[4] Masih sama.

63 5 3
                                    

Kenapa suara itu mengingatkannya kepada hal lain. Hal-hal yang membingungkan, yang masih tampak abu-abu di pikirannya.

_______________________

Cukup lama Levina terdiam. Memikirkan apa yang ia rasakan saat ini. Entah mengapa hatinya mengatakan ada yang tidak beres, tapi apa?. Kenapa hatinya berkata ia pernah mendengar suara itu sebelumnya, suara Gusti. Oh ya, bukannya Levina memang pernah mendengarnya. Ya, Levina pernah mendengarnya saat Gusti dan Kendrick berkelahi, saat itu....


Bantuin, nanti keburu mati.

Ya, itulah kira-kira yang Gusti ucapkan tempo hari. Entah kenapa jika mengingat kejadian itu membuat darah dalam tubuh Levina mendidih. Mengingat betapa brutalnya Gusti memukuli sahabatnya, membuatnya ingin sekali menampar wajah Gusti saat ini. Tapi itu tidak terjadi saat Levina melihat raut dingin yang terpancar di wajah Gusti.

Membuat nyalinya menciut seketika. Bagaimana bisa ia menamparnya jika raut wajah Gusti seperti itu. Bisa-bisa....... Entahlah?

"Emmm.... Gue kesana dulu ya kak. Permisi" pamit Levina kepada Fajar dan 3 lainnya.

"Oh iya, hati-hati ya Vina " seru Elno semangat sembari mengedipkan sebelah matanya membuat Levina meringis.

Siapa yang tidak kenal Elno jovian, cowok paling playboy di Taruna. Itu yang di dengar Levina beberapa hari yang lalu dari teman-temannya di kelas. Walaupun awalnya Levina tidak tau yang mana orangnya tapi sekarang ia sudah mengetahuinya. Menurutnya, Elno juga termasuk ganteng pantas saja cewek-cewek pada mengantri ingin menjadi pacarnya. Mereka tidak peduli jika akhirnya akan di campak oleh Elno seperti lainnya.

"Modus." ejek Vero menatap kesal ke arah Elno. Yang di tatap hanya mengedikkan bahunya tidak peduli dan menampilkan raut polos seakan tak mempunyai dosa.

"Lo gak jadi kesana? " tanya Fajar saat melihat Levina masih pada tempatnya.

Hal itu membuat Levina salah tingkah dengan pipi merona.

"Eh! Oh ya. Ini juga mau jalan, permisi" ucap Levina menetralisirkan raut wajahnya yang sempat memerah sebelumnya.

Levina tidak menyadari bahwa sedari tadi Gusti tidak berhenti menatapnya dingin tanpa ekspresi. Entah apa maksud dari tatapannya itu.

=====

Seperti biasa bagi mereka berempat, selalu membolos saat jam pelajaran pertama hingga pelajaran terakhir. Siapa lagi kalau bukan Gusti, Fajar, Vero dan Elno.

Sudah suatu kebiasaan bagi mereka. Saat ini mereka berempat sedang berada di rooftop, tempat favorit mereka dari kelas 10 hingga 12––sebenarnya semua guru heran pada mereka berempat. Apa mereka tidak takut jika nanti tidak naik kelas? Tapi buktinya selama ini mereka naik kelas hingga sekarang yang hampir lulus, tapi kebiasaanya membolos tidak pernah absen.

Mereka akan masuk kelas bila memiliki mood baik terhadap guru yang mengajar, jika guru itu baik dan tidak membosankan bila menjelaskan. Tapi sebaliknya jika mereka tidak masuk bila guru yang mengajar itu seperti bu Hanna yang super centil. Selalu menggoda cowok yang menurutnya ganteng di kelas.

Contohnya Gusti dan Fajar yang selalu guru itu goda. Atau seperti pak Hendri yang super killer. Selalu marah bila murid berbicara walau hanya sepatah kata pada teman sebangkunya atau pada lainnya. Menoleh saja akan di hukum. Hukumannya selalu membersihkan toilet jika melakukan kesalahan besar atau hanya masalah sepele. Guru ribet! Itulah pikiran mereka pada pak hendri.

LEVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang