pengasingan

239 10 5
                                    


Manusia ditakdirkan untuk hidup saling berpasangan seperti Adam dan hawa, bukan hanya manusia segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan;

romansa siang dan malam, kesetiaan asap dengan api , perpaduan pelangi dan langit semua diciptakan untuk bersama.Namun ada hal yang membuat ku berfikir bahwa Tuhan melupakan sesuatu, apakah mungkin Tuhan luput atau mungkin Tuhan enggan berpihak dengan ku ?,

Yaa, aku seorang wanita yang sedang memikirkan akan itu, didepan perapian Mengharapkan kehangatannya karna di luar sedang hujan deras, dirumah kecil ini aku menikmati kesunyian selagi mengamati kebersamaan yang berada di sekitar ku.

hujan selalu membawa kenangan, mungkin saja itu benar atau hanya sebuah ungkapan untuk orang yang sedang bersedih disamping nisan sang kasih Bersama hujan dan terus menerus mengenangnya dalam kesedihan, karena hingga saat ini aku belum berjumpa dengan apa itu yang dinamakan kenangan, kesendirian ini membuat hari-hari ku berjalan layaknya aliran sungai yang tenang, tak ada yang istimewa ketika aku melihat pantulan diriku pada genangan air bahkan bayangan itu enggan lama bersama ku, mungkin bayangan itu berfikir ; untuk apa aku hadir jika tak dapat kau sadari juga, alasan yang tepat untuk menghindari jiwa yang sepi ini, Hingga genangan itu sirna bayangan masih bersemayam dibalik cahaya.

Ini tidak adil, teriakku dalam hati. Apa bedanya aku dengan wanita lain,

Bukankah semua diciptakan untuk bersama ?, Kembali aku terdiam pada pasak pikir ku. Mencari cahaya pada Palung hati, mencoba merasakan kehangatan dilautan es, menerjang ombak dengan sampan kecil ku, semua yang kulakukan sia sia karena memang tidak sepantasnya itu terjadi.

Sesekali ku pandang wajah lesu ini pada cermin sembari berkata ; kesalahan apa yang telah kau perbuat, apakah dosa ini telah melampaui harapan indah mu hingga kau lelah untuk menggapainya. Pertanyaan-pertanyaan ini bahkan tak memiliki jawaban, Hanya cermin ini yang rela berbagi dengan ku walau ia tuli dan buta, ia buta dan tuli juga karna keegoisan ku memberi tatapan untuknya.
Sejenak kucoba menutup jendela khayal ku, bersimpuh pada pembaringan ronta berdebu sambil berharap hujan ini reda bersama pikiran kelam ku.
Aku ingin larut dalam buaian kasih sayang Tuhan, namun Tuhan nampaknya belum mengizinkan ku merasakan hal itu, sudah cukup kehadiran dingin bersama hujan membekukan sepi ku, membuatnya lebih menyatu dengan jiwa ini.

Kini aku terlelap,namun lelapku masih berada dalam kekangan sepi, alambawa sadar ku pun enggan bermimpi karena ia paham bahwa mimpi hanya akan membuat harapan ini menjauh dari puncak angan ku. Lelap datang hanya untuk membangunkan ku, seperti bunyi senjata yang menandakan bahwa butir peluru telah tak bersamanya.

Sebising apapun, sepi ini akan tetap bersamaku karena dia dan aku bukan satu hal yang berbeda ; layaknya malam bersama bulan, mendung beriring hujan, dan luka membawa perih. Aku sering bersamanya,bahkan ketika menghembuskan nafas ia bersama dalam helaan itu. Tak pernah sekalipun ku coba untuk mengusiknya karena ia satu-satunya yang aku miliki, mempertahankan sesuatu yang kita benci adalah cara terbaik untuk merasakan nikmatnya cinta.

Kini ku sandingkan antara cinta dan sepi bersama ku, apakah diluar sana ada yang ingin menyatukan mereka seperti aku ?, kurasa tidak karna sepi dan cinta berada dalam dimensi berbeda, seorang penikmat cinta tak akan merasakan sepi karna ia sedang disilaukan oleh cahaya cinta dan membelakangi sepi, begitupun seorang yang sedang berteman dengan sepi, ia disibukkan dengan hal hal fana dihadapkan pada fatamorgana yang memanipulasi kehadiran cinta.

Mengapa aku bisa ?, Karna aku sedang berada dalam kesepian yang nyata, dan aku menyadari bahwa cinta berlindung dibelakang ku, hingga akhirnya sepi dan cinta dapat ku pertemukan dihadapan lelap ketika aku terbangun.

wanita dan dunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang