◼ 07. Perhatian

38 5 0
                                    

Vanni membuka matanya pelan-pelan, namun yang ia lihat saat ini, bukan lah ruang kelas. Padahal terakhir kali yang ia ingat, ia sedang tidur di kelas. Namun mengapa ia kini berada di ruang menyebalkan ini?

Vanni berusaha untuk membuka matanya, namun kepalanya terasa sakit. Sangat sakit.

Namun, Vanni tidak selemah itu, ia berusaha untuk membuka matanya, dan akhirnya ia berhasil. Pandangan nya menyapu sekeliling, ia melihat ruangan serba putih, dan aroma yang khas.

"Lo! Pergi dari sini!" Ucap Vanni mendorong tubuh Varell.

"Akhirnya lo sadar juga, gue khawatir banget sama lo."

"Pergi dari sini! Gue gak mau liat muka lo lagi! Gue benci sama lo!"

"Tapi kenapa? Apa salah gue?"

"Pergi Varell! Pergi!"

"O-ke gue akan pergi, tapi nanti... kalo Abang sama keluarga lo udah dateng. Lagi pula gue gak tega kalo harus ninggalin lo sendirian di sini, lo kan masih sakit."

"Gue gak peduli! Gue benci sama lo!"

"Tapi kenapa?" Ucap Varell sambil menautkan kedua alisnya.

Vanni tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya dari Varell. Ia sungguh kesal terhadap pria itu, bahkan ia berada di rumah sakit itu pun karena nya.

Varell memilih untuk diam, ia hanya tidak ingin emosi Vanni masih meningkat lagi, Varell menjauhkan dirinya dari Vanni, ia memutuskan untuk duduk di sofa.

Hening. Lagi-lagi suasana ini lah yang meliputi mereka berdua, sebenarnya Varell ingin sekali berbicara dengan Vanni, namun niat nya ia urungkan demi kesehatan Vanni.

"Vanni, masa kita mau diem-dieman gini sih. Oke deh gue Mita maaf kalo gue punya salah."

"Salah lo itu banyak!"

"Oke. Apa aja salah gue?"

"Pokoknya salah lo itu banyak! Gue gak mau ketemu lagi sama lo!"

Varell menarik nafas nya dalam-dalam, lalu berusaha untuk bersabar.

"Maaf." Varell meletakan kedua tangan nya ditelinga, lalu mengangkat sebelah kakinya. (Udah kayak di setrap guru aja, wkwk)

"Alexa Vannira Almira, gue minta maaf, pliss."

Ya walaupun gue gak tau kesalahan gue apa. Batin Varell.

"Enggak! Mendingan lo balik aja! Gue muak liat muka lo!"

"Aduh bep, plis maapin yah."

"Engga!"

"Plis maapin dong bep."

"Engga Varell!"

"Maapin gue atau gue cium lo disini!"

"I-iya, oke, gue maafin lo!"

"Nah gitu dong, baru namanya pacar gue."

"Udah sana pergi!"

"Tuh kan masih marah-marah, apa lo mau gue cium beneran?"

"Pergi Varell!"

"Vanni! Lo gapapa kan? OMG gue khawatir banget sama lo! Coba gue liat. Gak ada yang sakit kan? Coba bilang apa yang sakit?" Ucap Dessi tiba-tiba datang membawa banyak buah.

"Eh cempreng! Diem lu, udah tau Vanni masih sakit, malah teriak gitu! Udah kayak panci rombeng tau gak!" Ucap Varell.

"Hehe iya deh maap."

"Vanni lo udah baikan kan?" Tanya Maura.

"Iya, udah kok. Kalian kok repot-repot dateng kesini?"

VannellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang