five

5.9K 651 163
                                        

"dan kau bukan hanya kehilangan bayimu... Tapi juga nyawamu..."

Hinata duduk mematung memandangi jendela, hujan baru saja turun beberapa menit yang lalu, kilatan-kilatan kecil menyambar di luar sana, dan Hinata merasa kosong. Air matanya turun seiring dengan air yang jatuh, dia tidak bicara pada siapapun, ada begitu banyak panggilan tak terjawab di HP-nya, tapi Hinata mengabaikan semuanya, dia bahkan menolak bicara pada Suga dan daichi.

Hinata merasa sakit... Dihadapkan pada dua pilihan di mana keduanya sama-sama tidak menguntungkan, bagaiman orang-orang menyebutnya? zemblanity hah?. Hinata tidak ingin mati... Tentu saja siapa yang ingin mati ketika kau berada di posisinya?, Atau jika kau masih bisa memiliki masa depan yang lebih baik? Atau sesuatu seperti harapan?. Hinata tidak mau mati, tentu saja tidak. Tapi bagaiman jika yang akan mati itu adalah kehidupan itu sendiri?, Hinata sudah mengandung anaknya kurang dari enam bulan sakarang, dua bulan pertama mungkin dia terlalu gila hingga benar-benar berfikir untuk menjadi orang tua yang kejam dengan membunuh kedua bayinya, tapi sekarang berbeda... Sungguh, seberapa bulan terakhir perasaan Hinata tumbuh sangat kuat pada anaknya, dia merasa bersalah dan berusaha melakukan yang terbaik untuk keduanya, dia makan begitu banyak sayur dan buah, menelan banyak pil suplemen dan obat tambah darah meski merasa hampir muntah, dia tetap berolah raga meski berat dan belajar menahan sakit yang tak tertahankan Pada perutnya ketika mereka mulai menendang atau bergerak, dia tidak mengeluh tentang ketiadaan alphanya dan Melakukan semua yang dia bisa untuk bayi-bayinya. Dia belajar mencintai mereka tanpa peduli apa dan sekarang tiba-tiba dia akan kehilangan nyawanya dan nyawa bayinya, jadi apa yang dia usahakan selama beberapa bulan terakhir ini?.

Hinata menangis dalam diam dan dia merasa putus asa, dia mencintai bayinya seperti mencinta nyawanya, dia bahkan mulai mengajak mereka berbicara, saat mereka  mulai bisa bergerak dan menendang. Dia sudah hampir melupakan semua kesedihannya dan dia sudah berkhayal tentang bagaimana indahnya masa depan mereka bertiga.

Hinata selalu membayangkan anak-anaknya yang manis namun sedikit nakal, dia membayangkan sarapan pagi di meja makan bersama seperti keluarga, keluarga sungguhan! Bukan keluarga dingin yang yang bahkan membenci existensinya seperti keluarganya, dia ingin keluarga yang hangat dan tanpa kekurangan, tidak masalah jika dia hanya tinggal di tempat yang kecil dan sederhana selama anak-anak itu bersamanya... Dia membayangkan banyak hal yang menyenangkan yang akan terjadi dan... Sekarang dia merasa bersalah karena telah memimpikannya.

Omega itu mengelus perutnya perlahan, membiarkan air mata jatuh ke kemeja longgar yang dia kenakan, berharap dua bayi yang tertidur didalam perutnya dapat mendengar semua yang ingin dia katakan.

"Tenang... Kalian tidak perlu takut... aku akan melakukan apapun agar kalian hidup dan baik-baik saja, aku berjanji..."

XOXO

Sugawara berbaring di samping daichi, kepalanya menempel di atas dada alpha tersebut dan daichi memeluknya. Daichi mengelus kepala Suga ketika Beta itu terus menangis, daichi tidak tau apa yang salah ketika Suga pulang dengan Hinata ke apartemen mereka, Hinata langsung mengunci diri di kamarnya dan sugawara berusaha keras membujuknya, namun pria bersurai perak itu tidak berhasil, dia menangis ketika semua yang di jawab Hinata hanya 'tolong biarkan aku sendiri', dan bahkan belum berhenti sampai sekarang. Suga masih belum memberitahunya apa yang terjadi dan daichi berusaha keras untuk menghiburnya, bukan berarti dia tidak ingin menghibur Hinata, tapi terkadang... Aroma alpha lain dapat membuat omega itu makin tertekan.

Sugawara baru berbicara Padanya setelah tangisannya mereda, bukan tabiat Suga yang menangis tanpa alasan yang kuat, daichi tau bagai mana kuatnya Suga dan dia tau persis jika apa yang akan di katakan ya pastilah sangat buruk. Dan benar saja ketika Sugawara menceritakannya yang terjadi, mulai dari masalah gen dan tubuh Hinata, komplikasi pada kandungannya dan kenyataan pahit yang di beritahukan dokter pada mereka, Suga tidak bisa menahan air matanya ketika kouhei kecilnya yang dulu di nobatkan sebagai personifikasi dari matahari, yang selalu tersenyum dan ceria harus menghadapi begitu banyak cobaan hidup. Dia tidak pernah ingin hal buruk seperti ini  terjadi pada Hinata dan selalu berharap yang terbaik untuknya, Sugawara mungkin bukan seorang kakak atau bahkan ibu... Tapi kepribadiannya yang baik membuatnya merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa Hinata.

[KageHina] Here We Are [ABO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang