Entah kamu sengaja atau tidak, semua perhatian yang kamu berikan semakin menjerat hatiku.
-Aletta-
💔
Aletta duduk di bangku kelasnya dengan lesu. Kedua telinganya dia sumpal oleh earphone. Sengaja ingin menenangkan pikirannya dari Aldan.
Suasana kelas yang sedang jam kosong menambah pening di kepalanya. Riuh dan ramai. Selalu saja seperti ini kalau jam kosong, apalagi kalau gurunya tidak meninggalkan tugas. Kelas serasa milik sendiri, bebas melakukan apapun.
Seperti yang dilakukan beberapa teman Aletta. Di depan samping meja guru, murid perempuan banyak yang gosip. Di belakang, murid laki-laki sedang main Mobile Legend, dan jangan lupakan satu teman Aletta yang sedang nyanyi di sampingnya ini.
"Huh, bisa nggak sih lo diem, Din? Kepala gue pusing denger suara cempreng lo." Dinda seketika menghentikan nyanyiannya. Bukan karena suruhan Aletta yang menyuruhnya berhenti, tapi karena Aletta mengatai suaranya cempreng.
What? Suara dia merdu. Bahkan dia menjadi vokalis band di sekolah ini. Sepertinya telinga Aletta yang bermasalah.
Dinda melepas paksa earphone milik Aletta, dan sudah pasti dia mendapatkan tatapan horor dari mata bulat milik Aletta.
"Suara gue nggak cempreng ya. Suara gue bahkan lebih bagus dari lo." Ejeknya.
Aletta sedikit kesal, dia mengakui kalau perkataan Dinda ada benarnya. Suara dia memang tak sebagus Dinda, tapi tolong deh jangan ganggu dia di saat dia lagi galau seperti ini.
"Iya gue tau. Gue sadar diri Din. Tapi please deh, gue lagi pusing," keluh Aletta.
"Ya terus apa hubungannya sama suara gue?" Tanya Dinda. Batin Aletta mengumpat kesal pada temannya ini, sungguh temannya ini tidak peka sama kondisinya.
"Suara lo nggak ada masalah. Cuma lagu yang lo nyanyiin itu yang bermasalah." Ujar Aletta.
Dinda mengeluh, "Maksudnya apa sih?"
Aletta berdecak kesal, "Lo nyanyi lagu galau mulu dari tadi, Din. Lo bikin gue tambah galau."
Dinda mengangguk paham, "Bilang kek dari tadi kalau lo lagi galau, kan gue bisa nyanyiin lagu diobok-oboknya milik Joshua." Cengenges Dinda.
Aletta memutar bola matanya. Miris banget nasibnya punya teman sebangku kayak gini.
"Udahlah, gue mau keluar." Belum sempat dia berdiri dari duduknya, dia melihat Aldan yang membawa tas di punggungnya berjalan masuk ke kelasnya. Di kedua tangan Aldan juga membawa kresek putih dan jaket. Mau ngapain dia? Aldan menuju tempat duduknya.
Aletta mengangkat alisnya, bertanya dalam hati kenapa cowok ini menghampirinya. Dia tahu betul Aldan sangat tidak suka masuk ke kelasnya. Lebih tepatnya, tidak suka saat perempuan yang ada di kelas Aletta ini menjerit histeris karena kehadirannya. Dan benar saja, semua perempuan yang sedang bergosip tadi histeris menyebut nama Aldan.
Tapi saat tahu alasan Aldan masuk ke kelas karena Aletta, wajah cewek-cewek itu mendadak berubah tidak suka, cemburu dan kesal.
Aldan memberikan kresek warna putih yang isinya roti dan cemilan itu pada Aletta. Aletta menatap kresek itu sebentar kemudian beralih menatap Aldan.
"Gue tahu lo pasti lapar karena gue makan bakso lo tadi," kata Aldan.
"Lo harus makan, gue nggak mau lo sakit," katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair Love
Teen Fiction"Lo pilih dia apa gue?" lirih Aldan mengulang pertanyaan itu lagi. Myesha ada dalam sebuah pilihan rumit. Pertanyaan Aldan bagaikan ujung tombak yang siap menancam di dadanya. Ini terlalu sulit dijawab. "Jawab Mey," Aldan berteriak kencang ke arahny...