Bagian 5 - Keahlian

363 52 1
                                    

"Lihatlah aku memajang gambar Jungkook di sana"

Pandangaan Taehyung tidak bergeming, ketika ia melihat sebuah kertas bergambar yang menempel sempurna pada sebuah dinding warna krem. Bau sedap yang mengisi seluruh ruangan begitu ketara saat Jimin dengan tidak sabarnya membuka sup ayam buatan Yoongi, "aku sangat suka kucing, kenapa dia bisa tau dan memberikan gambarnya? Hahaha" Jimin tertawa nanar,

"Kenapa kau tidak ajak Jungkook?" Lanjut Jimin sambil meletakan berbagai masakan sang kakak di atas meja, siap disantap oleh dua pemuda sepulang bekerja. Jimin menatap Taehyung heran, terus bertanya pada dirinya ketika Taehyung tidak memindahkan sedikitpun pandangannya dari gambar itu.

"Jim.." Taehyung kini membuka suara. "Apa kau menyayangi Jungkook?" Lanjutnya.

Jimin cukup kaget mendengar pertanyaan yang cukup asal -baginya itu. Hey! Taehyung pasti tau bagaimana pertemuannya dengan Jungkook tidak terlalu membuahkan hasil baik. Kamus Jungkook terlalu tebal sehingga Jimin sulit menemukan kata; teman disana.

Pertemuan yang baru sekali itu tentu belum menumbuhkan bibit-bibit kasih sayang dari Jimin, semua butuh waktu dan setan macam apa yang membuat Taehyung tidak berpikir saat mengajukan pertanyaan itu.

"Apa maksudmu? Aku hanya memajangnya, kenapa kau menganggap aku menyukainya?" ucapan Jimin tertahan, bersamaan dengan kalimatnya, Taehyung menoleh dan menatap kedua matanya lekat. Jimin bisa melihat kedua manik dihadapannya tergenang liquid dari rasa kecewa; "Kau kenapa?" Lanjut Jimin penasaran.

"Apa bisa kau menjaganya setelah ini? Bawalah dia ikut ke Busan, tinggalkan saja dia"

"Apa terjadi sesuatu dengan Jungkook?" Raga Jimin berdiri, menyamakan pandangannya pada Taehyung.

Namun Taehyung diam, sudut matanya mencari-cari titik lain, melirik ruang kosong dengan pikiran yang berkalut abu. "Jungkook kenapa!?" Keheningan Taehyung membuat Jimin sedikit panik. "Apa kau dan Jungkook baik-baik saja? Hey—"

"Aku tidak baik-baik saja!" Hentak Taehyung pada akhirnya.

"Taehyung, kau aneh akhir-akhir ini.."

"Aneh?!!" Suara yang semula berat itu meninggi, bahkan cukup memekikan telinga pemuda disampingnya. Emosi Taehyung yang tidak tertahankan, ia membentak tanpa sadar walau tau yang dihadapannya adalah Jimin. Satu-satunya sahabat yang mengerti akan dirinya. Namun semua pikiran tentang Jungkook membuatnya pusing.

Taehyung mengolok dalam hatinya; kenapa? Kenapa semuanya tentang Jungkook?, tidak ada seorang pun yang tau tentang dirinya. Taehyung lelah ketika akal pikirannya selalu mengumpat nama Jungkook setiap hari, pikirannya ingin menjambak surai coklat lembut beraroma strawberi itu tiap kali Taehyung mengelusnya. Namun hati kecil di dada selalu menegurnya keras.

Jimin tidak mengerti perihal apa yang membuat suasana di rumahnya mendadak berubah. Hanya dengan hitungan menit, suasana dalam ruangan itu memanas seolah uap sup yang terpajang sejak tadi diatas meja meluap memenuhi ruangan. Jimin juga tidak mengerti, perihal apa yang membuat rekan kerjanya mendadak emosi lantas hanya sebuah nama yang meledakan pikirannya, nama adiknya.

"Aneh katamu?" Taehyung mengulang, "aku bahkan hampir gila karena menjaganya!" Teriak Taehyung.

6
.
.
7
.
.
2
.
.
9
.
.
4
.
.
7

Pipp!

Kotak berlapis besi tebal itu tiba-tiba bercelah, bagian pintunya terbuka ketika putaran beberapa nomor pada tuas bertemu dengan titik kunci. Jungkook tersenyum, ia senang bisa membuka kotak besi itu.

Bogoshipda; kth-jjk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang