NINE

517 11 4
                                    


Malam itu aku sedang belajar di rumah. Tepatnya berada di istana ku, apalagi kalo bukan kamar ku sendiri. memang beberapa hari itu sekolahku mengadakan ulangan. Ya mau nggak mau aku harus belajar pagi, siang, sore, malam.

Setelah beberapa hari kejadian itu, aku memetuskan untuk jaga jarak sama Rio. Dia terlalu mekengkang ku untuk ikut lomba itu. Meskipun lombanya masih sebulan lagi. Tapi sekolah ku mengadakan seleksi awal. Yang pasti biar perfomnya bagus.

"Riana, kamu di cari tuh sama temen kamu," kata bunda setelah membuka pintu kamar ku.

"Siapa? Bilang, suruh langsung ke kamar aja. Riana lagi sibuk," jawabku yang masih menatap buku pelajaran.

"Ih, jangan lah. Cowok lho, masak suruh masuk kamar kamu. Udah sana temuin!"

"Hah? Cowok? Siapa?" jawabku langsung berdiri dan membuka pintu kamar.

Aku keluar sambil melihat HP ku. Siapa tahu ada yang watsapp mau ke sini, tapi nggak sempet aku lihat. Setelah keluar menuju ruang tamu aku terkejut ternyata yang datang Rio.

"Ngapain kamu kesini?" tanya ku penasaran.

"Bantuin ngerjain tugas dong, susah nih," pinta Rio.

"Tugas apa?"

"Mmm... tugas Matematika. Aku nggak bisa, plis ya... ajarin aku," wajah Rio mulai memelas.

"Iya aku bantuin. Mana bukunya?"

"Nih!"

Aku dan Rio mengerjakan tugas Matematika bersama.Kalo masalah Matematika aku yang jago, tapi kalo Rio jagonya IPA jadi kita saling membatu satu sama lain.

Ditengah-tengah saat aku sedang mengerjakan tugas Rio tiba-tiba Rio menanyakan sesuatu kepada ku dengan nada serius.

"Ri! Kamu... mau kan masuk tim inti paskib sama ikut lombanya?" tanya Rio pelan.

"Rio! Please, jangan paksa aku untuk masuk dan ikut loma itu. Aku masih belum bisa terbuka gitu aja untuk ikut lomba lagi. Kalo masalah latihan aku masih bisa, tapi kalo lomba..." aku tidak meneruskan ucapanku dan melanjutkan mengerjakan tugas.

"Tapi Ri, kamu bisa..." sahut Rio dengan nada tegas.

"Ini jawabannya, kamu tulis aja dulu. Aku mau ambil minum buat kamu dulu sekalian ambil buku yang lain," jawabku memutus pembicaraan Rio.

Rio hanya terdiam dan menatapku aneh. Aku nggak bisa buat membuka semuanya tentang paskib. Kekalahan dan kegagalan itu masih teringat jelas di kepala ku.

***

Hari demi hari berganti. Hari perlombaan tinggal tiga minggu lagi. Bahkan sampai sekarang aku masih bimbang antara iya dan tidak. Rasanya ingin melakukannya lagi tapi hati berkata tidak.

Kak Ilham selaku ketua OSIS dan penanggung jawab eskul paskibra masih saja sabar menunggu keputusan ku. Anak tim inti lainnya juga berharap agar aku masuk, karena hanya aku satu-satunya anak paskib yang memiliki postur tubuh pas dan juga tingginya.

Pikiranku berkata lain hari ini. Sore ini kata kak Lia sang danton tim inti ada latihan. Tapi aku nggak tahu kapan jam pastinya. Tapi kali ini aku berniat dan kembali kepada mereka. Ini semua juga aku lakukan demi sekolah ku.

"Kok masih pada duduk sih? Udah mau jam 3, kalian nggak latihan?" tanya ku sambil merapikan baju yang aku kenakan.

Saat mereka menoleh kearah ku yang berada di tengah lapangan dengan menganakan training dan juga baju latihan paskiba kami plus dengan sepatu fantofel, mereka pun berteriak memanggil nama ku kegirangan.

From Secret To LoveWhere stories live. Discover now