Suara tangisan bayi melengking mengisi kesunyian malam. Hampir setiap hari hal tersebut terjadi. Mengganggu waktu tidur sejoli yang baru sebulan berstatus sebagai ayah dan ibu.
Dengan Oliver yang berada digendongannya, Eunso berjalan menuju dapur. Membuatkan susu formula untuk sang buah hati. Kembali lagi ke dalam kamar, berusaha menidurkannya dengan menimang-nimang anak itu.
Tidak ada manusia lain di dalam kamar. Hanya Eunso dan sang anak. Yoongi berada di ruang studionya. Pria itu jarang ada di kamar belakangan ini karena menghindari suara tangis sang bayi yang mengganggu tidurnya. Tapi akibatnya, Eunso jadi harus menenangkan Oliver seorang diri. Sejak seminggu lalu kembali ke rumah sendiri, rasanya mengurus bayi jauh lebih memberatkan untuk ibu muda itu. Eunsopun tidak ada niatan membangunkan Yoongi. Besok pagi pria itu harus kembali bekerja.
Emosi Eunso memuncak setiap sang buah hati mengeluarkan tangisannya di tengah sampai sepertiga malam. Kepalanya pening karena kekurangan waktu tidur. Terkadang Oliver hanya dibiarkan menangis diatas ranjang. Bukannya acuh pada anak sendiri, tapi wanita itu memang sudah mencapai puncak lelahnya.
"Berhentilah menangis, Oliver." Lembut Eunso pada anaknya yang menolak diberikan susu. Diletakkan kembali botol susu itu diatas nakas.
Seharusnya, saat seperti ini Yoongi ada di sampingnya untuk membantu wanita itu mengurus Oliver. Tapi nyatanya tidak, ketika tidur di kamar dan bayi itu menangis sebenarnya Yoongi akan bangun. Tapi hanya untuk pindah ke ruang studio dan melanjutkan tidurnya.
Pernah sewaktu-waktu wanita itu berpikir, kenapa dulu ia bisa mempunyai ide gila untuk menikah sungguhan dengan Yoongi. Kenapa ia tidak menunda kehamilannya saja. Pikiran negatif itu muncul secara natural. Hormon dan emosi mempengaruhi sikap wanita itu. Namun, melihat damainya Oliver saat tidur membuat Eunso membuang segala pikiran buruk yang bersarang.
Tapi malam ini Eunso sudah tidak kuat. Ia butuh bantuan sang suami untuk menenangkan bayinya. Sambil menggendong Oliver, Eunso berjalan menuju ruangan Yoongi. Berniat membangunkan pria itu.
"Yoongi-ya..." Eunso menggoyang-goyangkan pundak Yoongi yang sedang tidur di sofa panjang. Wanita itu juga dibantu oleh tangisan sang anak yang membuat Yoongi lebih mudah dibangunkan. "Min Yoongi,"
Pria itu sedikit menggeliat dan menyesuaikan matanya terhadap pencahayaan di ruang tersebut. "Min Yoongi,"
Tubuh Yoongi melonjak saat melihat sosok wanita menggendong anak dengan rambut tergerai berdiri sambil menatapnya "kau harus mengambil cuti besok dan tidak ada alasan." Ucap Eunso yang diakhiri oleh suara cegukan. Padahal air matanya masih memupuk.
Betapa kagetnya Yoongi melihat penampakan istrinya. Mata wanita itu memang kerap kali terlihat sembab. Sama seperti saat ini, indera penglihatannya bahkan sudah kabur karena membendung air mata yang sekali berkedip saja sudah menimbulkan wajahnya basah.
"Hei, ada apa?" Yoongi menarik lengan Eunso agar segera duduk. Tanpa mengeluarkan suara, Eunso meluncurkan air matanya begitu saja. Membuat pria di sampingnya kebingungan. Pasalnya, dua orang terkasihnya sama-sama menangis dan entah karena apa.
Tanpa mengeluarkan kata lagi, Yoongi berinisiatif mengambil alih Oliver ke dekapannya. Bayi itu ia tempelkan ke pundak secara vertikal yang kemudian ditepuk-tepuk pelan punggungnya.
Tidak melupakan keberadaan Eunso. Yoongi juga menarik tubuh yang berat badannya melonjak sepuluh kilo itu ke dekapannya. Tak butuh waktu lama, Oliver sudah berhenti dari tangisannya. Bahkan, sudah terlelap. Bukan hanya Oliver, melainkan sang istri yang juga tertidur di pundak sebelahnya.
Kedua belahan hati itu dipindahkan secara bergilir ke dalam kamar. Oliver di ranjang bayi dan Eunso di ranjang milik mereka berdua. Setelahnya, Yoongi ikut berbaring di samping wanitanya. Memandangi wajah penat yang terkasih. Sesekali Yoongi membelai legam Eunso, saat alis wanita itu mengerut. Tanda sang istri gelisah dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adenium || Min Yoongi [REVISI]
Romance"Tidak perlu dirubah. Kau bisa memperbaikinya atau menerimanya dengan lapang dada." "Tidak perlu memperkeruh suasana. Yang rumit itu bukan masalahnya, tapi dirimu sendiri." "Tidak perlu menghindar. Carilah jalan keluar dan jalani harimu." "Jangan me...