8

10 5 7
                                    

Malam itu ,...
*Gersia and Khealma*

Happy reading😄

______________________________

Hari sudah gelap, bintang senja pun telah hilang berganti dengan Dewi malam bersama ribuan bintang menyebar di langit Jakarta.


Di bawah lampu taman dua remaja duduk di bangku menikmati es krim coun di tangan masing masing. Dengan pikiran yang berbeda.



Gersia, ia memikirkan harus berekspresi bagaimana. Rasanya kikuk, untuk pertama kalinya ia duduk berdua dengan pria selain Davin. Rasanya takut walaupun di sampingnya adalah Beni, pacaranya. Ah apa masih bisa di sebut pacar? Ini juga membuat Gersia bingung. Entah apa yang harus di takutinya.



Sedangkan Beni? Ia memikirkan perasaan Gersia. Ia mengerti perasaan pacaranya, bukan bukan tepatnya calon mantannya sedang merasakan kikuk.


Berpacaran dengan Gersia selama dua tahun ini membuat Beni mengerti bagaimana Gersia. Gersia gadis yang lembut, selalu ketika ada masalah ia akan menghadapinya dengan tenang dan sabar.


Kejadian Beni dekat dengan wanita lain bukan hanya kali ini saja. Sebelumnya juga pernah. Tapi, itu hanya omong kosong, Beni tidak pernah selingkuh di belakang Gersia. Namanya hubungan pasti ada yang ga suka. Gersia selalu mendapat informasi yang tidak-tidak dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Yang membuat Beni sangat sayang pada Gersia adalah, Gersia akan langsung bertanya pelan-pelan pada Beni, dan mendengarkannya, tidak langsung marah.


Beda dengan dirinya, Beni akan langsung marah seperti anak kecil. Tak jarang itu membuat Gersia kelabakan. Beni sangat senang saat dia marah Gersia akan meminta maaf bertubi tubi, ia akan menelfon berkali kali dan menyepam chat. Membayangkan Gersia yang cemas membuat Beni tersenyum, itu lucu.


Gersia juga gadis yang sopan, bahkan keluarga Beni sudah tau Gersia, walaupun tidak pernah bertemu.


"Haa," Beni menghembuskan nafas dengan berat


Membayangkan bagimana Gersia, membuat ia tak ingin memutuskan hubungannya. Sulit rasanya melepaskannya, bahkan ia tidak yakin wanita yang sekarang akan seperti Gersia. Jika ia tidak melepaskan Gersia, akan lebih menyakitkan untuk Gersia. Rasanya berat, sangat berat.


"Beni, kamu ga kenapa napa kan?" Tanya Gersia yang sedari tadi melihat Beni tidak bisa diam.  Suara pelan itu menyadarkan Beni dari lamuannya. Suara yang selalu membuat jatungnya bergetar dan akan menjadi yang terindu.


Beni tertunduk, yang membuat Gersia yang melihatnya jadi merasa kawatir.



"Ben?"

"Beni?"

"Kamu kena--," ucapan Gersia terhenti



Speechless


Tangan kekar itu menangkup tubuh Gersia ke dalam pelukannya. Membuat Gersia kaget dan tidak bisa mengucapkan apapun.


"Ger biarin kaya gini dulu ya, mungkin ini yang terakhir," pinta Beni sedu. Gersia tidak menjawab, lidahnya keluh. Pikirannya membawa ia ingin menangis.



Beni berharap malam ini akan sangat panjang. Ia ingin berduaan seperti ini dengan Gersia, walaupun hanya duduk berdiam.


"Ger, yang tadi itu abangnya Davin?" Tanya Beni yang masih mendekap Gersia.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sterren VerhaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang