A Cup of Sake, A Glass of Beer

7 0 0
                                    

Kawaguchi Kazuo - Shimamura Y.

A Cup of Sake, A Glass of Beer

Shimamura Y. belongs to me
Kawaguchi Kazuo belongs to FDatisatya

Collaborately written, originally an RP log.

---

Gemerlap cahaya lampu masih menghalangi kerlipan bintang di langit malam yang bersih. Kazuo mengangkat tas gitarnya, kemudian berdiri dari kursi ketika bus tiba di halte tempat ia turun sebelum melanjutkan berjalan kaki kembali ke apartemen tempat tinggalnya. Waktu di ponsel sudah menunjukkan pukul 10 malam, tetapi ia belum merasa ingin merebah di kasur. Ia mengingat pernah melihat bar kecil di dalam salah satu gang, beberapa meter saja jaraknya dari apartemennya, maka ia memutuskan untuk mampir minum sejenak.

Setibanya di bar tersebut, ia mendapati tempat itu belum begitu penuh; hanya ada dua pelanggan lelaki di dalam; satu pria kantoran berpakaian rapi, dan seorang lainnya yang mencolok dengan rambut pendek pirang. Keduanya duduk berjauhan menikmati minuman mereka sendiri-sendiri.

"Bir," ucap Kazuo singkat ketika sang bartender menanyakan pesanannya, segera setelah ia duduk berjarak satu kursi dari si pria pirang. Sambil menunggu birnya datang, ia merogoh ponselnya dan membuka sebuah pesan masuk.

Kabar datang dari tetangga sebelah yang sering mengobrol dengan Kazuo lewat balkon, seorang seniman tato yang menyukai pekerjaannya. Sudah tiga kali Kazuo mendengar studionya berpindah tempat lagi dan lagi akibat laporan warga sekitar. Kali ini yang keempat. Kazuo menghela napas, bersimpati dengan kemalangan temannya itu.

Ketika bartender tiba dengan birnya, Kazuo lantas bertanya, "di dekat sini ada tempat kosong yang bisa buat studio tato, nggak? Mungkin di area yang orang-orang sekitarnya nggak cerewet?"

Sang bartender hanya mengedikkan bahu. "Belum ada setahuku. Mau gimana lagi, bung," balasnya.

Ekspresi Kazuo berubah masam. "Ya, ya. Kebanyakan orang sekarang masih paranoid," gumamnya sebelum menyesap birnya, lalu menoleh pada pria berambut pirang di sebelahnya. "Sori, mungkin kamu tahu tempat yang bisa dijadiin studio tato? Daerah mana aja boleh," tanyanya.

Lelaki yang dia tanya sedang duduk sendiri dengan segelas sake di hadapan, sepiring edamame di samping, dan sejilid buku terbuka di tangan. Manik hitamnya menelusuri deretan kanji yang tercetak rapi di atas kertas berwarna putih gading. Ia tidak mendongak maupun menoleh ketika pintu bar digeser terbuka dengan sedikit derit, pun ketika seorang anak muda menenteng tas gitar hitam duduk hanya sedikit jauh darinya. Ia hanya melempar pandangan sejenak ketika anak muda tersebut memesan segelas bir dan bercakap singkat dengan sang bartender. Kazuo bertanya tepat ketika tangannya sedang bergerak menuangkan sake ke dalam cawan.

"Pergilah ke kota yang lebih besar jika tidak ingin mendapatkan gangguan," jawabnya acuh, tetapi kemudian lelaki yang nampak lebih tua dari Kazuo itu melempar senyum. Diletakkannya kendi porselen sake miliknya. "Kota kecil seperti Meiseki mungkin tidak begitu cocok untuk seorang tattooist, tetapi jika teman anda ingin mencoba, daerah barat laut pusat kota mungkin tempat yang cocok.”

Ya, daerah barat laut pusat kota, hanya sebentar saja jaraknya dari pelabuhan barat, memang sebuah daerah yang terkenal cukup 'muda'. Banyak cafe, kelab malam, dan studio seni alternatif yang baru-baru ini bermunculan dan menjamur. Hanya saja, daerah itu juga berdampingan dengan daerah yang seringkali disebut sebagai tempat kumuh dan tidak aman meskipun akhir-akhir ini daerah tersebut ikut berkembang dengan cukup pesat.

Kazuo agak kaget mendengar cara pria itu menjawab pertanyaannya, seperti memiliki kharisma dan entah apa –Kazuo tidak mampu memberi deskripsi yang baik– yang membuatnya terasa bukan seperti orang sembarangan.

S E W A K T UWhere stories live. Discover now