Selamat siang, namaku adalah Kujou Tenn, seorang professor.
Aku cukup terampil membuat robot.
Lebih tepatnya, aku menghabiskan sebagian besar hidupku untuk belajar mengenai hal itu.Aku dapat menciptakan berbagai robot sesuai dengan apa yang aku inginkan, tetapi salah satu kekurangannya adalah… karena mereka adalah robot, mereka tidak dapat mengenal emosi.
Dan itulah masalah terbesarnya.Tujuanku adalah membuat robot yang hidup, robot yang mengenal emosi.
Robot yang menyerupai dia.
Mudah membuat rupa robot itu, tetapi menciptakan sifatnya yang kompleks… Itu adalah sesuatu yang diluar batasku seharusnya."Professor? Kau masih bangun?"asistenku, Sogo mendatangi kamarku di tengah malam, aku sedang mencoba membuat sesuatu.
"Ah, maaf Sogo, kau boleh tidur duluan"aku memberikan senyuman padanya, tetapi dia nampak cukup khawatir."Kau yakin ingin membuatnya?"Sogo melihat ke tabung kaca di lab ku. Tabung yang berisi seseorang yang sangat berarti padaku.
"Maaf mengatakannya professor…Bukankah itu mustahil?"Sogo melanjutkan ucapannya, aku menaruh pekerjaan yang sedang aku urus, dan menatapnya."Aku harus menyelamatkannya. Harus."Sogo terdiam, lalu menghela nafasnya.
"Baiklah"dia melepaskan jarinya dari kaca tabung tersebut, lalu pergi keluar.
"Jangan lupa istirahat, kau sudah tidak makan untuk 2 hari kau tau?"ucapnya sebelum menutup pintu."Riku…"aku melihat kedalam tabung itu.
"Aku akan menyelamatkanmu… adikku"aku menyandarkan dahiku ke kaca itu dan menutup mataku.
"Tolong tunggulah"Suatu hari, aku sedang berjalan keluar.
Aku melihat orang-orang sekitar, mereka dipenuhi dengan berbagai emosi dan ekspresi.
Dan muncullah sebuah ide di otakku."Sogo… aku sudah mengetahuinya, apa yang bisa kulakukan untuknya"aku berkata kepadanya dengan mata berbinar, dia pun memfokuskan dirinya pada ucapanku.
"Hal yang kurang darinya adalah emosi, jadi, aku akan membuat robot yang diprogram hanya memahami satu emosi. Dan aku akan membuat banyak dari mereka dengan emosi yang berbeda-beda untuk mengajarkan emosi padanya, akan kubuat robot 'hidup' Riku dengan kemampuan untuk mempelajari emosi dari ke 10 robot yang kubuat sehingga dia dapat menjadi Riku yang baru"aku menjelaskan ideku dengan penuh semangat.
"Kau mampu melakukannya?"tanya Sogo memastikan.
"Tentu saja"itu merupakan senyuman terbahagia yang dimilikiku setelah sekian lama.
"Maka aku akan membantumu dengan hal itu"ucap Sogo.
"Terima kasih, Sogo"maka kamipun mulai membuatnya."Apa saja emosi yang akan dipelajarinya?"tanya Sogo.
"Pertama, dia perlu belajar untuk tersenyum dan senang.
Lalu dia perlu menyadari makhluk hidup lainnya, bahwa dia tidaklah sendiri.
Kemudian dia harus belajar sopan santun di dunia ini agar tidak terkena masalah.
Kesedihan juga penting untuknya, meski menyakitkan itu akan menghasilkan sesuatu yang indah diakhir.
Dia perlu mengerti tentang betapa menakutkannya sesuatu.
Oh iya dia harus memiliki semangat dalam hidupnya!
Selain itu aku ingin dia memiliki keinginan dalam hidupnya.
Rasa kagum untuk mensyukuri betapa indahnya dunia ini juga harus dia pelajari.
Amarah, dia tidak boleh tidak mengenali ini untuk keselamatannya sendiri.
Terakhir, dia harus dapat mengkhawatirkan orang lain."
Aku menjelaskan emosi yang harus dipelajari oleh robot 'hidup' tersebut.10 robot pun dibuat, dengan emosinya masing-masing.
Dan dibuatlah robot Riku.
Meski tidak sesempurna yang dirancang, tetapi dia dapat mempelajari emosi seperti yang direncanakan."Riku? Kau dapat mendengarku?"tanyaku setelah dia membuka mata, Sogo juga berada di sebelahku.
"………iya"dia melihat ke sekeliling, wajah yang datar karena kurangnya emosi di dalam dirinya.
Aku menahan senyum bahagiaku.Dimulailah perjalanan Riku untuk mempelajari emosinya, kami tidak memberitahunya mengenai rencana kami sebenarnya bahwa ke-10 robot itu sudah dirancang agar mengajarinya mengenai emosi yang seharusnya ada pada dirinya.
Dan itu berhasil, dia mempelajari ke 10 hal tersebut dari para robot tersebut.
Tetapi dia kekurangan sesuatu.Sesuatu yang sangat penting.
Dan kami tidak menyadarinya.
Kami mengira dia sudah sempurna.Tetapi, tidak.
Rencana kami gagal.
Robot 'hidup' Riku yang pertama kami hancurkan karena dia adalah sesuatu yang gagal.
Dia kembali pada Riku yang lama.
Sesuatu yang harusnya tidak boleh berada di dunia ini.Aku tau, aku ingin dia kembali.
Tetapi bukan yang ini, aku tidak menginginkan Riku yang ini, dia kekurangan sesuatu, dia hanya mengingat 1/2 dari diri aslinya.
Dia tidak mengingat sesuatu yang aku ingin dia ingat.
Dia mengingat sesuatu yang aku benci saat dia telah mempelajari 10 emosi tersebut."Professor?"terdengar bunyi ketukan pintu dari luar.
Sogo nampak sangat khawatir dengan diriku.
Lagipula, lab ku sudah berantakan.
Sudah tidak terhitung berapa robot 'hidup' yang kubuat.
Sudah tidak terhitung berapa kali aku berpura-pura bahagia saat dia terbangun.
Tentu saja sudah tidak terhitung berapa kali aku kecewa dengan hasil akhir Riku ini.
Haha, bahkan salah satu robot yang mengajari emosi amarah telah rusak.
Aku dapat merasakan stress dan frustasi di tubuhku, aku lelah.
Aku lelah, aku sangat lelah.Apakah ini sudah waktunya untukku menyerah?
Sogo membuka pintu dengan pelan, menemukanku yang nyaris mengambil pisau di laci.
"Apa yang akan kau lakukan professor?"Sogo nampak marah, tetapi masih ada sedikit rasa kasihan yang muncul di matanya."Ah… Sogo, proyek ini gagal, a mere failure"aku tersenyum.
"Dan kau memutuskan untuk membunuh dirimu sendiri?"balasnya dengan tegas.
"Tentu saja, setelah aku mematikan mesin ini, bagaimanapun…""Riku tidak akan pernah bisa kembali"
Saat aku mengucapkan itu, Sogo menghampiriku dan memukulku.
"Kau tau Tenn? Aku berada disini karena aku melihat kau memiliki semangat yang sangat kuat untuk membuat robot, sesuatu yang sangat kau inginkan, maka dari itu aku memilih menjadi asistenmu"Sogo mulai berbicara, sementara aku terduduk dan hanya mendengarnya."Hasil dari robot 'hidup'mu yang terakhir merupakan hasil yang pertama kulihat secara langsung"katanya, dan aku sudah dapat menebak kemana ini akan berlanjut.
"Apa kau bisa menjelaskan kepadaku, mengapa mata itu… mata itu nampak tidak memiliki emosi sama sekali meskipun dia telah mempelajari ke 10 emosi?"tanya Sogo, dan aku menarik nafasku."Kau ingin mengetahuinya?"tanyaku padanya, dan dia dengan sedikit ragu-ragu, mengangguk.
"Baiklah, biar aku jelaskan, cerita mengenai adikku, Riku"
"Seorang pembunuh"
-to be continued-
Nah dh besok nih, pas kan
Ntah kenapa gua uji emosi kalian ya.
Terima ini dulu ya, gua lagi mikirin lanjutinnya, versi kasarnya dh ada sih.
Sans gua gabisa janji tapi secepatnya lagi gua update gegara seru juga lanjutin ini.
Moga kalian sabar aja.
(Sendirinya lanjutin nulis gegara takut ama AquaNano)-Rizelcchi-

KAMU SEDANG MEMBACA
How to be A "human" robot [An IDOLiSH7 fanfiction]
FanfictionDia terbangun, robot berwujud seperti manusia, yang tanpa emosi, mencoba mempelajari berbagai hal mengenai emosi manusia dan makhluk hidup lainnya dengan bantuan orang-orang di kotanya. hai Rizel is disini again membawa cerita baru, perlu diingat st...