Bagian 2 - Berharga

567 58 3
                                    


"Hyung, kita mau kemana?"

Taehyung tidak berbicara, tidak menjawab apapun bahkan sedari tadi Jungkook terus mengajukam pertanyaan yang sama berulang kali. Pandangan Taehyung fokus pada arah jalan berbatu dengan kedua tangan memegang stir kemudi.

Keduanya berada dalam mobil bak menerobos hujan lebat yang kala itu turun tanpa ada tanda-tanda untuk berhenti. "Hyung.." Jungkook kembali bersuara, terdengar samar oleh suara derasnya hujan namun Taehyung bisa mendengarnya.

Taehyung bukan tuli, hanya saja indra pendengarannya terganggu oleh banyak pikiran buruk dikepalanya.

"Diamlah, Jungkookie!" Nada bicara Taehyung naik tanpa sadar, sedikit membentak pemuda lebih muda di sebelahnya.

Jungkook paham, ia kali ini menunduk sambil terus mengeratkan pelukannya pada sebuah tas ransel berwarna biru yang berada di pangkuannya. Tidak berani menatap mata Taehyung bahkan melihat wajah itu.

Hanya menunduk, melihat tetes demi tetes air hujan yang turun dari ujung rambut, keduanya memang basah kuyup.

...

Jimin berusaha tidak memasang ekspresi apapun ketika memasuki tempat tinggal Taehyung, memang tidak sebesar rumahnya. Ia mencoba menghargai apa yang dimiliki salah satu rekan kerjanya.

Seorang Park Jimin bukan pemuda yang harus bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan hidup, ia bekerja hanya untuk menyenangkan dirinya, kedua orang tua yang berkecukupan berbanding terbalik dengan apa yang sering Taehyung ceritakan.

Jungkook sedikit berbeda dari orang lain; ucap Taehyung ketika melihat Jimin terus memperhatikan adiknya cukup seksama beberapa menit yang lalu.

Sambil membuka semua isi dalam kantong belanjaannya, Jimin terus berpikir bagaimana cara hidup Taehyung, bagaimana ia terus bertahan hingga saat ini, bahkan Taehyung kuliah dengan biaya sendiri.

Namun, seperti Taehyung telah membaca semua pikirannya, ucapan Taehyung selanjutnya menepis semua pertanyaan itu; "adikku bekerja di sebuah pabrik, ia bisa menggunakan penghasilan itu untuk dirinya sendiri, memang tidak besar tapi cukup membantu"

Pandangan Jimin dengan cepat mengarah ke sebelah kanan, mendapati Jungkook mengambil sebuah lembaran kecil yang tidak sengaja terjatuh, kemudian melihat deretan harga yang tertulis disitu dan meletakannya kembali keatas meja, tepat didepan mata Jimin.

"15, 34, 5, 7,...." Didetik berikutnya, pendengaran Jimin menangkap suara samar, itu ucapan Jungkook mengulang kembali deretan angka pada struk harga yang baru saja ia baca, sontak membuat Jimin membuka kelopak matanya kagum.

Bogoshipda; kth-jjk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang