7.

16 6 9
                                    

"Ketika berpikir dewasa,..."

*Gersia*

Guys maafin author ya karena kemaren ga update🙃 Kuota author habisnya cepet mulu 😓hikss jadi suka males kalau beli terus😆

Jangan lupa votmennya ya

Happy reading😉

_____________________

"Aku ga ada niatan buat ngelakuin itu semuah. Aku juga ga mau, aku terpaksa. Aku di paksa abangku, abangku mau aku pacaran sama Shiren, ade dari gbtan dia. Aku udah nolak, tapi dia ngancem bakal ngelarang aku buat pacaran sama kamu kalau aku ga mau nurutin kemauan dia. Kamu tau kan abangku bagaimana? Aku akan putus sama Shiren saat abang aku udah jadian sama kakaknya Shiren. Aku ga bohong, itu semuah bukan kemauan aku Ger,"

Tanpa Gersia tau sahabat sahabatnya memperhatikan mereka dari balik tirai jendela kamar Zendan dengan hati yang sama terlukanya, walaupun tidak seluka Gersia.

Jendela kamar zendan menghadap ke teras rumah Gersia, dari sana mereka bisa mendengar apa saja yang di bicarakan Gersia dengan Beni, karena rumah Zendan sangat dekat dengan rumah Gersia, hanya berjarak beberapa langkah.

"Kak Beni ko jahat sih," dengus Yosi kesal

"Jahat," celetuk Zendan

"Abangnya ga punya hati," ucap Khealma

"Iya, salah abangnya itu," ucap Tiatsya menyetujui ucapan Khealma

Gersia mencerna setiap kata yang di ucapkan Beni. Deretan kata yang membuat seorang cewek manapun merasakan ketidak logisan , dimana pihak cowok harusnya bisa menolak, bukankah itu suatu hal yang mudah untuk cowok, ya jika mereka benar-benar serius.

Serius? Apa Beni tidak serius dengan Gersia? Ini sulit dipercaya, buat apa mempertahankan hubungan selama satu tahun lebih ini tanpa keseriusan di salah satu pihak?



"Oh,"




Specheless




satu kata itu yang Gersia ucapkan ditambah senyum manis seakan tidak terjadi apapun, berhasil membuat yang mendengar tercengang.

Beni mendelik, menatap Gersia tak percaya, cewek lain pasti akan menampar atau lari, ataupun akan memaki. Bahkan sebelum ke rumah Gersia, Beni sudah kuatkan fisik dan mental untuk jaga-jaga. Tapi, gadis di hadapannya hanya mengatakan satu kata dan tersenyum,


'Ko?' Batin Beni.


Sedangkan Khealma dengan yang lain mengernyitkan dahi mereka, berpikir apa yang Gersia pikirkan.

Bersahabatan dari kecil memungkinkan ikatan batin mereka saling terikat, karena sering bersama mereka saling mengerti apa yang terjadi hanya dengan melihat wujud, sekalipun itu bohong akan ketahuan.

Andai Beni tau Gersia melakukan sekuat tenaga agar tetap telihat ' I'm Fine,' ini terlalu sulit untuk di terima Gersia.

"Yaa lord kenapa cowok ga pekaan sih," kesal Tiatsya

"Samperin dah yuk," ajak Khealma yang sudah tidak tahan. Rasanya ia ingin memberi sedikit pelajaran kepada Beni



Bugh



"Da-Davin," seru Tiatsya panik yang melihat Davin  menghantam tubuh Beni tiba tiba. Mereka tidak sadar Davin sudah jalan duluan menghampiri Gersia dan Beni. Yang lain ikut panik melihat Davin melakukan baku hantam dengan Beni yang diam saja menerima hantaman demi hantaman dari Davin, seakan pasrah apa yang akan terjadi pada dirinya.




Sterren VerhaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang