Debaran Aneh Lagi

54.1K 2.7K 41
                                    

Bara POV

Pagi menyapa, aku sudah bersiap untuk hari ini. Agenda hari ini adalah membeli perlengkapan untuk honeymoon nanti. Waktu sudah menunjukan pukul 7.30 tapi istriku masih belum bangun juga. Padahal, kami akan berangkat lusa.

Aku duduk disamping Vania, merangkul pundaknya, Vania kayanya masih bersenang senang didunia mimpinya. "Van, bangun. Udah siang," bisik ku lembut di telinga Vania. Aku nggak mau membuat Vania terlalu terganggu.

Vania mengusikan badanya, "Ih kebiasaan lo mah. Gue lagi tidur pulas juga," malas Vania. Matanya masih terpejam.

"Van, bangun dong. Kita kan mau beli keperluan buat honeymoon."

Vania malah kembali ke alam mimpinya, sepertinya. Ya Allah sabarkanlah hamba dalam menghadapi sikap Vania. "Van, bangun."

Krik krik
Tidak ada jawaban. Vania benar benar kembali tidur pulas. Harus dengan cara apalagi aku membangunkan Vania? Aku nggak mungkin bopong dia lagi, yang ada dia ngamuk ngamuk gak jelas.

Aku mencoba kembali membangunkan Vania, dan hasilnya sama. Cup! Akhirnya aku mencium pipi Vania, kapan lagi aku bisa cium istri sendiri. Mumpung lagi tidur. Hahah

Tiba tiba, Vania membuka matanya. Mengusap pipinya, lantas menghadapkan mukanya kepadaku. "Lo--nyium gue?" Vania masih terpaku. Dia keliatan bingung. Apa ini karena efek bangun tidur?

"Eng-nggak kok," aku mencoba mencari alasan. Aku bangkit dari posisiku yang tadinya sangat dekat dengan Vania. Aku salah tingkah sendiri.

"Kita mau belanja buat keperluan lusa. Kamu cepet mandi dan siap siap. Aku tunggu diluar." Aku langsung menyambar kunci mobil yang tergeletak di nakas. Lalu melenggang meninggalkan kamar. Huh, hampir aja.

✈✈✈

Vania POV

Aku masih memegangi pipiku yang terasa hangat. Aku benar benar merasakan Bara menciumku tadi. Tapi kata Bara dia nggak nyium. Aku sungguh merasakannya. Perasaanku gak mungkin bohong. Dan, Ya. Lagi lagi, aku.....Berdebar.

Aku langsung menepis perasaan itu, gak mungkin Van. Itu pasti perasaan lo aja. Lagian ngarep banget lo dicium Bara.
Aku langsung menyambar handuk, lantas bergegas mandi.

✈✈✈

Aku sekarang lagi ada di sebuah supermarket untuk membeli keperluan berangkat ke Paris nanti. Bara masih setia mendampingiku sambil mendorong troli.

"Kenapa yang kamu beli makanan instan semua? Gak sehat itu Van."

"Bawel lo. Suka suka gue lah."

"Lagian gue gak terlalu bisa masak. Dan gue gak mau rancunin lo lagi kaya waktu itu sampe bikin lo sakit perut kalo gue masak buat lo. Gue gak mau, ya, pas di Paris nanti lo malah sakit. Gue mau full seneng seneng disana." Pesanku pada Bara.

"Kan kita bisa makan di restauran, Van. Paris itu bukan pedalaman, dimana kita nyari toilet aja susah. Kamu mau milih resaturan apa aja pun ada disana."

Aku berdecih, nyebelin banget sih si Bara. "Gue tau lah."

"Van, aku kesana dulu ya. Mau ambil sesuatu."

Aku hanya mengangguk. Terserah sih lo mau kemana aja. Lagian gue gak urus. Aku kembali sibuk sama kegiatanku memilih milih makanan. Selang 2 menit, Bara kembali seraya menenteng permen lolipop satu pack di tangannya.

Our Destiny [You're Perfect Pilot ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang