TEN

836 16 2
                                    


Sebelum masuk kelas, kak Ilham meminta agar tim lomba berkumpul di kantin. katanya mau musyawarah tentang seragam yang kita pakai waktu lomba.

Disana sudah ada lengkap. Aku duduk di tengah antara kak Lia dan kak Ilham. Kali ini aku lebih menjauh dulu sama Rio. Aku takut kalo sampek Adel masih berfikiran yang enggak-enggak antara aku sama Rio.

"Oke, sekarang aku mau kalian catat ukuran baju kalian masing-masing. Katanya pak Hasan bakal buatin baju baru buat kita. Jadi aku mau setelah istirahat kalian kumpulin catatan baju kalian di ketua paskibra. Jelas semuanya!" kak Ilham memulai pembicaraan.

"Baju baru? Kayak gimana modelnya? Kok kita nggak tau sih," timpal kak Lia.

"Kak! Aku mau usul boleh nggak?" tanya ku.

"Boleh, usul aja. Di sini semua anak boleh usul gimana konsep baju kita nanti. Asal pantes aja kalo kita pakai, di lomba lomba antar sekolahan. Oh ya, jangan terlalu mewah atau ribet juga," jawab kak Ilham.

"Kak gimana kalo bajunya di model kayak gini," aku menunjukan foto yang ada di HP ku. foto anak Akpol yang memakai baju merah putihnya.

Semua siswa mengangguk setuju. Emang sih modelnya biasa. Tapi setelah pakai bakal jadi luar biasa dengan tambahan dek di bagian pundak. Rio bahkan berteriak setuju dengan usul ku. kecuali Adel.

"Hah? Baju kayak gitu? Nggak deh males pakeknya! Murahan! Ni mending yang kayak gini aja lebih bagus. So pasti lebih mahal."

Aku berusaha menahan emosi ku. kak Lia menepuk pundak ku dengan pelan agar aku lebih tenang. Rio hanya melihat ku dengan tatapan kosong. Kak Ilham juga ikutan menghela nafas panjang.

"Del! Yang bener aja. Itu mahal. Lagian juga ribet. Fariasi kita bakal ancur kalo pake baju begituan!" sahut salah satu anak tim inti.

"Nggak bisa mikir apa yak? Emang kayak gitu nggak butuh duit?" timpal lagi salah satu anak tim inti.

Suasana semakin tegang. Untung aja mereka berpihak sama aku. Karena yang baik bakal di bela ketimbang yang jahat. Tapi kalo yang baik nggak di bela malah ngebela yang jahat, ya berarti yang ngebela lagi kemasukan binatang matanya.

***

Erisa berjalan menyusuri koridor sekolah. Di belakangnya ada aku yang mengikuti langkah Erisa dengan cepat. Istirahat pertama aku mengikuti Erisa ke kantin. katanya dia mau ngelabrak Adel kerena aku udah laporin semua sikap Adel waktu dia usul baju lomba.

"Ris! Tungguin," kata ku kepada Erisa yang berjalan semakin cepat.

Aku dan Erisa sampai di kantin. Tapi ternyata disana nggak ada Adel bahkan teman-temannya. Aku hanya duduk melihat tingkah Eria yang lucu. Walaupun dia lagi marah.

"Es jeruk dua ya Bu," pinta ku kepada salah satu penjual kantin.

"Udah duduk dulu aja, jangan emosi gitu. Lagian masalahnya udah selesai kok," kataku ambil menarik tangan Erisa untuk menyuruhnya duduk.

"Ri! Kamu betah ya di jatuhin ama tu anak. Aku nggak terima Ri, masak kamu di gituin nggak ngebela sih."

"Udah tenang aja. Nih, minum dulu," jawab ku sambil menyodorkan minuman yang ke pean tadi.

"Oh, ya, aku mau tanya."

"Apa?"

"Kamu kemaren berantem kan sama Adel? Jujur aja deh."

"Mmm... kasih tau nggak ya..."

"Ayo lah Ri... masak kamu tega liat temen mati penasaran gara-gara kamu sama Adel berantem?"

From Secret To LoveWhere stories live. Discover now