Bagian - 2

37 4 3
                                    

"Rani?"

"Rani?"sabar.

"Ranista?"Habislah kesabarannya.

"Ranista Rawles?"Teriaknya

Rani menggeliat diatas kasur king sizenya.

"Ih apaan sih ka?" masih dalam keadaan mengantuk rani pun mencoba membuka matanya perlahan.

"Liat jam woy, udah siang noh" Devan sekaligus kaka rani.

Rani menerawang penglihatannya dan matanya membulat sempurna.

Astaga! Kenapa harus kesiangan coba.

"Kenapa ga dibangunin dari tadi sih ka ih" dengan kekuatan yang masih ia miliki, rani berlari ke kamar mandi. Ia memaki maki dirinya padahal ia sudah memasang alarm.

"Rani, lo ade gue yang paling lucu"Gumam devan dengan mengulas senyum melihat tingkah laku adiknya.

"Cepetan jangan lama lama, gue tunggu dibawah"Tegas ka devan meninggalkan kamar rani.

Tak butuh waktu lama, 15 menit pun rani telah siap untuk berangkat sekolah. Arlojinya menunjukkan pukul 07.10 dan ia terlambat 10 menit.

"Ka ayo cepetan, rani udah telat 10 menit nih?" Hati rani tak tenang karena baru saja ini hari kedua rani sekolah.

"Diminum dulu sarapannya sayang"Jawab papa rani, Erlan.

Rani langsung meneguk susu putihnya dengan lahap tanpa menyisakan setetes air sedikit pun.

"Iya, bentar dong adik gue yang paling cantik kalau udah ga tenang gini lo gemes tau" devan mencubit pipi rani dan rani memukul tangan kekar devan.

"Ih ka devan nyebelin, pah rani berangkat dulu yah asalamualaikum" rani pun bersalaman kepada orang tuanya dan langsung berangkat ke sekolah.

Dalam mobil pun rani masih tak bisa tenang, ia hanya bisa membayangkan jika ia dihukum karena telat nantinya dan rani sangat membenci hal itu.

"Tenang, bentar lagi nyampe ko"devan menjawab dengan santainya.

"Tenang tenang mata lo peyang, rani udah telat 20 menit nih ka. Cepetan dikit ke"Risau rani.

"Oh iya ka, lo inget jane ga?" rani menghadap devan yang masih menyetir mobil.

Devan masih mencoba mengingat "Jane.. Si cewe tomboy itu kenapa emang?"Tanya devan

"Iya ka sahabatku itu, ternyata sekelas bareng gue ka. Gue bahagia banget ka" Rani begitu riang dimobil.

"Lo tau ga ka, dia ga ngenalin wajah gue coba haha lucu banget kan. Apa mungkin gue makin cantik yah ka" Rani meraba meraba wajahnya dan senyumnya seketika pudar. Rani merasa ada yang kurang hari ini, sepertinya ia meninggalkan sesuatu.

"Iya cantik banget kalau diliat dari lubang sedotan hahaha" Tawa devan pecah dan rani mendengus kesal. Tiba tiba rani tersadar.

"Duh rani lupa ka"

"Lupa apaan?" devan pun sepertinya merasa ada yang kurang dengan penampilan rani dan secara bersamaan kedua adik kaka saling menatap satu sama lain.

"Kacamata!"

"Kenapa harus lupa lagi"masalah pun berdatangan dan membuat risau rani kembali.

"Tuh ada kacamata loker atas"devan mengangguk ke atas.

Rani mengambil sesuatu diloker mobil yang atas dan seketika ekpresi wajahnya berubah drastis.

"Masa iya gue pake kacamata 3D sih ka, emangnya gue mau nonton film apa. Becanda mulu dari tadi ih"rani pun berdecak kesal pada kakanya mengapa dalam suasan genting pun kakanya selalu menjailinya.

Reach Me Love You DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang