Hinata memungut kembali pakaiannya yang berserakan, tubuhnya masih di serang oleh gemetaran dan matanya berkabut. Dia ingin lari, ingin pergi dan dia merasa tidak ingin hidup lagi. Dia tidak pernah ingin terikat dengan alpha manapun, dia tidak ingin hidupnya di atur, tidak ingin di kurung di rumah, dan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu dan membesarkan anak, dia tidak ingin terikat, DIA TIDAK MAU!.
Tapi ikatannya sudah sempurna, bau alpha itu sudah menyatu dengan baunya sendiri, bahkan mulai menguar keseluruh ruangan dan mustahil bagi Hinata untuk menutupinya atau lari. Hinta panik, dia merasa sakit dan kotor, apa yang harus dia lakukan, menunggu alpha nya untuk bangun dan meminta pertanggung jawaban? Sejak awal ini semua adalah salahnya!, Pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun? Bagaimana nasipnya setelah semua ini berakhir? Apa yang akan di katakan keluarganya? Apa yang akan di katakan orang-orang tentang dia?. Hinata menangis dalam diam, dia bingung dan takut. Apa yang harus dia lakukan?
Bibir Hinata bergetar, dia meremas kemeja yang sedari tadi di genggamnya. Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana jika ternyata alpha itu bangun dan tidak menginginkannya? Bagaiman jika dia menolaknya dan menyalahkan heat-nya? Bagaiman jika alpha itu malah menjebloskannya ke penjara karena dia lalai dalam menangani panasnya?. Pikiran-pikiran itu membuat nafas Hinata takut. omega itu bimbang, pergi atau tinggal? Dua-duanya berisiko sama, yang mana yang harus dia pilih?.
Pria kecil itu menggeleng, memutuskan untuk mengambil pilihan pertama. mengabaikan rasa sakit yang ada di bahu dan pinggangnya, hinata memakai kembali pakaiannya.
Setelah dia selesai mengenakan kemejanya, Hinata berjalan ke arah pintu, dia berbalik untuk menatap alphanya untuk yang terkahir kali.
Wajahnya tidak begitu jelas karna kamar itu gelap tanpa pencahayaan apapun, Hinata tidak tau apa yang membuatnya enggan untuk pergi, namun dia tidak punya pilihan lain, dia terjebak diantara dua pilihan dan keduanya sama sekali tidak menguntungkan. Jadi Hinata meraih selimut yang jatuh di sekitar tempat tidur, bergerak mendekati alpha yang masih tertidur dan menyelimutinya. Setelah memastikan tidak ada apapun yang tertinggal, Hinata pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.
XOXO
Sinar matahari menerobos jendela kamar langsung menimpa Kageyama, pria itu terganggu dan dengan berat hati membuka mata.
Awalnya Kageyama bingung, dia tertidur di dalam kamar dan di atas kasur yang bukan miliknya, ada sedikit pegal dan rasa lengket di mana-mana, namun di beberapa tempat dia merasa segar dan nyaman.
Kageyama bangun dari tempat tidur dan mengambil posisi duduk, alisnya berkerut begitu mendapati bed cover lembut menutupi tubuhnya yang telanjang.
Apa yang terjadi?
Kageyama memaksa kepalanya yang masih terasa berat untuk mengingat kejadian- kejadian tadi malam, namun ingatan itu buram, satu-satunya yang terlintas di kepala kageyama hanya Oikawa yang datang mengunjungi keluarganya dan membawanya ke bar, lalu dia pergi setelah menggerutu dan ketika dia sudah bersiap untuk pulang dia...
Beberapa peristiwa muncul di benaknya, namun sangat samar dan buram, dimulai dengan gambaran laki-laki berperawakan kecil dengan aroma manis, kemudian mata coklat madu yang bulat, rambut oranye berantakan, kemudian di susul dengan ingatan-ingatan lainnya.
Kageyama tersentak dan sadar, dia baru saja lepas kendali setelah mencium bau panas seorang omega dan dia menidurinya, dia bahkan sudah memaksakan sebuah simpul perkawinan -meski mungkin tidak sepenuhnya sempurna, mungkin- Bagaiman dia bisa melupakan hal sepenting itu?.

KAMU SEDANG MEMBACA
[KageHina] Here We Are [ABO]
Fiksi PenggemarHinata shoyou terlahir sebagai omega laki-laki, dan karna sebuah kecerobohan dia harus terjebak di situasi dimana panasnya datang dan dia sedang berada di bar. Hal ini mengakibatkannya harus hamil tanpa ada seorang alpha yang menemaninya. Semua masa...