Hari ini adalah hari yang bisa dibilang melelahkan bagi Vanni, ya! Entah mengapa hari ini guru sangat kompak mengadakan ujian dadakan. Sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Vanni untuk mengerjakan semuanya, namun ia bukan robot kan? Lagipula ia hanya manusia biasa yang kenal lelah.
"Ussst Vann, nomor enem apaan jawaban nya." Bisik Dessi yang duduk tepat di belakang Vanni.
Vanni sontak langsung menoleh ke arah belakang. Lalu ia mengerutkan dahinya.
"Nomor enem apaan?" Tanya Dessi dengan nada pelan.
Vanni mendengus pelan, lalu ia melirik lembar jawaban yang hampir selesai, lalu memberitahu kepada Dessi.
"A." Ucap Vanni berbisik.
"Oke-oke makasih."
Setelah memberikan jawaban kepada Dessi, Vanni kembali fokus dengan soal ujian yang bagi nya tidak terlalu sulit, namun membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
"Van...Vannii..." Lagi-lagi Dessi membuyarkan konsentrasi Vanni.
"Apa?"
"Nomer enem caranya gimana?"
"Tunggu bentar! Nanti kalo udah beres semua gue kasih jawabannya."
Mendengar hal itu, Dessi mengangguk bahagia, lalu ia kembali dengan soal ujian nya. Tidak! Ia tidak menjawab yang ada dalam soal itu, ia hanya membaca pertanyaan nya, lalu mengabaikan nya begitu saja. Karena ia tidak perlu repot-repot berfikir, jika temannya bisa diandalkan. Ya! Itulah pemikiran Dessi selama ini.
"Nih! Cepetan yah, takut ketawan ama Pak Asep."
Pak Asep merupakan guru killer yang ada disekolah ini. Dessi membentuk huruf nya seperti o, yang berarti 'oke'.
Keringat mulai bercucuran dari dahinya, tubuhnya mulai mendingin, bahkan bibirnya sudah pucat sejak Vanni memberikan jawaban nya kepada Dessi. Maura yang sejak tadi berada di samping nya, merasa aneh.
"Lo kenapa Vann?" Tanya Maura bingung, karena sejak tadi ia fokus untuk mengerjakan soal-soal nya.
"LJK gue ada di Dessi, gue takut keciduk nih."
"Udah lo tenang aja dulu, kalo lo gugup, yang ada nanti lo malah ketauan ama Pak Asep."
"O-ke."
"Vanni ada apa dengan kamu? Wajah kamu terlihat pucat, apa kamu sakit?" Ucap Pak Asep tiba-tiba bersua.
"Nah kan baru gue bilang, lo jangan panik." Bisik Maura kepada Vanni.
"Emmm engga pak, saya gak sakit. Mungkin cuaca nya sedikit mendung, jadi saya menggigil." Celetuk Vanni asal. Membuat seisi kelas terkekeh atas ucapan nya, jelas saja mereka tertawa, karena cuaca saat ini sangat cerah.
"Mendung? Sekarang ini sedang panas Vanni, lihat saja matahari seperti di atas kepala, bahkan keringat bapak pun sudah mengucur sejak tadi."
Vanni menepuk jidatnya. Ah bego. Batin nya berkata seperti itu. Vanni terus mengumpat dalam dirinya. Bagaimana bisa ia segugup itu.
"Ya sudah, kembali kerjakan soalnya."
"I-iya pak."
"Eh anjir ngakak gue." Ucap Dessi yang diam-diam terkekeh geli.
Vanni dengan cepat menatap Dessi dengan tatapan tajam, padahal ini semua kan salah Dessi juga.
"Bego lo! Ini kan gara-gara lo juga, sini balikin." Ucap Vanni dengan ketus, dan menarik paksa kertas ujian dari tangan Dessi.
Hal itu membuat Dessi kembali terkekeh, karena ia sangat suka ketika sahabatnya memasang wajah jutek.
"Makasih Vanni yang imyut." Ucap Dessi yang mirip seperti penonton alay-alay.
![](https://img.wattpad.com/cover/150216401-288-k272418.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vannell
Teen Fiction[UNTUK BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, JADI HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Andai aku bisa mengulang waktu, aku ingin merubah segalanya, aku ingin kita bersama kembali, seperti dulu. ~Alexa Vannira Almira