Di rumah sakit.
Roshni harus benar-benar di rawat ternyata. Penyakit tifus yang menyerang dirinya tanpa di sadari.
Reem dengan setia menemani Roshni yang masih belum sadar dari tidurnya. Yah,istirahat yang cukup untuk Roshni. Itu yang di butuhkan gadis itu."Huh...! Kau sakit kan,begini tidak mau dibawa ke dokter? Jika sudah begini kau tidak boleh mengelak lagi untuk di rawat di rumah sakit,karena kau sakit tifus!". Reem menggerutu sendiri sambil memakan jeruk yang tersedia di keranjang buah tepatnya di kamar rawat Roshni.
"My dear". Suara yang membuat Reem kaget dan hampir tersedak jeruk yang berada di mulut nya. Leher itu memutar ke samping dan melihat Emma juga Faisal yang sudah berdiri tepat di dekat pintu,atau lebih tepatnya sudah masuk ke ruangan serba putih dengan aroma obat.
"My dear,oh sayangku. Kau kenapa bisa sakit begini,ini membuat ibu terkejut sayang. Apalagi kau tidak pernah masuk rumah sakit",Emma mendekat dan langsung mengusap lembut wajah Roshni dan menciumnya penuh kasih sayang seorang ibu.
Reem bangkit dari duduk nya dan membiarkan sang ibu di dekat sang putri. "Maaf bibi,tadinya Roshni mau menginap di tempatku. Tapi berhubung dia sakit aku menyuruh dia ke dokter,awalnya menolak dan tak lama pingsan".
"Terima kasih ya Reem,sudah membawa Rosh ke sini. Dan aku tidak tau jika dia sakit",kata Emma yang tersenyum kecil melihat ke arah Reem.
"Ini mendadak bibi,dia sudah demam saat aku mau pamit pulang padanya tadi. Tapi dia bilang cuma lelah saja,dan banyak pikiran. Tapi ya,itulah Roshni yang keras kepala dan tidak mau ada orang repot karena dirinya".
"Kau bisa pulang Reem,biar kami yang menjaga dia. Lagipula besok kau kuliah kan,dan tolong buat surat perijinan ke dosen untuk Roshni selama beberapa waktu sampai dia sembuh". Faisal menyahut,Reem mengangguk mantap lalu mengambil tas kecil miliknya.
"Mr. Darwin dan bibi aku permisi dulu ya. Aku kan menengok Roshni bersama teman-teman lain nanti". Pamit Reem dan melenggang pergi dari ruangan Roshni.
******
Di luar rumah sakit. Reem terhenti sejenak saat sebuah dering telfon berbunyi dari dalam tas nya. Tertera nama di layar ponsel android versi baru itu,dapat dari uang gaji hasil kerja. Yash.
"Ada apa dia telfon? Sesuatu yang penting kah? Tapi apa ya? Angkat atau tidak,ah lebih baik aku angkat saja mungkin sangat penting".
"Hallo?".
"Kenapa lama sekali mengangkat telponnya? Kau dimana memang?". Syara dengan nada kesal dari seberang telfon. Reem cuma mengigit lidahnya mendengar nada kesal Yash karena dirinya telat mengangkat telfon tadi.
"Maaf Yash,tapi tidak biasanya kau menelfon. Apa ada hal yang sangat penting hingga kau menelfon?". Reem memutuskan untuk duduk di sebuah kursi yang ada di depan rumah sakit,tidak baik menelfon sambil berjalan.
"Dimana Rosh? Dia harusnya ada rapat hari ini? Kami semua menunggu di kantor tau. Kau juga kenapa belum sampai disini? Cepat datang sama Roshni".
"Tidak bisa Yash,Roshni sakit dia ada di rumah sakit sekarang. Dia tifus,dan ya aku akan kesana. Lebih baik kau yang ambil alih dari rapat itu dulu". Reem menjelaskan dengan pelan,dan terdengar hembusan nafas lelah dari telfon.
Yash di seberang telfon pun tampak berpikir dan terdengar juga bibirnya mengecap pelan. "Baiklah,dan aku akan jenguk Roshni nanti,dan cepat lah kau kemari sebelum semua hilang kendali. Dan jangan ada alasan".
Telfon pun tertutup dengan segera Reem melangkah menuju jalan raya,mencegat taksi yang lewat untuk pergi ke kantor dan bergabung dalam rapat yang tidak di hadiri Roshni karena gadis malang itu sakit.
"Sorry guys! I'm late",Reem berteriak dan berlari masuk ke dalam ruangan rapat. Dan terlihat semua orang menatap Reem yang kacau. Rambut agak berantakan juga pakaian yang tidak tertata rapi.
"Huts...". Seorang karyawan di dekat Reem memberi instruksi yang langsung di pahami gadis itu,dia tersenyum kikuk sambil merapikan baju dan rambutnya. "Sorry,apa aku terlambat? Belum di mulai kan".
"Belum! Cepat duduk dan kita mulai,ini tidak lama".
Gadis itu duduk di kursi yang tersedia,Yash memulai rapat walau terlihat dari nada bicaranya sedikit gugup dan nervous sebab tidak pernah bicara dalam rapat besar. Memang tidak ada client lain atau investor lain,yang ada hanya karyawan kantor beberapa kru fotografer dan model majalah.
Waktu berjalan,sekitar satu jam dalam rapat yang sunyi dan sangat serius. Akhirnya selesai juga dengan tepuk tangan orang-orang yang hadir. "So,cepat kita lakukan yang kita bahas tadi. Dan aku mau kita sukses walau tanpa Roshni yang sekarang sedang sakit,kita buat dia senang setelah dia kembali nanti. Buat perusahaan ini maju".
"Aku setuju". Cetus Reem
"Ya yang dikatakan Yash benar,kira harus buat dia bangga dengan kerja keras kita kali ini. Sudah cukup dia yang berpikir untuk membuat kita di rating atas,dan sekarang kita buat perusahaan ini makin maju dan berada di puncak". Sambungnya yang langsung mendapat tepuk tangan meriah dan senyuman serta dua jempol dari Yash.
"Jadi kapan.."
"Besok,sekarang sudah larut dan kita pulang. Istirahat dan besok adalah hari sangat sibuk bagi kita terutama kru fotografer dan para model cantik. Dan kau Reem jaga kesehatannya karena kau cover majalah kita selama ini. Dan aku mau kamera tidak bermasalah saat sesi pemotretan besok,dan kita akan travel ke beberapa daerah untuk mendapatkan hasil yang bagus". Yash menjelaskan sambil mengambil posisi duduk di dekat Reem,berdiri terus sangat capek baginya. Lelah melanda namun ini demi kesuksesan.
"Ah tidak bukan itu saja! Kita akan travel ke beberapa daerah yang sama sekali belum pernah di kunjungi orang dengan pesona tersembunyi yang akan membuat semua orang terpana". Ucap Reem
"Ya kau benar,Dear".
Semua tampak setuju dan mengangguk,setelah itu bubar dan kosong. Menyisakan Reem dan Yash yang masih duduk dan berhadapan di layar monitor laptop. Mencari di situs untuk travel.
"Kita punya waktu 1 bulan,Roshni akan cuti 1 bulan setelah ini dan kita akan manfaatkan waktu. Di Pakistan,kau tau wilayah pegunungan yang indah bagai es itu? Kita akan kesana lalu ke negara ku INDIA,aku tau sebuah tempat indah". Reem mengoceh dengan sesuka hati tanpa membiarkan Yash berbicara dan saat akan bicara pasti akan terpotong dengan ocehan gadis disampingnya.
"Ya!",tegas Yash yang membuat Reem diam dan malah tersenyum. Yash merebut laptop dari Reem dan mulai transaksi tiket. Dan uang itu di potong dari gaji para karyawan yang sudah di sepakati bersama tanpa ada protes. Dan semua sepakat juga tidak akan mengadu pada Roshni tentang gaji mereka yang di potong untuk travel demi membuat perusahaan mereka masuk ke dalam rating bisnis yang hampir padat tiada celah sedikit pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Father My Husband.
Romancemy future my destiny. so,apa yang kalian pikirkan jika ayah tiri mu menikah dan selingkuh dengan putrinya sendiri? its crazy. begitulah,suami ibu ku yang umurnya terpaut 2 tahun denganku. Harus menjadi ayah tiri ku,tidak di sangka dan tidak terduga...