia memang baik. Soleh seperti yang keluargaku bilang.

Ya Allah.. Jatuh cintakan aku padanya hanya karna-Mu. Jadikan niat ini benar-benar untuk ibadah, menambah taatku pada-Mu. Dan semoga ini sungguh terbaik untuk dunia dan akhirat kami.

Amiin.

&&&&&&&&&

Amin in yaaaa...
Hehehe...

Enaknya tamat pas Rani udah nikah atau pas udah bahagia sama Amar??

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan 'bismillah dan alhamdulillah' sekali lagi mohon maaf.

Maaf jika masih nemu typo.

Kalau suka sama ceritaku jangan lupa tinggalkan jejak. Minimal klik tanda bintang.

Terimakasih sudah membaca.

Ilove you

Malang.
03.06.18
14.03

[Kepingan Kisah] Kunci Hati (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang