1. Pergantian

148 20 24
                                    

Jangan lupa baca chapter selanjutnya! Chapt ini mungkin membosankan, tapi ini penting:v
Happy Reading!

Ini permulaan
Jalanku masih panjang
Angin, aku datang
~

     Pergantian. Malam berganti pagi. Memberikan bagian masing - masing. Waktu berganti dengan tenang, tak menyisakan kegaduhan sedikitpun. Tak seperti banyak manusia di luar sana. Menganggap pergantian sebagai awal kerusakan. Sebagai jalan yang memutuskan. Sebagai definisi keretakan.

     Ooh lima menit lagii, cepatlah, batin seorang gadis terhadap waktu. Ia menanti suatu pergantian.

     Iya! Dimulai! Girang dalam batin gadis itu. Suatu yang dinanti telah menyapa.

     Matahari mulai menunjukkan sinarnya. Dengan tenang dan dinamis menghangatkan semua ruang lingkup udara. Cahayanya melelehkan salju pada pohon, tanah, juga atap rumah. Melunturkan gelap dan dingin di musim sebelumnya. Inilah hari pertama musim semi.

    Gadis itu memandang takjub. Tersenyum menonton pertunjukan alam. Terkadang juga ia tertawa, berkelakar dengan mentari. Ia mampu melakukannya. Berkomunikasi dengan segala yang ada.

     Pergantian itu. Saat malam berganti pagi. Saat gelap berganti terang. Saat dingin mulai menghangat. Gadis itu selalu menantikannya. Pergantian membimbingnya pada sesuatu yang baru. Memberinya semangat yang tak semu.

     Kini mentari menjadi lebih terang. Memperlihatkan eksistensinya di angkasa. Cahayanya membelai rambut gadis itu dengan lembut. Gadis itu tak berubah pada posisi awalnya. Duduk di atas batu sembari memeluk lutut mungilnya. Tetap tersenyum menatap pergantian yang ada. Terus begitu. Tak beranjak dari tempat ia duduk. Hingga suatu suara memecah keheningan. Memutuskan komunikasinya dengan mentari.

     "Rikka, sudahi dulu ritualmu. Ayo masuk, kau sudah menyiapkan barang - barang yang diperlukan, kan?" Kata seorang ibu dengan pembawaan kalem.

     Setiap kata yang diucapnya selalu lembut didengar. Tak pernah menyakitkan. Sifat dan perilakunya selalu memperlihatkan keibuan. Kini ibu itu mulai menua. Rambutnya yang ikal lebat mulai memutih. Wajahnya yang sejuk dan menenangkan, mulai menampakkan beberapa kerutan. Tubuhnya yang bugar, mulai memperlihatkan dampak dari pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.

     Ya. Gadis itu bernama Ristarikka Ueno. Biasa dipanggil Rikka. Dia gadis berparas cantik dengan rambut hitamnya yang panjang. Dengan tubuh tinggi semampai di atas rata - rata kaumnya. Dipermanis dengan lesung pipi yang hanya diperlihatkan pada mentari dan orang tuanya.

     Tidaklah benar jika dia dibilang anak yang ceria. Juga tidak benar jika ia dijuluki sebagai si dingin. Karena ia perpaduan keduanya.

     Kini ia beranjak dari tempat duduknya. Lalu menjawab ibundanya, "Aku sudah mempersiapkan semuanya ibu. Saat aku pergi, ibu jangan khawatir ya, aku akan baik - baik saja bersama ayah,"

     Mereka berjalan memasuki rumah mungil kesayangan. Melewati bebatuan besar di kanan dan kiri. Mereka bercakap - cakap layaknya ibu dan anak. Sang ibu menjawab ujaran anaknya, "Rikka, seorang ibu akan selalu memikirkan dan mengkhawatirkan anaknya dimanapun ia berada, terlebih jika anaknya tak berada di dekat sang ibu,"

     "Ibuu, sudahlah, jangan terlalu memikirkan anakmu ini, aku sudah besar, sudah bisa menggunakan sihir keamanan, sudah beberapa kali juga aku pergi ke luar sana," jawab Rikka sambil memeluk tangan kiri ibunya.

Locked Tanpopo [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang