[1] Si bad boy Taruna.

209 9 4
                                    

" Enak ya jadi dia? Mendapatkan kamu semudah memutar balikan telapak tangan. Tidak seperti aku yang harus berjuang dengan harapan juga tetesan air mata yang datang setiap malam. "

___________________________

Seorang gadis berambut coklat, yang memiliki tinggi kurang lebih 160 cm, dan memiliki iris mata biru safir yang dapat memikat siapapun yang melihatnya. Gadis itu baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi di hadapanya.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolahnya dengan langkah ringan, Ia tersenyum ramah saat ada adik kelas menyapanya maupun sekedar berpapasan. Saat ia melewati koridor kelasnya, ia di kejutkan dengan adanya gerombolan siswa membentuk lingkaran tepat di depan kelasnya.

Gadis itu bernama Levina azilla alesiya yang kerap di sapa Levina. Gadis blasteran amerika-indonesia yang baru dua bulan lalu pindah dari New York ke jakarta dan berakhir sekolah disini, SMA Taruna.  Levina menghentikan langkahnya karena terkejut tiba-tiba di depan kelasnya sudah banyak siswa yang.......entah apa yang sedang di kerumuni para siswa itu di depan kelasnya.

Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati kerumunan itu karena penasaran walaupun sedikit berdesak-desakan agar bisa menerobos kerumunan itu yang sangat sesak menurutnya.  

"Permisi" ujar Levina sopan agar sebagian siswa itu mengerti dan memberinya jalan untuk mengetahui apa yang sedang mereka lihat. Ia bernafas lega saat seorang siswi mempersilahkannya menerobos kerumunan itu, tapi?

BUKK.

BUKK.

BUKK.

Levina membulatkan matanya saat seorang cowok memukul lawannya dengan membabi buta. Levina segera menutup kedua matanya menggunakan kedua telapak tangannya, tidak ingin melihat adengan kekerasan di depannya. Ia merutuki kebodohannya karena menyempatkan diri untuk melihatnya, tapi bagaimana lagi, kejadian itu tepat berada di depan kelasnya. 

BUKK.

Levina memberanikan diri untuk melihat apa yang sedang terjadi di depannya saat ini. Ia menurunkan telapak tangannya yang menghalangi pandangannya agar bisa melihat apa yang terjadi di depannya, seketika suara heboh siswa-siswi Taruna yang melihat adegan itu. Bagaimana bisa semuanya tidak melerai perkelahian itu? Bodoh, bisa-bisa mati? Kenapa semuanya seakan mendukung cowok itu, padahal jelas-jelas cowok itu bermain kekerasan?

"gue peringatin lo sekali lagi, gak akan ada yang mencegah gue buat dapetin perhatian dia, lo sekalipun" ujar cowok yang baru saja memukul lawannya dengan membabi buta.

Sedangkan sang lawan sudah tidak mampu lagi menopang tubuhnya dan tidak lama kemudian cowok itu luruh ke lantai sembari menahan sesak di dadanya. Sedangkan cowok satunya hanya tersenyum sinis melihat lawannya tak berdaya, lalu cowok itu menatap tajam ke arah semuanya, termasuk Levina.

"BUBAR!!! " ujar cowok itu menatap tajam ke semuanya, satu per satu.

Seketika semuanya bubar kembali ke kelas mereka masing-masing, terkecuali Levina. Cewek itu masih berdiri kaku di tempat, bahkan menggerakkan kakinya saja terasa berat. Ia masih shok melihat ke jadian di depannya, bagaimana tidak? Cowok itu adalah sahabatnya. KENDRICK GUSTAVSON. Hatinya sakit melihat sahabatnya mengerang kesakitan di lantai sembari memegang dadanya.

Hingga akhirnya sebuah tangan menepuk pundaknya dua kali tapi tetap Levina tidak ingin melihatnya karena ia tahu siapa yang menepuk pundaknya

"Bantuin, nanti keburu mati" ujar seseorang di sebelahnya. Ralat, orang yang baru saja menepuk pundaknya dan yang memukul sahabatnya.

LEVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang