HAH!! 3

8.7K 709 230
                                    

Bakugo tidak bisa tidur. Bagaimana Dia bisa tidur jika yang tidur di sebelahnya adalah orang yang diam-diam Dia sukai.
Seharusnya malam ini adalah malam pertama mereka, tetapi dengan tidak berperi-Bakugo-an,  Deku istrinya, malah asyik tertidur dengan cantiknya.

"Astaga, aku bisa gila." rutuk Bakugo.

"Ahn."

"Awas kau, Deku."

"Ehmm."

"Sial!"

"Eungh K-kacchan."

'Astaga apalagi itu?' batin Bakugo nelangsa.

"Sial! Aku tidak bisa tidur jika seperti ini."

Malam ini adalah malam yang sangat menyedihkan bagi Katsuki Bakugo pemuda gagah perkasa, yang seharusnya indah berubah menjadi nestapa karena ditinggal tidur oleh uhuk-istri tercinta-uhuk. Padahal Bakugo mau mengajak Izuku untuk berbuat yang iya-iya, tetapi malah...

.
.


Pagi hari di kediaman keluarga Katsuki yang asri.

"Selamat pagi." sapa Izuku dengan wajah riang menggemaskan miliknya.

"Pagi sayang." sapa Bakugo Mitsuki, ibu Bakugo, mertua dari Izuku. Sedang duduk cantik di ruang makan berdua bersama sang putra yang sedari tadi memasang wajah garang. Entah apa yang terjadi pada malam pertama mereka. Mitsuki tidak tahu walau sebenarnya Dia kepo.

Mitsuki sudah cukup senang kok karena menantunya itu sangatlah imut, tidak sia-sia Bakugo menghamili -walau hal tersebut tidak dibenarkan- pemuda bernama Midoriya Izuku jika Dia mendapatkan menantu seimut Izuku.

"Bakugo jawab sapaan istrimu. Dasar payah." digeplaknya kepala pirang sang anak yang sedari tadi hanya terdiam dengan wajah seram khas miliknya, dengan geplakan sayang dari Mitsuki.

"Mama, apa-apaan sih?!"

"Kau yang apa-apaan Bakugo. Tidak 'kah kau tahu istrimu sudah memanggil namamu sedari tadi dan kau malah mengabaikannya. Lihat! Istrimu sampai bersedih karenamu. Suami macam apa kau." jelas Mitsuki berlebihan. Sebenarnya ada motif terselubung dari perkataannya barusan. Walau tidak seluruhnya apa yang Mitsuki katakan itu benar.

"Hah!? Deku memanggilku? Kapan?" tanya Bakugo bingung.

"Barusan." jawab Mitsuki sambil memainkan kuku runcing miliknya yang sudah dipoles dengan kuteks berwarna merah cetar membahana badai.

"Mama jangan berbohong, ya?" ketus Bakugo. Mana percaya Dia perkataan ibunya tersebut. Pasalnya Dia pernah tertipu perkataan sang Mama. Jadi, Bakugo ogah jika harus menuruti perkataan Mamanya.

"Ya sudah kalau kau tidak percaya. Kau tanya saja langsung pada istrimu itu." tunjuk Mitsuki pada Izuku yang sedang berdiri sambil menatap mereka canggung saat melihat secara langsung pertengkaraan yang melibatkan suami dan sang mertua.

"Err, K-kacchan." panggil Izuku.

"Tuh lihat, Mama benar 'kan." ujar Mitsuki kesenangan. Bagaimana tidak senang jika sang menantu turut serta mengikuti 'permainan' yang sedang Dia lakukan yang tanpa disadari oleh sang menantu.

"H-hah!?" jerit Bakugo dengan tidak elitnya.

"Kacchan kau mau makan apa?" tanya Izuku sekali lagi. Sebagai istri yang berbakti Izuku harus mempersiapkan  keperluan suaminya. "Aku bisa memasakkanmu. Kau ingin makan apa?"

"M-memangnya kau bisa memasak?" gugup Bakugo.

Mitsuki yang melihat kelakuan putra dan menantunya hanya bisa terkekeh. Walau Dia diabaikan juga tidak apa-apa jika Dia bisa mendapatkan momen manis seperti ini Dia rela kok.
'Mereka manis sekali.' batin Mitsuki girang.

"Ehm, aku bisa memasak. Mama pernah mengajariku." jelas Izuku gugup. Digaruknya pipi bulat miliknya untuk menetralisir rasa gugup.

"Kok aku tidak pernah tahu, ya?" tanya Bakugo dengan wajah bodoh minta ditabok miliknya. Bahkan tangan Mitsuki sudah gatal ingin menggeplak kepala pirang sang putra sekali lagi. Kalau bisa yang keras. Biar Dia sadar kelakuannya selama ini.

"Kan Kacchan tidak pernah ke rumahku." dengan bibir mengerucut imut.

"Ah, iya, ya. Maaf, deh, kalau aku tidak pernah ke rumahmu." ucap Bakugo sambil garuk-garuk ketek.

"E-eh?" Izuku yang mendengar permintaan maaf langsung Bakugo -yang tidak disadari- hanya bisa berkedip bingung.

Ini serius Bakugo sedang meminta maaf padanya.

Ini Bakugo yang asli 'kan? Bukan tiruan apalagi bohongan.

Aah. Izuku pusing.

"Kau kenapa?" tanya Bakugo.

"Ti-tidak kenapa-napa kok." jawab Izuku dengan tawa yang dipaksakan. "K-kacchan mau makan apa?" ulangnya.

"Nasi goreng saja."

"Oh, ok."

Setelah mendengar permintaan Kacchan, Izuku langsung pergi ke dapur untuk memasakkan nasi goreng spesial untuk sang suami.

"Pffft. Kau bodoh." ejek Mitsuki.

"Mama kenapa?" tanya Bakugo pada sang Mama. Dia heran. Kok sang Mama masih ada di sini. Bukannya sudah pergi sedari tadi ya?

"Oh, kau baru sadar kalau Mama masih ada di sini. Cukup tahu saja."

"Hah?"

"Enak ya, ngobrol berdua sampai mengabaikan Mama yang sudah duduk cantik di sini. Seakan-akan dunia milik berdua, sedangkan yang lain ngontrak."

"A-apa?"

"Yang lagi kasmaran beda. Selalu berbunga-bunga." jelas Mitsuki dengan seringai mengejek miliknya.

"....."

"Kau kalah Katsuki Bakugo. Hahaha!" dipeletkan lidahnya bermaksud mengejek sang putra.

"Mama, awas saja kau!" teriak Bakugo dengan menahan amarah.

"Ups. Aku masih ada urusan. Dadah Bakugo sayang."

"Awas saja kau! Tunggu pembalasan dariku." smirk.

"K-kacchan?" panggil Izuku.

"Apa!" bentak Bakugo tidak sadar. Salahkan emosinya yang belum mereda membuatnya enggan untuk melihat objek yang baru saja Dia bentak. Malas katanya.

"H-hiks."

Astaga. Apa itu barusan. Kok kaya kenal ya.

"Kacchan jahat!"

"Hah?!" dengan spontan Bakugo langsung menoleh melihat siapa korban yang dia bentak.

Sepertinya ada yang sedang ngambek nih.

Tunggu saja Bakugo. Ini masih permulaan. Belum seluruhnya karena penderitaanmu baru saja dimulai *smirk*.

.
.
.

TBC

Maaf, ya, kalau updatenya lama 😢😢.

Ada yang nungguin ff ini?

Oh, iya, kalau ada yang nemu typo jangan lupa kasih tau ya 😁😁.

Aneh? Iya. Gaje? Apalagi itu. Gaje banget. Semoga suka 😊😊.

Please jangan timpuk saya.

HAH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang