Masa Lalu Tidak Dapat Diubah

477 66 8
                                    

………*pengen lanjut tapi ide gua 3 bulan lalu keknya gua lupain.*
Yodahlah sudah lama ku membuat kalian menunggu, maap y yg sabar nunggu ff ini.
-----------------------------------------------------------
Suara tangisan terdengar dari sebuah rumah, pada tanggal 9 bulan juli, lahirlah aku dan Riku, saudara kembar.
Bisa dibilang masa kecil kami sangat menyengsarakan, ayah kami adalah seorang pengusaha dulunya, tetapi setelah bisnisnya kacau dan kematian ibuku saat melahirkan kami, dia tidak dapat berpikir dengan benar.
Dan disaat seperti itu, ayah kami sangat sering memukul kami bahkan terkadang tanpa alasan.

Sejak kecil, kami telah kehilangan perasaan kami, hanya ketakutan dan kesedihan setiap harinya.
Tetapi tanpa kusadari, Riku mengenal suatu emosi yang baru.

Kebencian.

Dia membenci ayah, jika dipikir-pikir lagi aku juga begitu, tapi aku masih dapat menahan emosiku, lain dengan Riku.
Kebenciannya sudah tidak dapat dia tahan, dan bodohnya diriku tidak menyadari hal tersebut, saat aku menyadarinya, semua telah terlambat.
Suatu malam, dimana semua orang telah tertidur, Riku mengambil pisau dari dapur.
Saat aku bangun karena suatu teriakkan keras dikamar sebelahku, aku sudah menemukan Riku.
Dan ayahku di kasur yang berlumuran darah karena ditusuk berkali-kali.

Riku tersenyum, dia tersenyum atas sesuatu yang mengerikan, dengan cipratan darah di sekujur badannya.
"Tenn-nii!"dia berlari kearahku dan memelukku.
"Bagaimana? Ayah telah pergi!"aku tidak mampu menjawabnya, pisau yang dia pakai masih tertancap di badan ayah kami.

"Hey Tenn-nii, sekarang rumah ini menjadi milik kita berdua saja"dia melanjutkan kata-katanya, aku masih terdiam.
"Aku merasakan sesuatu yang dapat membuatku bahagia, Tenn-nii!"dia pergi dariku, mencabut pisaunya.
"Aku rasa membunuh adalah sesuatu yang menyenangkan"sesuatu telah hilang dari hatinya, aku tidak tau apa itu.

"Riku, hentikan… k-"aku tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk menghentikannya.
"Mengapa? Orang sepertinya tidak layak hidup"balas Riku, dia sangat menakutkan.
"Terdiam ya, hmm… aku rasa kau tidak akan memahami diriku"Riku berjalan melewati Tenn, membuka pintu keluar dan membalikkan badan melihatku.
"Tenn-nii, aku akan keluar sebentar"dia tersenyum, dengan tulus yang membuatku terkejut.

Itu pertama kali dan terakhir kali aku melihat dia beserta senyuman itu.
Dia tidak pernah kembali.

Aku ditanya mengenai kematian ayahku, dan aku hanya menjawab tidak tau.
Setelah beberapa saat, aku menjual rumah itu.
Aku membeli rumah yang lebih sederhana di tepi kota.
Dan disana, berbagai berita selalu dibicarakan orang, yang selalu mereka bahas adalah pembunuh berantai yang membunuh pembunuh lainnya.
Dari kabar, rambut pembunuh itu merah terang, dan umurnya masih remaja.

Dari itu saja aku sudah bisa menerka bahwa itu adalah Riku, tetapi apa yang bisa kulakukan, aku tidak dapat menghentikannya, dan aku tidak tau dimana dia.
"Riku…"aku mencoba berbagai hal untuk bertahan hidup,dan yang paling aku kuasai adalah membuat robot, menyenangkan, dan bahan utamanya banyak kutemukan di area pembuangan pabrik, aku membuat robot sesuai dengan permintaan orang lain dan itu cukup untukku bertahan hidup.

3 tahun telah terlewat setelah kejadianku dengan Riku, dan kabar mengenainya mulai tidak terdengar.
Hingga suatu hari aku mendengar bahwa pembunuh berantai berambut merah itu terluka parah saat membunuh seseorang.
Aku tidak dapat berhenti untuk tidak mengkhawatirkannya, bagaimanapun, Riku adalah adiknya, adiknya yang tidak dapat ia selamatkan.
Terkadang aku suka berpikir bahwa aku adalah kakak yang gagal.

Malam itu, malam yang dingin, ketukan pintu terdengar di rumahku.
"Tenn-nii, lama tidak berjumpa"di luar, Riku, yang sudah tumbuh, tersenyum kepadaku.
"Darimana saja kau?"aku nyaris menangis saat itu.
"Maaf, bisa kau biarkan aku masuk dulu?"aku mempersilahkannya masuk, meskipun dia adalah pembunuh.

"Bagaimana kau menemukanku?"aku bertanya padanya.
Riku hanya tersenyum.
"Sangat mudah menemukan berbagai hal di dunia pembunuh"jadi dugaan Tenn benar.
"Kau menjadi pembunuh…"Riku tidak membalas, seolah kesunyian itu dapat menjawabnya.

Setelah kesunyian itu, Riku akhirnya membuka mulutnya lagi, terlihat lebih tenang.
"Tenn-nii, terkadang aku berpikir bahwa aku berada di jalan yang salah"

"Mengapa?"

"Aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku…tetapi aku tidak mengetahuinya"aku menghampirinya dan menepuk pelan kepalanya.
"……maafkan aku"aku membalasnya.
Riku tertawa.
"Tidak apa-apa, bukan salahmu, mungkin aku, bukan, kita sedang sial, mendapatkan ayah sepertinya, dan mungkin aku juga salah karena tidak dapat mengontrol kebencianku padanya"aku memeluk Riku, mencoba menenangkannya, dan aku bisa merasakan dia menangis.

"Riku…ayo ulangi semuanya, semuanya dari awal"Tenn melanjutkan ucapannya.
"Itu tidak mungkin Tenn-nii, aku adalah pembunuh, dan kebencianku setiap hari semakin besar"dia mengakuinya, Tenn mengetahuinya, tetapi Riku juga menderita.
"Kita akan bebas jika kita pergi dari sini, percaya padaku Riku"Tenn mencoba membujuknya.
"Dunia itu luas, kita belum melihatnya, kita belum mengenal semua orang, kita tidak mengetahui apa yang hilang dari diri kita, ayo kita cari tau"Tenn menahan air matanya, ia tidak bisa menjadi kakak yang memalukan.
"Apa kau bisa menjamin kita dapat mengetahui apa yang hilang itu?"Riku bertanya pada Tenn, dan Tenn mengangguk dengan yakin.
"Ya"

Maka pergilah mereka malam itu, melewati hutan dan mencoba untuk lari dari kota tersebut.
"Sedikit lagi Riku!"Tenn tersenyum, dan sampailah diluar.
Tenn melihat kebelakang, tetapi tidak ada Riku.
Dia melihat ke sebuah surat yang diselipkan ke saku bajunya.

"Maaf Tenn-nii"
Disaat itu, Tenn langsung berlari kembali.
Disaat itu pula, Tenn mendengar suara tembakan.
Tidak lama, saat dia sampai, dia menemukan Riku, tertembak.
"Tenn-nii, maaf, tetapi nampaknya aku telah menemukan apa yang hilang itu"
Ah, nampaknya aku harus membetulkan kata tentang senyuman tulus Riku, saat dia pergi dari rumah bukanlah yang terakhir.
Aku melihat dia tersenyum dengan tulus lagi untuk kedua kalinya.

Saat ia mati.

Aku mendengar orang-orang yang mulai datang.

Aku lari, tampaknya Riku sudah ketahuan oleh orang-orang saat ia keluar dari rumah bersamaku, dan ia memutuskan untuk mengorbankan dirinya, aku kabur dari semua itu, aku memutuskan ke kota yang lain.
Jika aku berada disana mereka akan mencurigaiku.
Entah bagaimana, aku sampai di suatu kota yang indah, kota yang kita tempati saat ini.
Aku membeli tempat tinggal, dan membuat robot lagi, tidak lama kemudian kau datang, dan beginilah.

Aku mengakhiri ceritaku pada Sogo.
"Kau belum memberitahuku mengapa Riku masih tidak dapat memahami emosi meski kita telah mengajarinya"

"Karena Riku yang asli memang tidak mengenalnya, dan meski ia mengenal itu, robot Riku tidak mengetahui sesuatu yang hilang itu, sesuatu yang hanya diketahui oleh Riku yang asli, robot Riku yang aku buat adalah Riku yang masih tidak mengetahui apa-apa"aku menyadarinya, tetapi aku masih mencoba.
"Kau kecewa denganku kan Sogo"ucapku padanya, Sogo kehilangan kata-katanya.

"Aku akan pergi besok, aku tidak dapat melanjutkan ini"Sogo beranjak pergi dari lab Tenn.
"Sampai jumpa"Sogo menutup pintunya, dan benar saja, esoknya dia pergi dari rumah Tenn.

"Bagaimana ini…Riku"aku menyentuh tabung yang berisi robot Riku pertama yang aku buat.
Meskipun itu gagal, itulah yang membuatku memulai semua ini, semua kegilaan ini.
Aku membuka kertas yang diberikan Riku kepadaku, di halaman belakang tulisan maaf nya terdapat surat pendek.
Itu berisi cerita mengenai hidupnya selama 3 tahun menghilang, hanya bercerita mengenai mengapa dia membunuh dan semacamnya, dan bagaimana hampa hatinya karena kehilangan sesuatu, tetapi kalimat terakhirnya adalah sesuatu yang membuatku mencoba membuat robot hidup.
"Aku ingin terlahir kembali"

Aku tidak dapat menyerah sekarang.
Tidak hingga permintaan Riku tercapai.
Itu adalah permintaan pertama dan terakhirnya yang harus aku lakukan sebagai kakaknya.

"Tenn-nii"

-to be continued-
Hehe
Hehehe
Hehehehehehehe aduh maaf ya kalo gaje makin lama. Efek lama ga nulis juga//sibukskolah.
Ga maksa vote tapi kalo dikasih makasih banget, kalian motivasi gua blom hapus cerita ini lol

-Rizelcchi-

How to be A "human" robot [An IDOLiSH7 fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang