"Sar kayanya si Sana tambah deket deh sama Gio," ujar Netta
"perasaan lo doang kali," jawab Sarah berusaha mengenyahkan perasaan cemburu.
"Gimana kita kerjain itu anak, supaya dia kapok dan gak sok kegenitan lagi." Ujar Sarah dengan senyum sinis
"Nah boleh juga tuh,"
Sarah tersenyum sinis," jadi nanti kita minta tolong anak lain untuk panggil si Sana dengan alasan dia di panggil ke meja piket sama Bu Galih. Terus nanti kita diam di depan kelas sepuluh tunggu dia lewat dan kita siram pakai air es."
Netta dan yang lainnya hanya mengangguk setuju, "Eh tunggu, satu lagi. Pastiin sekitar kita gak ada guru," lanjutnya cemas akan recananya yang gagal, masalahnya di depan kelas sepuluh di depannya adalah meja piket walaupun agak jauh beberapa meter tapi tetap saja ia merasa takut.
Diluar sana ada Gio yang tadinya mau masuk kedalam kelas tertahan karena mendengar rencana jahat Sarah dan teman temannya.
Dengan dahi berkerut ia mengingat nama yang tadi disebut oleh Sarah, "Sana? Apa Sana yang waktu itu ribut sama dia? Dan Sana si cewek aneh itu?" gumamnya lihir
Tepukan dipundak membuat Gio terkejut dan menoleh ke samping dimana ada Arya dengan wajah heran, "Lo udah ke kelasnya? Ngapain diem disini sih, cabut yuk ke kelas Leon." Ujar Arya lalu berjalan beriringan dengan Gio yang masih memikirkan rencana Sarah tadi.
"Mabar yok ah mabar," teriak Leon kepada teman temannya, saat Gio dan Arya baru saja duduk.
"PUBG aja deh,"
"ML ajalah seru,"
"HELIX JUMP AJAA," teriak Lea tiba tiba dari depan sana.
"Helix jump itu hanya untuk orang orang cupu kaya lo Lea," Alvin terkekeh melihat raut wajah gadis itu menahan kesal.
"Udahlah PUBG aja sekali kali, ML terus bosen boy," ujar Arya yang langsung diangguki oleh yang lainnya, dan mulai berhambur ke tempat duduk untuk mencari posisi ternyamannya.
******
"San lo gak mau ke dalem kelas? Didalem ada Gio loh," bisik namira
"Iya tau, gak perlu lah gue ke dalem nanti disangka yang engga engga sama yang lain." Namira hanya mengangguk lalu kembali bermain dengan ponselnya.
"Guys kantin yuk, udah istirahat juga nih," ajak Lea
"Yuk gue juga laper nih,"
"San, lo dipanggil Bu Galih di meja piket tuh," ujar sekretaris kelas pada Sana
Ia menunjuk dirinya sendiri, "Gue? Kenapa Bu Galih manggil gue? Kan gue bukan sekretaris kelas."
Santi hanya mengangkat bahu tanda ia tak mengetahui, "Gak tau tadi anak kelas sebelas kesini terus suruh bilang itu," lalu ia pergi begitu saja
"Gue mau ambil uang dulu ditas abis itu ke meja piket, kalian duluan aja nanti gue nyusul," ujar Sana pada temannya lalu ia masuk ke dalam kelas dan berjalan ke bangkunya.
"Eh Sana, lo Sana kan?" Panggil Gio memastikan bahwa itu Sana.
"Iya, kenapa?" jawabnya dengan nada ragu
"Lo.. Lo mau ke meja piket bukan?" Sana mengangguk
"Sebenernya lo gak dipanggil Bu Galih, itu cuma alasan buat lo turun ke arah meja piket, dan nanti dibelokan sana lo bakal di siram sama geng Sarah pake air atau apalah itu gue gak tau."
Sana terkejut mendengarnya, jadi dia bukan dipanggil Bu Galih melainkan ia mau disiram oleh geng Sarah, "Ya ampun itu anak gak ada kapoknya ngerjain gue, eh tapi kok lo bisa tau?"
![](https://img.wattpad.com/cover/150408509-288-k696845.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A moment
Teen FictionKita, sama-sama terluka. Tetapi tidak mau untuk mengaku. Mengaku bahwa kita ditakdirkan semesta untuk saling menyembuhkan luka.