"Hm hm hm~♪"Riku nampak senang hari ini sampai bersenandung saat berjalan menuju meja makan, meskipun tanpa alasan yang jelas senang kenapa.
Dia baru menyadari tidak seperti biasa, hari ini Tenn membuka radionya untuk menemani sarapan mereka."Ada apa Riku?"Tenn pun bertanya kepada Riku karena penasaran, Riku melihat kearahnya dengan kebingungan.
"Kenapa kau ceria sekali hari ini?"Tenn memperjelas kata-katanya.
"Ah, tidak boleh?"Riku menaruh garpunya."Tidak apa-apa, hanya saja agak aneh melihatmu ceria seperti ini di pagi hari"Tenn mengunyah makanannya.
"Suara dari radio itu indah sekali, itu membuatku senang"memang benar, radio yang sedang dibuka Tenn sedang memperdengarkan musik klasik.
Tenn pun mengganguk paham sekaligus setuju."Aku setuju, pemusik itu sangat berbakat"Tenn tersenyum kecil.
"Jadi, apa yang kau ingin lakukan hari ini?"ucapnya lagi.
Riku berpikir sejenak, tapi tak menemukan ide, dia sudah cukup sering berkeliling kota sendiri."Aku tidak punya ide, apa kau ada saran professor?"ucap Riku sambil meminum susunya, Tenn berpikir sesaat, lalu tersenyum.
"Aku ada ide…"
Sehabis mereka sarapan, Riku memakai sepatunya, dan di teras, Tenn menghampirinya."Datanglah ke tempat ini, mungkin kau dapat menemukan hal baru disana"Tenn menyerahkan selembar kertas berisi alamat kepada Riku.
"Selamat jalan, aku ada urusan di lab"Tenn mengelus pelan kepala Riku lalu pergi kedalam lagi.Riku pergi menuju alamat yang tersedia, dan sampai di depan suatu kafe.
Tetapi hal yang menarik perhatiannya bukan kafe itu, melainkan suara dari taman di seberangnya.Suara biola yang indah.
Dia memutuskan untuk mampir sebentar ke taman itu, terlambat sedikit tidak akan membunuhnya kan, lagipula bukan juga Tenn ada janji untuk menyuruh Riku kesana jam berapa.
Riku mencari asal suara itu, tidak sulit, karena beberapa anak-anak juga berkumpul disana.
Seseorang berambut kuning panjang diikat 1, seperti nya orang dari negara lain, sedang memainkan biola dengan serius, tapi juga tersenyum, dia nampak menikmatinya.
Riku berjalan mendekat, berada dibelakang anak-anak yang nampak menyukai melodi dari biola itu.Suara ini terdengar familiar untuk Riku, atau mungkin hanya perasaannya saja.
Beberapa menit kemudian, pertunjukannya selesai, mereka spontan bertepuk tangan.
"Thank you desu!"lelaki itu tersenyum senang(Fak misi, gua fangirlingan sendiri kebayangnyan//woi).
"Ah, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya"lelaki itu melihat kearah Riku, kemudian mengemasi biolanya, berjalan kearah Riku.
Tapi seorang anak menahannya.
"Nii-san! Mainkan lagi biolanya! Lagi! Lagi!"anak-anak lain pun memohon padanya.
"I'm sorry desu, jika aku terlalu lama disini akan menjadi masalah"lelaki itu tersenyum sedih.
"Kapan-kapan aku akan kesini lagi"lanjutnya kemudian mendekati Riku."Hello! Namaku Rokuya Nagi, aku rasa kita belum pernah bertemu sebelumnya?"nada bicara orang ini sedikit aneh, itu yang dibenak Riku pertama kali, tapi dia bersyukur bahwa orang it- ekhem, Nagi, bisa bicara dalam bahasanya, akan cukup susah jika dia hanya bisa bahasa Inggris, Tenn lupa mendesain Riku agar bisa berbicara bahasa asing nampaknya.
Riku tersenyum sopan.
"Namaku Nanase Riku, robot 'hidup' ciptaan professor Tenn yang diciptakan untuk mempelajari emosi, senang bertemu denganmu Nagi-san"Riku menunduk sedikit."Me too, oh iya Riku, mau ikut aku ke kafe sana?"Nagi menunjuk kearah kafe diseberang taman yang tadinya ingin Riku kunjungi.
"Kebetulan aku ingin kesana juga, ayo"Riku tersenyum.
Mereka pun berjalan kesana, Nagi melambaikan tangan kepada anak-anak sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to be A "human" robot [An IDOLiSH7 fanfiction]
FanfictionDia terbangun, robot berwujud seperti manusia, yang tanpa emosi, mencoba mempelajari berbagai hal mengenai emosi manusia dan makhluk hidup lainnya dengan bantuan orang-orang di kotanya. hai Rizel is disini again membawa cerita baru, perlu diingat st...