◼ 08. Where are you?

49 6 3
                                    

Kemana kamu pergi? Tidak melihat mu sehari saja membuat dadaku terasa sesak.

*****

Lagi dan lagi Vanni harus menempati ruangan serba putih, dan aroma menyengat yang menganggu indera penciuman nya. Sebenarnya ia sangat membenci ruangan ini, namun apalah daya, orang tua dan juga kakaknya memutuskan agar Vanni di rawat inap di ruang sakit ini.

Vanni sudah menolak berkali-kali untuk tetap berada di sini. Namun berkali-kali juga keluarga nya bersikukuh agar dirinya tetap berada disini.

Tidak ada yang dilakukan Vanni saat ini, ia hanya memainkan ponsel nya sejak tadi. Dan sang Mama yang setia menemani nya di rumah sakit. Bahkan Vero pun memutuskan untuk membolos diri dari sekolah, demi menjaga adik tercinta nya.

Vanni sempat heran, mengapa sang dokter tidak mengatakan apa penyakit yang di alami nya saat ini. Belakangan ini, Vanni sering mengalami sakit kepala yang luar biasa, namun ia tidak mengatakan nya kepada siapapun. Bahkan ia tidak mengatakan kepada Vero, orang terdekat dengan dirinya.

Vanni sengaja melakukan hal itu, ia tidak ingin merepotkan siapapun, bahkan kepada keluarganya sendiri.

Seperti saat ini, Vanni menahan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya itu, ia merasa otak nya akan pecah saat ini juga. Seperti ada jarum yang menusuki kepalanya. Namun ia mencoba untuk menahan semua ini, dan bertidak seolah tidak merasakan apa-apa.

Vanni melirik ibunya terbaring di sofa dengan kain yang di jadikan sebagai selimut nya.

"Kepala Vanni sakit." Keluhnya di dalam hati.

"Engga Vanni harus kuat." Bibir berwarna putih itu, mencoba untuk tersenyum.

"Ya Tuhan, kuatkan lah Vanni." Ucap Vanni sambil mencengkram selimut biru khas rumah sakit yang menutupi sebagian tubuhnya.

"Vanni, kamu udah bangun, sayang?" Ucap sang ibu terbangun dari tidur nyenyak nya.

"I-ya Mah." Ucap Vanni pelan, dan berusaha menutupi rasa sakitnya.

"Kamu mau makan apa sayang?" Ucap Mira, sambil mengelus rambut lembut Vanni.

"Engga mah." Vanni menggeleng pelan, llau tersenyum.

"Kalo kamu gak makan, nanti kamu malah nambah sakit. Mama beliin yah, kamu mau makan apa sayang?"

"Apa aja mah yang penting makanan." Kekeh Vanni. Mira tersenyum lalu melenggang pergi menuju kantin yang berada di rumah sakit.

"Pagi puteri manis nya Vero." Ucap Vero sambil mengecup pipi gadis itu.

"Pagi Bang." Ucap Vanni tersenyum manis.

"Kamu kok gak bangunin abang sih?"

"Tadi Abang tidur nya nyenyak banget, jadinya Vanni gak tega bangunin Abang."

"Hehe, maap yah."

"Iya gapapa bang, Abang kenapa harus bolos demi Vanni sih?"

"Abang mau ngerawat adik tercinta nya ini." Ucap Vero sambil menggenggam tangan Vanni.

"Vanni ngerepotin yah, Bang?"

"Engga kok, Vanni gak ngerebut Abang. Justru Abang seneng bisa bolos. Soalnya hari ini pelajaran Pak Dedi, tau sendiri kan galak nya kayak gimana?" Ucap Vero sambil terkekeh.

"Tapi Abang jangan sering-sering bolos cuman gara-gara Vanni, Vanni gak mau ngerepotin Abang terus."

"Jangan ngomong gitu, sekarang yang terpenting itu kesembuhan lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VannellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang