"Gais gue ada berita baru nih,"ujar Sana menggebu gebu."Kebiasaan deh lo, gosip terus," jawab Namira menatap Sana malas.
"Gue berani sumpah kalo berita ini bukan berita basi. Cuma gue doang yang baru tau" ucapnya mantap.
"Ya udah kalo emang menurut lo gak basi, sekarang jelasin ke kita,"
Ia menarik napas dan mulai menjelaskan kejadian yang kemarin ia lihat di lapangan. Oh jangan lupakan, Sana juga menceritakan bahwa pertama kali dia bisa mengobrol dengan Gio.
"APAAA? GILA TUH ADEK KELAS GAK WARAS PARAH PARAH" teriak Lea refleks.
Dan teriakannya itu membuat murid murid yang di dalam kantin menengok ke arah mereka, dengan tatap tak suka tentu saja."Heh bego! berisik banget deh lo. Udah tau disini rame" ujar Ayana menoyor Lea gemas dengan kebodohannya.
"Iya-iya maap"
"Jadi yang Leon bilang kalau si Gio itu benci hujan bener San?" Sana mengangguk sebagai jawaban.
Melihat jawaban dari temannya itu, Namira menggelengkan kepala. Tak menyangka bahwa Gio yang di gemari para adik kelas dan angkatannya benci hujan, aneh tapi nyata.
"Ah sialan, baju gue kotor kena kuah bakso," ia menepuk seragam putihnya yang terkena kuah bakso walaupun tak banyak tapi tetap saja itu membuat Sana kesal.
"Lagian lo sih ceroboh kok di pelihara."
"Lah kocak ya kali ceroboh di pelihara," Lea tertawa mendengar ucapan Ayana. Sedangkan Ayana hanya mendelik mendengarnya.
"Berisik lo pada. Gue ke toilet dulu mau bersihin ini baju," ia segera bangun dari kursi dan berjalan menuju toilet yang kebetulan berada di dalam kantin.
Saat Sana sedang Membersihkan baju nya dengan cipratan air, ia melihat segerombolan siswi jalan mendekatinya, lalu salah satu siswi yang ia tau namanya Sarah menatapnya dengan tatapan menilai.
Yang Sana tahu mereka itu seangkatan sama dia, tapi Sana tak terlalu mengenalnya karena mereka anak IPA dan Sana sendiri anak IPS.
"Heh. Jadi lo Rossa yang suka di panggil Sana itu," ucap Sarah dan menatap Sana dengan tatapan menilai
"Oh, iya ada apa ya?" Ia terkejut saat mendengar namanya dipanggil oleh Sarah
"Songong bener lo jadi cewek. Gak usah sok cantik bego."
"Ya? maaf kenapa ya? ada apa?" Sana mengulang jawaban yang tadi.
"Gue denger denger nih ya lo suka sama Giordy ya? lagi dilangit lo suka sama Gio? secantik apa lo bisa suka sama dia? berharap banget cih jijik gue," ucap Neta dengan gaya seperti meludahi seseorang.
Sana yang melihat itu hanya menatap orang di depannya dengan malas, kenapa mereka yang repot. Toh yang suka Gio itu Sana bukan mereka
"Urusan lo apa ya? emangnya lo siapanya? bukan siapa-siapa kan?" Sana tak sengaja berbicara seperti itu, ini diluar pikirannya.
"Guys sumpah liat cewek kucel ini bener bener songong, lo nanya gue siapanya? lo tuh yang siapanya," Sarah mendorong bahu Sana dengan jari telunjuknya.
"Tauk sih lo, muka standar aja segala suka suka sama Gio. Ngimpi lo kejauhan bro turun sini ketanah," ucap Neta dengan nada mengejek.
"Mendingan lo gausah deket deket atau suka sama Gio deh. Karna percuma, sia sia. lo gak akan dapetin dia, gue pastiin itu gak akan mungkin."
"Maaf ya buat kalian semua. Gue emang bukan anak hits seperti kalian, tapi sori nih gue bukan budak kalian jadi kalo kalian nyuruh apapun apalagi soal mengatur perasaan gue, maaf gak bisa gue lakuin. karena itu hak gue pribadi jadi mendingan kalian minggir, gue mau ke temen temen gue lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/150408509-288-k696845.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A moment
JugendliteraturKita, sama-sama terluka. Tetapi tidak mau untuk mengaku. Mengaku bahwa kita ditakdirkan semesta untuk saling menyembuhkan luka.