Balutan Kasih, Namun Tanpa Cinta

47 2 6
                                    

"Lebah meninggalkan kuncup bunga menyisakan nektar didalamnya dengan harap rasa manis bunga itu tak hilang karena kerakusannya."

Berjalan mengitari api unggun, sumber kehangatan ku saat ini, bara menyala didalam tumpukan kayu yang tak berdaya oleh kuatnya api membakar hingga seratnya yang terdalam. Terkadang harus ada yang dikorbankan untuk suatu situasi yang diharapakan, seperti kehangatan dalam balutan dingin malam.

Ketika semua sedang asik berada dalam suasana kenyamanannya masing-masing, berdiri ku tertopang pada kaki kurus dengan segelas anggur yang kini serasa hambar dilidah karna rasanya telah direnggut oleh kerakusan api tanpa menyisakan sang lebah yang sedang pergi sebentar.

Sejak pertemuan pertama ku dengannya membuat otak ku tak berfungsi jika tak berada sejengkal darinya, sebelum panas api makin merenggut aku melangkah menjauhinya menuju sebuah gubuk sunyi tak bertuan bahkan tak berpintu, kucoba memasukinya berharap otak ku dapat berfungsi jika dipertemukan dengan teman lama yang menyukai kesunyian, entah mengapa aku berharap sepi hadir bersama ku menemani dan menghibur dengan permainan menyakitkannya. Betapa bodohnya aku, berusaha mencari hal yang telah sengaja ku tinggal, aku membutuhkannya ketika aku tau bahwa dia sudah tak bersama ku lagi.

"Hey Nirina !!", Sepatah kata yang membuat ku terkejut hingga gelas anggur hambar ini tersentak menumpahkan isinya,

"hah!! kau mengagetkan ku tau!!", Sahut ku dengan kesal. Dia seperti malaikat dengan sayap indah dengan tongkat berhias permata, tiba-tiba berada di belakang ku dengan rona rona api unggun dibelakangnya.

"Apa yang kau lakukan disini ?", sang malaikat itu kembali bertanya dan langsung ku jawab sebelum kemurnian cinta mengusir roh jahat yang tak sepenuhnya jahat ini. 

"Aku hanya sekedar melihat-lihat", jawab ku. 

kemudian ariel-pun mengajak ku untuk kembali berada dalam jengkalan api unggun bersamanya, mengisi gelas anggur-ku dengan rasa berbeda, rasa ketulusan hati yang telah rela berbagi kebaikan dengan-ku. kembali aku tinggalkan keinginan bertemu sepi pada gubuk seunyi itu, "semoga saja gubuk itu cepat runtuh dan menimpa sepi pada dasar lantainya", harap ku ketika wajah ariel memenuhi ruas bola mata dan berpaling darinya (gubuk). 

wanita dan dunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang