three

6.4K 701 89
                                    

"kau bisa berbaring di atas bangsal, kau tidak punya masalahkan jika aku menyingkap bajumu sedikit?" Seorang dokter memberi Hinata senyum baik hati, dia melepas stetoskopnya dan berdiri untuk mengambil alat lain. Hinata menggigit bibirnya tidak nyaman, dia merasa cemas dan entah mengapa khawatir, Sugawara yang menemaninya mengusap bahu Hinata untuk menenangkannya, pagi ini daichi memberi izin mereka untuk keluar dari kantor. Awalnya Hinata merasa takut kalau-kalau daichi memandangnya buruk, namun dugaannya meleset karna daichi tersenyum hangat, bahkan bersedia mengantarnya ke rumah sakit.

Dokter itu kembali, Hinata merasa gugup ketika wanita itu mengangkat bajunya sedikit dan mengoleskan gel bening (membuat Hinata bergidik dalam prosesnya) yang dingin. Dokter itu meletakkan sebuah alat yang menampilkan bayi di perut Hinata di layar monitor.

"Hmm, mereka bayi yang sehat, sangat sehat untuk kandungan berumur satu setengah bulan..."

"Mereka?" Sugawara bertanya perlahan, alis dokter itu berkernyit bingung. "Mmm, apa kalian baru pertama kali memeriksanya?" Tanya wanita itu bingung. "Ya, kami mengetahuinya beberapa hari yang lalu..."

"Astaga bodohnya aku! Aku harusnya bertanya apakah kau sudah periksa sebelumnya! Maaf!" Dokter itu tertawa untuk mencairkan suasana yang sedikit tegang karna perkataannya.

"Yah... Hinata-san hamil anak kembar, kau bisa melihatnya di monitor, bayinya baik-baik saja dan sangat sehat"

Hinata memucat di tempat, bukan hanya satu tapi dua! Dia hamil dua bayi! Demi tuhan kenapa ini menjadi semakin buruk?.

"T-tolong periksa sekali lagi dok... Mungkin saja kau salah..." Hinata tergagap, sekarang dia merasa ada dua gunung yang di taruh di atas pundaknya. Tolong jangan biarkan ini menjadi kenyataan. Hinata berdoa kepada Tuhan, yang manapun yang mau mendengarnya. Remasan di tangan Hinata semakin kuat, dia tau Sugawara juga menjadi gugup di sampingnya.

"Tidak! Kau bahkan bisa melihat mereka di monitor, ada dua gumpalan kecil... Mereka akan segara memiliki jantung dan mereka akan bernafas..." Dokter Yuriko terdengar antusias, wanita itu mengatakannya seperti... proses pembentukan dua janin menuju bayi adalah sebuah ke ajaiban, namun hal itu tidak terdengar seperti itu di telinga Hinata, itu terdengar seperti kutukan.

"Dok... Kami-... Aku... Aku tidak ingin bayi..." Omega itu tertatih di setiap perkataannya, seakan di beru saja mengumumkan pada dunia bahwa dia telah kalah dalam sebuah perang, bahkan sebelum dia mencoba.

"A-aku... Ingin menggugurkannya... Kurasa..." Suara Hinata bergetar sementara Sugawara meremas tangannya semakin kuat. Hinata tau jika apa yang akan dia perbuat salah dan dia tau benar bahwa keputusannya akan membuat seseorang kehilangan hak hidupnya, tidak bukan seseorang tapi dua. Namun Mereka sudah membicarakan ini sebelumnya.

***

"Hinata apa kau yakin dengan keputusanmu? Itu berbahaya dan ilegal kau tau..." Sugawara mengguncang bahu Hinata pelan. Omega itu sudah menangis sejak dia tiba di rumahnya kemarin malam.

"Orang tuaku marah besar dan mereka mengusirku... Aku tidak punya tempat tinggal dan aku tidak punya cukup uang untuk mengurus seorang bayi... Aku tidak bisa membawa bayiku ke dunia, kemudian membuat mereka lebih hancur lagi tanpa kehadiran seorang ayah... Aku tidak ingin anakku menderita seperti orang tuanya!!!" Tangisan Hinata semakin keras, peristiwa yang terjadi kemarin malam terus menghantuinya, dia tidak tau bagaimana bisa orang tuanya tau tentang kehamilan itu, di baru saja pulang kerja ketika dia melihat seluruh barangnya sudah di kemas kedalam koper di depan pintu, ibu dan ayahnya marah, mereka terus menghardik dan mendorongnya dengan kasar, berkata bahwa mereka malu memilikinya dalam keluarga karna cacat dan hamil tanpa alpha, mereka menyuruh Hinata untuk menggugurkan kandungannya agar bisa kembali kerumah.

[KageHina] Here We Are [ABO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang