FIVE

638 10 0
                                    


Hari ini aku lagi-lagi di jemput sama Rio. Dan itu secara tiba-tiba tanpa ngabarin aku. Dia tahu dimana rumah ku karena kejadian sekolah kami di serang oleh sekolah lain waktu itu.

Jadi setiap pagi-pagi banget Rio udah stay di rumah ku. Bunda lama kelamaan juga udah hafal sama kedatangan Rio dengan suara montornya itu. Bahkan beberapa hari ini aku jarang berangkat sama mas Ridwan.

"Ri, kamu bisa nggak sih nyuruh temen mu itu nggak setiap hari jemput kamu. Bunda lama-lama risih juga kalo dia terus terusan jemput kamu dan nganter kamu pulang kayak gini terus. Nggak enak tau kalo di lihat tetangga, toh ya kalian kan belum punya hubungan apa-apa," kata bunda dengan halus.

"Ya gimana lagi bun, itu juga kemauan Rio sendiri. Aku juga nggak tau kenapa dia kayak gitu. Yang pasti kayak ada yang di sembunyiin dari aku, tapi aku nggak tau apa. Aku juga udah coba buat nolak, bahkan mengabaikan tawaran Rio, tapi dia masih nggak mau dengerin. Yang penting aku pulang dan berangkat harus sama dia" jelas ku pelan.

"Tapi Ri, bunda nggak mau kamu kenapa-kenapa. Tolong lah kamu jelasin ke dia."

"Ya udah bun, aku berangkat dulu, keburu telat"

"Ya udah hati-hati, jaga diri kamu baik-baik," jelas bunda

Aku nggak mau memperpanjang masalah ini, apalagi kalo sampai Rio tau apa yang barusan di omongin bunda ke aku.

***

"Eh kamu bisa nggak sih, buat ngejauhin Rio. Dia tu punya aku dan kamu nggak berhak ngambil dia dari aku. Dan kamu bakal tau apa akibat nya kalo sampai kamu deket lagi sama dia. Ngerti!" jelas ketua geng cewe yang suka sama Rio.

Aku tiba-tiba di tarik dan di bawa ke kamar mandi siswa. Setelah aku dan geng mereka sampai di kamar mandi aku pun di dorong sampai punggung ku menghantam tembok. Sakit? Enggak karena udah hilang sama rasa kaget ku.

"Kalo bilang jangan sembarangan ya. Aku sama Rio nggak...," pembicaraan ku di potong oleh salah satu anggota geng itu.

"Aku nggak nyuruh kamu bicara!"

"Jangan ngomong apa-apa kalo kamu nggak mau pipi kamu jadi korbannya! Ngerti!" kata salah satu anggota lainnya.

"Aku nggak mau ngelihat kamu boncengan lagi sama Rio apalagi sampai deket-deket Rio. Dan kamu bakal tau apa akibatnya kalo sampai kamu berani ngelawan! Jelas nggak!" bentak Adel sang ketua geng cewek itu.

Aku hanya mengangguk perlahan. Setelah mereka pergi aku nangis dulu di kamar mandi. Jujur, apa sih mau mereka. Jumlah mereka nggak sedikit sekitar ada 5 orang yang ikut masuk di kamar mandi buat ngelabrak dan 2 orang lain di luar buat ngawasin kalo semisal ada anak kelas lain masuk dan ngeliat apa yang barusan terjadi.

Setelah kejadian itu terjadi, aku memtuskan buat menjauh dari Rio. Bahkan kalo Erisa cerita tentang Rio aku nggak pernah nanggepin lagi.

"Hai Ri! Tumben tadi di kantin nggak ada, terus pas aku cariin di kelas kamu juga nggak ada, bahkan sampai tadi siang kamu juga nggak ada. Aku kira kamu di UKS karena sakit," sapa Rio setelah aku keluar gerbang.

Aku nggak jawab dan meneruskan langkah ku menuju halte. Ya lah aku nggak ada di mana mana pas jam kosong. Istirahat pertama aja aku di labrak sama doi nya dia dan sisanya aku memilih diam di perpustakaan tapi nggak sama Erisa kali ini aku sendiri (alias menghilangkan jejak dari orang-orang).

"Ri! Kok nggak di jawab sih. Ayo naik! mau pulang nggak?"

"Sorry ya aku ngomong kayak gini sama kamu. Tapi aku bukan siapa-siapa kamu dan kamu nggak berhak buat nentuin aku mau pulang bareng kamu apa enggak!" aku yang tau kalo geng cewe itu mengikuti ku dari belakang, aku langsung menjawab ketus pertanyaan Rio.

From Secret To LoveWhere stories live. Discover now