[2] Dia kembali.

85 8 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu, tapi sepertinya Levina masih enggan untuk beranjak dari tempat duduknya di sebelah Kendrick. Ia masih mengkhawatirkan keadaan Kend, karena sudah beberapa kalinya ia mendengar Kend meringis kesakitan bila menggerakkan tubuhnya walau hanya sedikit. Ia jadi tidak tega untuk meninggalkannya sendiri.


"Lo balik aja ke kelas nanti lo jadi bodoh hanya karena gak masuk pelajaran pertama" ledek Kendrick menatap geli sahabatnya.

Levina mendelik tajam.

"Gue gak akan bodoh cuman gara-gara bolos jam pelajaran pertama" sergah Levina melipat kedua tangannya di dada.

Kendrick hanya tersenyum remeh.

"Yakin gak akan bodoh? " ejek Kendrick.

"Gak. Akan. " seru Levina menekan perkataannya.

Kendrick semakin gemas melihat sahabatnya kesal dengan begitu ia sedikit terhibur dan melupakan masalahnya.

"Oke, oke, gue tau lo gak akan bodoh cuman gara-gara bolos tapi masalahnya lo sekolah itu buat belajar bukan buat bolos" ujar Kendrick membuat Levina berfikir sejenak. Jika di fikirin ada benernya juga perkataan Kend tapi...masalahnya Levina tidak tega jika meninggalkan Kend sendiri di UKS.

"Tapi-- "

"Gak ada tapi-tapian, sekarang lo balik ke kelas dan jangan lupa makan, gue tau lo belum makan dari pagi" seru Kendrick tegas walau dalam hatinya ia mengkhawatirkan Levina, ia tau Levina pasti belum makan dari pagi. Karena ia sangat tau kebiasaannya bahwa Levina tidak pernah sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Levina akhirnya menyerah mendengar perkataan tegas dari Kend.

"Iya, iya gue balik" jawab Levina malas. Ia pun berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar UKS dan kembali ke kelasnya, sebelumnya ia tersenyum manis ke arah Kend sebagai ucapan pamit.

======

Levina melangkahkan kakinya menuju kantin dengan langkah gontai, ia tau sekarang bukan waktunya istirahat karena bel masuk berbunyi 10 menit yang lalu tapi Levina memilih tidak masuk kelas. Ia berniat bolos hari ini karena kepalanya tiba-tiba terasa berat sehingga membuat Levina harus tertatih-tatih berjalan di koridor sekolah yang terlihat lenggang.

Sesampainya di kantin ia segera menuju meja kosong di sebelah kanan--pojok. Ia menundukkan kepalanya sembari memijit pelipisnya saat merasakan pening yang luar biasa menyerangnya, entah apa penyebabnya. Lalu ia menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya, sepertinya ia butuh istirahat.

BRAK.

Levina menggeram kesal, karena berani-beraninya ada seseorang mengganggu ketenangannya dengan menggebrak mejanya. Apa mereka tidak tau saat ini Levina sedang menahan sakit yang mendera kepalanya?

Levina memaksakan kepalanya untuk mendongak ingin melihat siapa pelakunya. Saat sudah tau siapa yang mengganggu ketenangannya Levina memutar kedua bola matanya jengah lalu kembali menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya.

"Lo kemana aja Lev" ucap Keira sahabatnya.

"......"

"Lev, lo kenapa? " tanya Keira saat tidak mendapat jawaban dari sahabatnya.

"......."

Keira yang kesal karena di abaikan pun pergi untuk membelikan sesuatu untuk sahabatnya.

Karena merasa sahabatnya sudah pergi Levina kembali menegakkan tubuhnya, tapi pusing itu kembali menderanya, ia memijit pelipisnya sembari memejamkan kedua matanya hingga tidak menyadari kedatangan sahabatnya, Keira. Ia pikir Keira sudah pergi tapi tidak--.

"Nih, dimakan" ujar Keira menyodorkan roti dan air mineral di depan Levina.

Levina membuka kedua matanya saat Keira menyodorkan roti dan air mineral kepadanya.

"Kenapa disini? " tanya Levina mengabaikan roti dan air mineral di depannya.

Keira hanya cengengesan sembari menggaruk tekuknya yang tidak gatal sama sekali membuat Levina bingung di buatnya.

"Sebenarnya tadi itu gue nyariin lo kemana-mana tapi gak ketemu. Yaudah gue ke kantin untuk beli minuman tapi gak jadi saat gue liat lo, yaudah karena gue senang bisa nemuin lo jadi gue gebrak deh meja lo, mana tau kalo lo lagi pusing" jelas Keira dengan wajah bersalah.

Levina hanya mengangguk pelan.

"Evania mana? " tanya Levina saat menyadari sahabatnya kurang satu.

"Di kelas" jawab singkat Keira.

"Dan lo kenapa gak masuk"

"Nungguin lo"

Levina menghembuskan nafas lelah sembari menyandarkan punggungnya di kursi yang saat ini ia duduki.

"Gue gak masuk"

"Kenapa? "

"Gak aja"

"Tumben banget lo, biasanya gue dan Evania yang lo marahin gara-gara gue niat bolos, tapi sekarang lo yang bolos" ujar Keira merasa heran dengan tingkah sahabatnya ini, karena yang ia tau Levina adalah murid kebanggaan sekolah. selama ini ia kenal Levina adalah gadis pintar dan rajin tapi ada apa dengan yang sekarang?

Levina hanya mengedikkan bahunya tidak tau karena dia juga tidak tau kenapa tiba-tiba dia malas sekali untuk belajar.

"Yaudah deh, serah lo. Gue masuk ya, jangan lupa di makan" pamit Keira yang dibalas anggukan oleh Levina.

======

"Jadi dia juga suka––" ucap cowok berambut coklat itu langsung terpotong oleh cowok berambut hitam legam, sahabatnya.

"Hmmm" sela cowok berambut hitam legam yang sedang menatap lurus kedepan.

"Terus? Apa selanjutnya rencana lo? " tanya cowok yang kini sedang membaringkan tubuhnya di sofa yang sudah berada di rooftop.

Cowok yang di tanya hanya mengedikkan bahunya tidak tau.

"Tenang, kita pasti bantuin lo" ujar cowok yang baru saja selesai membaca bukunya.

3 cowok itu hanya mengangguk bertanda setuju tetapi tidak dengan cowok yang memiliki rambut hitam legam itu, cowok itu hanya terus menatap lurus ke depan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Pikirannya melayang pada ke jadian 4 tahun yang lalu, kejadian dimana terakhir kalinya ia melihatnya, melihat dia tersenyum dan menangis——.

TBC.

Jangan lupa vote dan comment nya biar cepat update part selanjutnya.

Next?

Urmiladix.

LEVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang