3. Jalan (1)

56 6 1
                                    

*nikmati lagu di atas ya!
HAPPY READING!

Simpangan pertama
Kurasakan makna kesendirian
Angin, mereka berpacu bisu
~

     Daun - daun mulai terlihat hijaunya. Harum pepohonan sangat menenangkan hati. Mentari sudah naik saat ini. Sinarnya terhalang ranting - ranting besar pepohonan hutan. Peneduh yang rendah hati.

     Suatu pohon tua yang tak berdaun, sudah rapuh, berlubang pangkalnya, menjadi tempat beristirahat Rikka dan ayahnya. Sebelumnya mereka telah berjalan cukup jauh. Melewati beberapa rumah raksasa kaum manusia, melalui padang ilalang nan lebat dan tinggi.

     Menyusup melewati rumah warga adalah bagian yang paling melelahkan. Sembunyi dibalik tumbuhan atau pot bunga. Melirik, waspada akan adanya manusia. Setelah dirasa situasi aman, mereka harus berlari ke tempat rimbun ataupun tinggi yang mampu mellindungi badan dari penglihatan. Rikka dan ayahnya harus melakukan hal tersebut dengan jarak kurang lebih 300 meter. Bayangkan, liliput, makhluk yang hanya sebesar jari telunjuk manusia harus sembunyi dan berlari di waktu yang sama. Dengan jarak sebegitu jauh! Bagai ikut serta dalam perang gerilya. Nyawa yang jadi taruhan dalam setiap langkah kakinya. Sebab, sekali kaum liliput terlihat oleh mata manusia, mereka akan menghilang. Lenyap tak berbekas. Itu adalah akhir hidup seorang liliput. Benar - benar tragis.

     Setelah berhasil melewati bagian yang membuat jantung berpacu sangat cepat, Rikka dan ayahnya harus melewati padang ilalang yang begitu luas. Mereka harus berjalan diantara rumput - rumput ilalang tinggi sejauh 500 meter. Tingginya ilalang menjadi masalah yang cukup rumit. Mereka akan sangat sulit menentukan arah yang tepat menuju hutan, karena tertutup oleh tingginya ilalang. Padang itu bagaikan labirin. Sekali mereka salah berbelok, kesempatan memasuki hutan pada waktu yang tepat akan segera menjadi angan - angan saja.

     Oleh karena itu, dulu, pada saat daerah sekitar tempat tinggal Rikka masih banyak dihuni liliput, mereka menandai ilalang - ilalang yang akan menunjukkan arah jalan menuju hutan. Tanda itu berupa akar rumbuhan yang dibentuk seperti rantai, lalu diikatkan pada pangkal bawah batang ilalang. Jadilah, mereka dapat berjalan ke arah yang tepat menuju hutan.

     Sebenarnya Rikka dan ayahnya bisa saja melanjutkan perjalanan mereka hingga tepi mata air. Namun, ketika Rikka berlari di antara rumah penduduk, ia terjatuh. Kakinya memar. Oleh karena itu ayahnya memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sembari memeriksa barang - barang yang dibawa dari rumah.

     Di depan lubang pohon tua itu Rikka duduk memandang sekitar. Duduk di atas batu, ia terus menatap langit yang tertutupi siluet ranting - ranting pohon. Itu sangat indah menurutnya. Tak henti - hentinya ia tersenyum. Menghirup udara musim semi dengan hati riang. Seperti narapidana yang baru saja bebas dari penjara. Pasalnya, ini adalah kali pertama ia melakukan perjalan ini lagi, setelah lamanya berdiam diri di rumah selama musim salju.

     "Rikka, ini," Panggil ayah Rikka sembari menyodorkan daun peterseli.

     Daun peterseli bertujuan untuk mengobati luka memar Rikka. Bukan sekali dua kali Rikka terjatuh dan mendapati luka memar di kakinya. Oleh karena itu ayahnya selalu menyediakan daun peterseli untuk pengobatan keluarga mereka. Daun itu didapat dari rumah manusia yang mereka tumpangi. Semalam ayahnya telah meminjam daun tersebut.

     "Iya, ayah," jawab Rikka seraya mengambil daun peterseli yang disodorkan.

     Ia merobek sebagian kecil dari daun tersebut, lalu diremas. Kemudian, segera ia tumbuk daun itu menggunakan batu cukup besar yang berserakan di tanah, dengan alas batu lain yang lebih besar juga lebih rata. Jika dalam pandangn manusia, batu itu hanya sebesar kerikil. (Jangan melupakan fakta bahwa mereka itu liliput ya gaes)

Locked Tanpopo [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang