Rava

46.3K 2.4K 171
                                    

Vania POV

Mulutku terus nyerocos gak jelas ngomel ngomel sama Bara. Kenapa Bara nggak ngasih tau aku dari awal?

"Kenapa kamu nggak ngasih tau aku sih kalo kamu punya kembaran?" Rajuku sambil melipat kedu tangan di dada plus bibir yang sedikit aku monyongkan.

Bara kaya ngembusin napas panjang gitu, "Van, kamu tau kan hubungan aku sama kamu dulu kaya apa? Deketin kamu aja susah apalagi jelasin aku punya kembaran, kamu kayanya udah ogah duluan," jawab Bara.

Aku terdiam, aku lupa kalo hubungan aku dulu sama Bara gak sedekat ini.

"Ya..tapi kan seengaknya kamu ngasih tau, kan aku gak bingung gini,"

Bara tersenyum dan mengusap rambutku lembut, "Bukan maksud aku buat inget inget masa lalu lagi, tapi kamu dulu bahkan terlalu acuh sama aku, kamu juga bahkan enggan untuk mengorek tentang kehidupan aku, ya jadi aku mikirnya, kalo kamunya enggan untuk mengetahui lebih dalam tentang kehidupan dan keluarga aku, lalu kenapa aku harus ngasih tau ini, iya kan?"

Lagi lagi perkataan Bara ada benarnya juga, dulu aku sebegitu bencinya pada Bara, sampai sampai aku enggan mengorek lebih dalam tentang Bara. Bahkan makanan kesukaan Bara aja aku baru tau kemaren kemaren, selebihnya, aku belum tau. Aku masih buta dengan kepribadian suamiku sendiri, bahkan aku kaya bukan istrinya Bara.

Aku menggenggam jemari Bara erat, "Maafin aku ya, aku dulu udah pernah benci kamu sebegitunya," aku bener bener menyesal dan juga malu, aku gak berani natap mata Bara.

Tangan Bara terulur untuk menangkup wajahku dan mengangkatnya perlahan agar menatap matanya.

"Aku gak pernah nyalahin kamu atas sikap kamu dulu, wajar kalo kamu dulu benci sama aku. Ketika dua insan manusia yang nggak saling mengenal tiba tiba dipersatukan dalam sebuah ikatan pernikahan, pasti yang namanya persaan gak nyaman itu ada," kata Bara lembut.

Dan jujur, aku sekarang makin menganggumi sosok suamiku ini.

Aku langsung menubruk tubuh Bara, aku memeluknya sangat erat seakan gak mau kehilangan dia.

"Dan sekarang aku makin nyesel karena dulu udah pernah benci orang sebaik kamu, aku bener bener nyesel,"

Bara kembali menangkup wajahku, "Tapi aku seneng sekarang, soalnya kamu udah berubah menjadi lebih baik lagi, Van. Itu udah cukup buat aku,"

✈✈✈

Author POV

"Maaf ya, gue telat," laki laki itu terlihat ngos ngosan dan langsung mendudukan diri di depan bangku Viona.

"Lo habis darimana sih?"

"Biasalah, cewek gue habis ngajak makan," katanya.

Viona menggeleng gelengkan kepalanya, "Lo capek banget kayanya." Kata Viona ketika melihat keringet yang mengalir dikening lelaki itu. Viona beranjak pindah duduknya.

Viona langsung menyeka keringet yang mengalir deras di kening lelaki itu.

"Lain kali, lo jangan pergi mendadak gitu, ntar cewek lo curiga gimana?"

Lelaki itu masih diam mematung, seraya menatap Viona yang tengah menyeka lembut keringatnya.

"Woy! Ngelamun aja lo!" Viona mengibaskan tangannya didepan wajah lelaki itu, lelaki itu pun tersadar.

"Iya iya, bawel amat sih lo jadi adik." Katanya.

"Oh iya btw, kapan lo ngenalin calon lo ke gue? Udah mau nikah kaya gini lo gak ada ngenalinnya ke gue,"

Our Destiny [You're Perfect Pilot ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang