Part 2

13.1K 1.3K 30
                                    

Sepasang mata lentik sekilas memperhatikan sosok pria bertubuh tambun yang berjalan mondar mandir di hadapannya, ia sedikit kesal karena sosok itu berhasil membuat konsentrasinya buyar yang sedang membaca majalah, duduk bersantai di kursi dekat kolom renangnya hanya mengenakan bikini berwarna biru dengan potongan bra rendah hampir menumpahkan isi payudaranya yang tidak terlalu besar namun sangat pas untuk di lihat apa lagi di rasakan.

"Niat mu datang di kediaman ku buat apa sih, dari sejak tadi ku lihat kamu terlihat gelisah." kata nya meletakan kasar majalah di atas meja mengambil orange jus lalu mengisapnya pelan.

Pria itu menghentikan langkahnya, menatap kesal pada si wanita yang tidak lain sahabat baiknya.

Bagaimana dia tidak kesal, kemarin sahabatnya ini datang kebutiknya untuk meminta mendesain baju pengantin untuk menikah dengan pria tidak jelas. tentu Giun menentang hal itu ia butuh bicara secara privasi dengan Navya agar menghentikan rencana bodoh bisa merugikan Navya kelak di masa mendatang.

"Hentikan Navya, aku bisa saja menerima keputusan mu yang lain tapi tidak kali ini, pria itu bukan setipe dengan mu." kata Giun duduk di kursi bersampingan dengan tempat duduk Navya.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu tentang Dimas, justru dia tipe ku yang tidak akan menyakiti atau tersakiti." kata Navya santai mengambil majalah itu lagi membolak balik tiap lembaran nya tanpa fokus sedikit pun karena pikirannya memang berputar tentang apa yang di ucapkan Giun.

"Navya, kamu kan bisa memilih pria lebih berkelas setidaknya sebanding denganmu, kamu tau si model tampan Fedri menaruh hati padamu, belum lagi anak pengusaha terkaya batu bara dari kalimantan si Venus juga mengharap kamu membalas cintanya, masih banyak daftar pria yang cocok buat di jadikan calon suami bukan ...si pelayan itu." kata Giun dengan ekspresi geli, membayangkan Navya bersanding dengan Dimas antara langit dan bumi. entah mimpi apa dia semalam sampai sahabatnya ini akan menikah dengan pria miskin.

Navya jengah dengan nyiyiran dari Giun, ia menghela nafas lelahnya, melirik tajam pada Giun yang menyadari ekspresi tidak suka Navya hingga meneguk salivanya.

"Ini bukan pernikahan sungguhan." kata Navya membuat Giun mengernyit keningnya dalam belum bisa menangkap maksud apa ucapan dari Navya.

"Maksud mu?" tanya Giun.

"Ini hanya pernikahan kontrak, setelah aku hamil aku akan bercerai dengannya." kata Navya lugas.

"Heh...kamu serius, kenapa bisa kamu menginginkan benih dari pria miskin itu."

"Dia tidak miskin Giun jaga ucapanmu."

"Ya..Sorry." Giun memutar bola matanya malas.

"Beberapa bulan ini kakek ku mendesak ku untuk menikah, kau tau sendiri aku tidak tertarik dengan pria mana pun, tapi keadaan kakek sering sakit sakitan, aku tidak tega setidaknya aku ingin membahagiakan kakek dengan memberikan nya seorang buyut." kata Navya.

"Tapi bukan nya kakek mu sudah ada buyut dari adik mu Fajar yang sudah menikah." kata Giun.

"Kau ini bodoh atau apa, bukan nya aku sudah menjelaskan padamu kakek ku meminta buyut padaku bukan adik ku Fajar." kata Navya kesal menatap Giun menyengir.

"Setidaknya aku ingin balas jasa padanya membesarkan aku dan Fajar sampai kami sukses hingga sekarang meski tanpa orang tua mendampingi kami." kata Navya.

Giun tersentuh dia tau persis tentang masa kecil Navya yang sudah di tinggalkan kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat berpuluh tahun silam yang merenggut semua penumpang pesawat di antaranya kedua orang tua Navya.

Navya saat itu masih umur 6 tahun, dan Fajar masih kecil belum tau apa sebenarnya terjadi, Navya lah yang teramat terpukul namun sang kakek menabahkan hati Navya.

"Jadi karena alasan ingin membahagiakan kakek mu, kamu rela menikah dengan pria tidak kamu cintai, tapi seandainya tujuan kamu  berhasil, apa kakek mu tidak mempertanyakan kalau kalian berpisah kelak." kata Giun mencoba menyadarkan Navya dampak buruknya dari rencana yang di wanita itu susun.

Navya hanya terdiam, enggan menjawab pertanyaan Giun saat Giun ingin berbicara lagi namun terhenti karena ponsel pria itu berdering nyaring buru buru di angkatnya.

Giun terlihat berbicara serius di balik ponselnya, tidak lama ia menutup ponselnya menatap Navya samar.

"Aku pergi dulu ada urusan." kata Giun berdiri, lalu membungkuk mengecup pipi Navya.

"Lain kali tidak terlalu penting jangan datang ke sini." sahut Navya membuat Giun bedecak kesal.

Pria itu berjalan gemulai meninggalkan kediaman Navya.

Navya menarik nafasnya ia berdiri, saat ia mengenakan jubah handuknya, ia menangkap sosok Dimas yang ingin menghampirinya namun tidak jadi entah kenapa pria itu terlihat buru buru berbalik pergi.

"Dimas!" panggil Navya hingga Dimas menghentikan langkahnya menoleh pada Navya yang sudah mengikat jubah handuknya.

"Kamu perlu sesuatu?" tanya Navya hingga Dimas perlahan melangkah kan kakinya yang terasa berat.

"Begini nona, saya ingin mengajak ibu saya untuk bertamu ke rumah ini sebagai mestinya seorang pria melamar calon wanitanya, meski pernikahan ini sandiwara tapi saya berharap ibu saya tidak mengetahui hal ini, jadi kapan nona ada waktu walau sekejap berkenan menemui ibu saya di saat beliau ke sini." kata Dimas dengan mata berkaca kaca.

"Malam ini silakan kalian datang, aku akan menjamu kalian." kata Navya melangkah melewati Dimas menuju kamarnya, sekilas ia menoleh ke Dimas.

"Dan jangan terlalu formal padaku lagi karena kamu calon suamiku."

Dimas bengong sendiri memperhatikan punggun Navya dari belakang, ia memang merasa canggung dengan Navya, tapi hanya hitungan minggu wanita itu akan menjadi istrinya.

"Dosa loh perhatikan non Navya seperti itu." kata seorang wanita paruh baya menepuk bahu Dimas kuat, hingga Dimas tersadar dari lamunannya.

"Ah.. bibi Emi kagetin saja." kata Dimas.

Bibi Emi tersenyum simpul melirik pada Navya yang sudah menaiki anak tangga.

"Kamu suka pada nona Navya?"

"Enggak, bibi ngomong apa sih, sudah dulu ya... bi aku bersihin mobil lagi." kata Dimas menyudahi obrolan nya dengan bi Emi yang mampu membuatnya salah tingkah.

TBC

08062018-AQ

Suami Satu TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang