Bagian Akhir - Kakak Tersayang

676 49 16
                                    


Langkah Taehyung terhenti begitu dari kejauhan ia melihat dua orang pria turun dari tangga besi rumah susunnya. Walaupun hanya bercahayakan sinar bulan dan lampu jalanan yang meremang, Taehyung tau siapa pria-pria itu.

Secara reflek tubuhnya mencari tempat persembunyian yang tersamar diantara gelapnya malam, sambil memicingkan mata saat memastikan kedua pria berjas hitam itu masuk kedalam mobil dan melajukan kendaraan mereka,

Jantung di dadanya berdetak sangat kencang seolah dipompa habis-habisan oleh pikirannya, peluh yang terus mengalir deras kala langkah kakinya terlampau cepat sampai Jimin tidak bisa mengejarnya. Dilihatnya lekat sampai kendaraan berwarna biru gelap disana tidak terlihat lagi, Taehyung baru berani bergeming dari kegelapan itu.

Dengan langkah cepat ia menaiki anak tangga, dan membuka pintu secara kasar tidak peduli pintu rongsok itu semakin tak layak menggantung disana. Kedua matanya langsung menemukan sebuah tas ransel di bawah ranjang seolah ia sudah sangat hafal dengan lokasinya, dan tidak melihat sang adik masih setia duduk di sudut ruangan.

Tas ransel berwarna biru itu berisi uang, berantakan dan tidak teratur didalamnya; kala itu Taehyung terburu-buru saat memasukan semua uang itu, Taehyung tidak peduli dengan semua ikatannya yang terlepas, membuat uang itu masuk secara asal.

Harapan Taehyung dalam hitungan detik dia ingin segera membuang barang bukti itu, ingin menghapus secara perlahan semua kecurigaan yang baunya semakin membusuk. Namun saat kaki jenjangnya melangkah begitu agresif, sudut matanya menangkap sebuah gambar dalam buku gambar.

Kinerja otaknya secara langsung berputar, pria paruh baya yang baru saja bertamu kerumahnya, gambar Jungkook yang mencengkam hatinya, semua pernyataan itu membuat emosi Taehyung memuncak kala ia sadar bahwa gambar yang terlukis disana adalah sebuah bom bunuh diri; "Apa yang kau lakukan??!" Teriak Taehyung mendekat pada Jungkook, bahkan ia tidak segan-segan menendang buku gambar -yang menjadi penghalang langkah dan menarik kerah baju Jungkook kasar.

"Apa kau sengaja memenjarakanku, huh?!!"

"Hyung.." suara itu gemetar bersamaan dengan tubuh yang terangkat pasrah, kerah baju yang ditarik Taehyung membuatnya ikut berdiri tanpa aba-aba. Cairan bening di pelupuk mata semakin menggenang tidak tertahankan.

Melihat air mata Jungkook yang mengalir melewati pipi. Taehyung seakan ditampar keras oleh kenyataan. Amarah yang sempat meledakan kepalanya kini meredam, terlebih ketika suara Jimin mendominasi pikirannya,

"Taehyung!-"

Bruak!

Taehyung melepaskan Jungkook secara kasar, membenturkan punggung kurus itu pada permukaan tembok.

"Siapa yang jahat, sekarang??! Kau berniat memasukanku ke penjara setelah menolongmu?! Bahkan—"
Wajah Taehyung memerah, rasanya ingin ia menangis seperti Jungkook disudut sana. Ingin terus berteriak minta tolong, ia butuh perlindungan. Tapi siapa? Siapa yang sanggup menolong jika ia sudah ada di tepi jurang sekarang?. Bahkan tangan Jimin yang sejak beberapa detik lalu mulai mengerat di bahunya, Taehyung menolak dengan menepis tangan itu membuat sang pemilik jatuh tersungkur saat ia tidak mengira bahwa keseimbangannya tidak cukup untuk menghentikan Taehyung.

Nafas Taehyung terengah-engah, ia lelah bukan karena fisiknya namun mentalnya yang naik turun membuat sikapnya tidak karuan.

"Kenapa kau menggambar ini? Jungkook!" Teriak Taehyung lagi, kembali menatap raut wajah bersalah itu disamar kegelapan, lampu rumahnya yang selalu remang cukup mendukung.

Si pembuat gambar tidak berkata apapun, wajahnya menunduk dan merangkakkan lututnya mendekat pada buku gambar yang tergeletak tak jauh darinya.

Jungkook menyobek -hingga yang terkecil- tepat pada gambar terakhirnya, mulutnya terus mengucapkan; "maafkan aku, hyung" berulang kali disusul derasnya air mata yang telah membashi hidung dan pipinya.

Bogoshipda; kth-jjk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang