Co-Workers

7.2K 756 6
                                    

Bola mata itu seakan tidak ingin melewatkan pemandangan Seoul hari ini. Sang surya yang bertugas menyinari bumi dengan sekumpulan awan yang siap siaga memenuhi langit biru, memberikan perlindungan dari sinar matahari yang begitu cerah. Bunga-bunga sakura yang menampakkan keindahannya, serta semilir angin yang dengan tidak sabaran menerbangkan kelopak-kelopak kecil itu dari tempatnya. Sayang sekali, gadis berkuncir asal itu tidak dapat menikmati indahnya musim semi. Ia harus dengan lapang dada menepatkan dirinya di depan layar laptop. Sibuk mengerjakan tugas akhir, walaupun hari ini tidak ada jadwal kuliah.

"Huft..." Eunso merenggangkan otot-ototnya dan kembali pada kewajibanmya sebagai mahasiswa. Tapi sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya yang berdering, tanda ada panggilan masuk.

"Hallo,"

"..."

"Baiklah, nanti akan kuberitahu Yoongi,"

"..."

"Aku akan berangkat jam 7 malam,"

"..."

"Eoh baiklah, Emmoni." Eunso menutup panggilan sang ibu mertua. Beliau menyuruh Eunso dan Yoongi datang ke rumah sakit.

Ngomong-ngomong, mengenai Yoongi. Pria itu sudah kembali bekerja. Dan mulai hari ini pula ia harus menggantikan ayahnya mengurus perusahaan. Dengan berat hati Yoongi harus menerimanya, sebab sang ayah harus pergi ke keluar negeri untuk mengurus kepentingan perusahaan juga.

Baru hari pertama ia bekerja, namun sudah dipusingkan dengan rapat di banyak tempat. "Kapan rapat terakhir?"

"Jam 3 sore, hyung." Itu Jimin, ia sekretaris Min Yoongi sekaligus teman masa kecilnya.

"Kapan kita berangkat?" Tanya Yoongi yang sibuk membolak-balikkan berkas di mejanya.

"15 menit lagi. Oh ya Hyungklien kita kali ini seorang wanita,"

"Aku tidak peduli,"

"Kau akan peduli saat melihatnya, hyung." Yoongi menaikkan sebelah alisnya, tanda ia tidak mengerti.

Kini Yoongi dan Jimin sudah sampai di restoran ternama di Seoul. Mereka menuju ke meja yang sedang diduduki oleh seorang wanita. "Noona?" Jimin menepuk pundak wanita itu.

Betapa terkejutnya Yoongi, saat wanita cantik itu memutar tubuhnya. Ok, salahkan Jimin kali ini, karena ia tidak memberitahu Yoongi akan klien mereka. Jimin tahu Yoongi sudah terikat sekarang, namun ia juga sangat paham bahwa wanita di hadapannya ini dulu sangat berpengaruh besar bagi hidup Yoongi.

"Lama tidak berjumpa, Yoongi-ya," ucap gadis itu seperti tidak membuat kesalahan apa pun.

"Shin Ahra..."

***

Eunso menyusuri jalan setapak ditemani dengan angin malam yang tidak begitu dingin. Sesekali ia menoleh keatas, menikmati indahnya purnama yang dihiasi oleh permadani bintang. Gadis itu tadi pergi ke rumah sakit seorang diri, sebab orang yang ingin pergi bersamanya tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Bahkan, semua panggilannya tidak di angkat satu pun oleh orang itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Yoongi.

Tidak ada pemikiran curiga terhadap Yoongi seharian ini, gadis itu berbaik sangka pada suaminya, ia mengira bahwa Yoongi sedang sibuk di kantor. Alhasil, Eunso memaklumi Yoongi apabila pria itu mengabaikan telepon dan juga pesan-pesan yang ia kirim. Tapi sudah cukup berbaik sangkanya, barusaja mata Eunso dibuat sakit oleh dua orang yang berjarak sekitar enam meter darinya. Tidak, Eunso tidak salah lihat. Itu memang Yoongi, bibirnya baru saja dikecup oleh seorang wanita yang sekarang sudah masuk ke dalam mobilnya. Pagi tadi Yoongi memang tidak membawa mobil dan di jemput oleh supir kantor. Dan sekarang ia di antar pulang oleh seorang wanita yang entah siapa namanya, Eunso tidak mau tahu.

"Ya Tuhan..." Eunso memegangi dadanya. "akh, ada apa denganku?" Jantung gadis itu seakan pindah dari tempatnya, detak jantungnya memompa dua kali lipat. Ia merasa tenggorokannya tercekat, bahkan untuk bernapas saja sulit. Padahal, begitu banyak udara di sekitarnya.

Sementara itu, Yoongi mendapati apartemennya gelap, tanda tak ada orang. Dimana gadis kecilnya.
Yoongi melepas dasi dan jas yang ia kenakan, serta menggulung lengan kemejanya. Pria itu kembali ke kursi kebesarannya. Masih ada projek lagu yang harus ia selesaikan. Sambil menyalakan komputer miliknya, pikiran Yoongi melayang pada wanita yang tadi ia temui. Sudah sejak tiga tahun lalu wanita itu baru menampakkan dirinya lagi di hadapan Yoongi, setelah membuat lubang yang cukup besar di hatinya. Tapi tidak dapat dipungkiri, Yoongi tetap senang saat wanita bernama Shin Ahra itu muncul, walau masih terdapat luka yang cukup dalam. Apalagi, saat Ahra mengecupnya tanpa izin di lobby apartemen. Namun anehnya, bibir Ahra terasa hambar, padahal bibir wanita itu sangat menggoda untuk dicicipi. Dan herannya lagi, bayangan wajah sang istri justru muncul tepat saat Ahra mendaratkan bibirnya pada bibir Yoongi. Ada apa dengan pria itu.

"Aku pulang." Yoongi bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju arah suara. Bibirnya sudah gatal untuk bertanya.

"Darimana?" Tanya Yoongi dangan wajah datarnya. Entah kenapa, ada rasa tidak senang saat gadis kecil itu pergi keluar rumah tanpa izin darinya sampai malam begini. Hei, jangan salahkan Eunso, ia sendiri yang menonaktifkan ponselnya.

"Cek ponselmu. Aku pikir kau sedang sibuk jadi aku pergi sendiri," jawab Eunso tidak kalah datar. Pria itu menatap gadis kecilnya bingung. Apa dia marah hanya karena aku tidak mengangkat teleponnya dan darimana dia batin Yoongi.

"Aku bawa makanan, kau sud-"

"Aku sudah makan." Eunso menghela napas saat Yoongi memotong pembicaraannya. Bodohnya gadis itu, harusnya ia tahu bahwa sang suami pasti sudah makan diluar dengan wanita yang Eunso tak ketahui namanya.

"Kalau gitu sebaiknya kau mandi! Tubuhmu bau parfum wanita." Deg. Yoongi seperti terkena batu hantam. Istrinya begitu sarkastik.

"A-apa maksudmu?" Sial, Yoongi merutuki dirinya sendiri. Kenapa disaat seperti ini suaranya malah bergetar.

Eunso mengedikkan bahunya dan melenggang ke dalam kamar. "Yak, Kwon Eunso!" bukannya menyahut, gadis kecil itu justru menutup pintu kamar rapat-rapat.

Yoongi kembali ke ruangannya. Ia merenungkan kejadian tadi saat ia bersama Ahra. Apa gadis itu mengetahuinya? Tidak mungkin. Ah benar, ponsel. Ia harus mengecek ponselnya.

21 panggilan tak terjawab
8 pesan

Sebanyak itu Eunso menghubunginya. Wajar saja kalau gadis itu marah. Hei, sadarlah Yoongi, ia tidak mempermasalahkan panggilan yang tak di jawab atau pun pesan yang tak di balas. Ada hal lain yang membuatnya segan melihat wajahmu.

Yoongi membuka pesan dari Eunso yang tak satupun di indahkan olehnya. Ada rasa bersalah yang timbul dari lubuk hati pria itu. Eunso memintanya untuk menemani gadis itu pergi ke rumah sakit. Namun, ia malah asyik dengan wanita lain. Ah, pria itu jadi ingat ucapan sang istri mengenai kemejanya. Yoongi mencium kemeja putihnya sendiri. Hei, perkataan Eunso bukan sekedar sarkastisme, melainkan benar adanya. Tercium wangi parfum khas wanita di sana.

"Ah Shit!" umpat Yoongi melepas kasar kemejanya dan bergegas ke kamar mandi. Istrinya benar, ia harus mandi. Rasanya ia seperti pria pengecut yang bermain di belakang gadis kecilnya. Tunggu, Yoongi tidak selingkuh. Itu hanya pertemuan singkat dengan 'sang mantan', yang sekarang menjadi kliennya. Masalah kecupan tadi. Ayolah, itu bukan keinginannya. Selama gadis itu tidak tahu, bukan masalah.

🍁🍁🍁

TO BE CONTINUED

Adenium || Min Yoongi [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang