Six

6.4K 712 249
                                        

Penderitaan tanpa akhir.

Hanya itu yang ada di kepala Suga ketika mendapati Hinata terbaring di atas bangsal di ruangan steril rumah sakit. Pagi ini omega itu baru saja mengalami kontraksi melahirkan dan beberapa dokter telah siap di ruangan tersebut, daichi dan Suga juga ada di sana untuk menguatkan Hinata, awalnya dokter meminta mereka untuk menunggu di luar ruangan, namun karena desakan suga, seorang perawat memperbolehkan salah seorang dari mereka masuk. Hinata butuh dukungan, itulah yang dia katakan.

Jadi Suga masuk kedalam ruangan dan daichi menunggu dengan gugup di luar, meski yang melahirkan bukan pasangannya, daichi tetap bisa merasakan ketegangan pasca melahirkan, jantung alpha itu berdetak kencang, dan buku-buku jarinya memutih, dia bahkan tidak manyadari pucat yang menyebar pada wajahnya dan sama sekali mengabaikan rasa lelah di tubuhnya setelah beberapa hari lembur di kantor.

Di dalam ruangan tidak kalah tegangnya, semua dokter sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada begitu banyak peralatan medis, tidak ada yang membuat gerakan sia-sia, bahkan tidak ada suara apapun kecuali suara nafas Hinata.

Fokus Sugawara kembali pada sang omega, Suga sudah pernah melihat Hinata menangis dan meronta sebelumnya, tapi itu tidak ada apa-apa yang di bandingkan yang sekarang. Omega itu terus merintih dan menangis, keringat sudah lama bercucuran dari anak rambutnya, matanya tertutup rapat dan dokter terus memintanya untuk mendorong dan bernafas, Suga mungkin bukan omega jadi dia tidak terlalu mengerti apa yang di instruksikan dokter pada Hinata, tapi Beta itu mengambil inisiatif untuk mengelus rambut Hinata berantakan (meski dia tidak atau apakah itu membantu sama sekali).

Hinata berteriak parau, tangannya mengepal di seprai dan kain yang digunakan untuk menutupi dirinya, tidak peduli sekeras apa dia mencoba, bayi-bayi itu tetap belum menampakkan diri. Hinata terus mengejan dan merintih putus asa, air matanya tidak kunjung berhenti untuk membasahi sarung bantal di kepalanya.

untuk pertama kali dalam hidupnya, Suga tidak bisa berpikir jernih dan dia ikut kalut menyaksikan penderitaan yang di tanggung kouheinya. Omega itu berusaha sekeras yang dia bisa, dia mengulur dan mengatur nafasnya untuk mendorong bayi-bayinya keluar, tapi itu tidak cukup kuat.

Ruangan itu sangat sibuk, dokter-dokter mulai mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan dan beberapa lagi membantu dan memberi instruksi pada Hinata. di tengahnya ruangan yang seperti itu, Sugawara tidak bisa merasakan apapun selain rasa takut dan khawatir, dia merasa waktu bergerak begitu lambat menyaksikan semua kepayahan Hinata tepat di depan matanya. Tubuh omega itu sedikit lebih kurus dari bulan-bulan pertama dia hamil, dia terus menutup matanya, sesekali membukanya hanya untuk melirik Sugawara dengan tatapan memohon bantuan atau apa, Suga tau fisik omega itu juga ikut melemah sejak dia di bawa ke rumah sakit central dan sekarang semua warna di wajah pria itu hilang.

Segalanya berjalan sangat-sangat lambat, Hinata terus mengerang dan merintih hingga membuat denyut jantung Suga ikut nyeri. omega itu terkadang pingsan karena rasa sakit dan kelelahan yang luar bisa, dia kemudian akan di paksa bangun atau terbangun kembali hanya untuk berteriak dan meratap.

Bayi pertama Hinata lahir setelah dua jam berikutnya, dokter segera memotong tali pusarnya dan membawanya ke tabung inkubator. Namun darah yang di hasilkan oleh omega terlalu banyak untuk di atasi, mereka mengurus pendarahan itu dan memberinya waktu untuk mengambil nafas, tapi detak jantung Hinata sudah melemah lebih dulu dan wajahnya pucat seputih kertas. Sugawara tidak punya waktu untuk mengamati bayi yang baru saja lahir, dia masih berfokus pada Hinata hingga para dokter kembali memintanya untuk persiapan kedua.
Darah yang di hasilkan lebih banyak dari sebelumnya, Omega itu kembali mendorong dengan semua sisa tenaga yang dia punya, tidak peduli dengan nafasnya yang sudah compang-camping atau air matanya yang mengering karna begitu banyak menangis, Hinata mengambil nafas dalam-dalam sebelum kembali menghembuskannya, dengan semua kekuatan yang masih dia miliki, Hinata mendorong dirinya untuk melakukan yang terbaik untuk bayinya ( yang terasa sepeti keabadian bagi Sugawara) dan tangisan dari bayi terakhirnya terdengar.

[KageHina] Here We Are [ABO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang